Pria Jepang Bunuh Lima Tetangganya
A
A
A
SUMOTO - Pembunuhan sadis terjadi di Kota Sumoto, Kepulauan Awaji, Perfektur Hyogo, Jepang diri hari kemarin. Seorang pria bernama Tatsuhiko Hirano, 40, membunuh lima tetangganya dengan senjata tajam.
Belum diketahui pasti motif pembunuhan tersebut, namun dugaan sementara pembunuhan dipicu ketidak cocokan sosial (hikikomori ). Polisi setempat langsung mengamankan Hirano. Polisi menyebutkan, tersangka menusuk dan membunuh para korban menggunakan pisau. Rata-rata korban diidentifikasi berusia 50 tahun ke atas. Namun, polisi belum menemukan barang bukti senjata tajam yang digunakan tersangka untuk membunuh.
“Tersangka ditangkap atas pembunuhan lima orang, namun motif pembunuhan belum jelas,” terang Kepala Polisi Sumoto Keizo Okumoto, dilansir The Independent . Pembunuhan ditengarai terjadi pada dini hari menjelang pagi. Tidak banyak warga yang menyadari adanya penyerangan brutal tersebut karena penduduk masih terjaga dalam tidur.
Polisi baru mendapat panggilan sekitar pukul 7.15 pagi dari seorang wanita berusia 32 tahun yang melaporkan kedua orang tuanya ditusuk seseorang di kediaman keluarganya di Distrik Nakagawara. Saat tiba di lokasi kejadian, penyidik menemukan dua korban wanita berlumuran darah terbaring di lantai dalam rumah, sementara seorang pria ditemukan tergeletak di luar rumah.
Ketiga korban berusia antara sekitar 60-80 tahun. Ketiganya meninggal tidak lama setelah ditemukan polisi. Sekitar 100 meter dari tempat kejadian perkara (TKP), polisi kembali menemukan mayat pria dan wanita berusia sekitar 80 tahun. Keduanya tewas ditikam. Media setempat melaporkan, Hirano berada di dekat TKP ketika polisi menyelidiki kasus ini.
Saat ditemui penyidik, tersangka masih mengenakan pakaian berlumuran darah. Saat diinterogasi, Hirano mengakui sebagai pembunuh kelima korban. Para korban diketahui masih tetangga dekat tersangka dan hanya berjarak beberapa meter dari kediamannya. Menurut penuturan para tetangga, tersangka memiliki kepribadian yang aneh, terutama sejak putus sekolah dan menjadi pengangguran.
Dia lebih senang mengunci diri di kamar dan enggan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Di Jepang, banyak remaja diketahui mengalami kondisi seperti ini yang biasa disebut hikikomori, namun sebagian besar dapat melewatinya dan menjalani kehidupan normal. Tersangka tinggal bersama ayah dan neneknya, namun sudah lama dikucilkan masyarakat setempat sejak tamat sekolah menengah pertama (SMP).
Sejak itulah, dia sering mengurung diri di dalam kamar. Sekitar Januari lalu, tersangka pernah mengeluh di jejaring sosial tentang tetangganya. Menurut para tetangga korban, inilah yang menjadi penyebab tersangka melakukan pembunuhan. Dalam akun Twitter-nya, terlihat bagaimana tersangka memilih korban dan memetakan lokasi pembunuhan. Kicauan lain terlihat dia seperti sedang menguntit seseorang.
Kasus pembunuhan ini mengejutkan publik Jepang, sebab jarang sekali ada kasus pembunuhan terjadi di Negeri Sakura. Sumoto, sebuah kota dengan 44.000 penduduk yang terkenal dengan produsen jeruk dan daging sapi, juga terkenal sebagai desa yang sepi dan tenteram. Pascapembunuhan ini, warga Sumoto lebih waspada. Mereka sadar bahwa kejahatan bisa muncul di mana saja.
Rini agustina
Belum diketahui pasti motif pembunuhan tersebut, namun dugaan sementara pembunuhan dipicu ketidak cocokan sosial (hikikomori ). Polisi setempat langsung mengamankan Hirano. Polisi menyebutkan, tersangka menusuk dan membunuh para korban menggunakan pisau. Rata-rata korban diidentifikasi berusia 50 tahun ke atas. Namun, polisi belum menemukan barang bukti senjata tajam yang digunakan tersangka untuk membunuh.
“Tersangka ditangkap atas pembunuhan lima orang, namun motif pembunuhan belum jelas,” terang Kepala Polisi Sumoto Keizo Okumoto, dilansir The Independent . Pembunuhan ditengarai terjadi pada dini hari menjelang pagi. Tidak banyak warga yang menyadari adanya penyerangan brutal tersebut karena penduduk masih terjaga dalam tidur.
Polisi baru mendapat panggilan sekitar pukul 7.15 pagi dari seorang wanita berusia 32 tahun yang melaporkan kedua orang tuanya ditusuk seseorang di kediaman keluarganya di Distrik Nakagawara. Saat tiba di lokasi kejadian, penyidik menemukan dua korban wanita berlumuran darah terbaring di lantai dalam rumah, sementara seorang pria ditemukan tergeletak di luar rumah.
Ketiga korban berusia antara sekitar 60-80 tahun. Ketiganya meninggal tidak lama setelah ditemukan polisi. Sekitar 100 meter dari tempat kejadian perkara (TKP), polisi kembali menemukan mayat pria dan wanita berusia sekitar 80 tahun. Keduanya tewas ditikam. Media setempat melaporkan, Hirano berada di dekat TKP ketika polisi menyelidiki kasus ini.
Saat ditemui penyidik, tersangka masih mengenakan pakaian berlumuran darah. Saat diinterogasi, Hirano mengakui sebagai pembunuh kelima korban. Para korban diketahui masih tetangga dekat tersangka dan hanya berjarak beberapa meter dari kediamannya. Menurut penuturan para tetangga, tersangka memiliki kepribadian yang aneh, terutama sejak putus sekolah dan menjadi pengangguran.
Dia lebih senang mengunci diri di kamar dan enggan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Di Jepang, banyak remaja diketahui mengalami kondisi seperti ini yang biasa disebut hikikomori, namun sebagian besar dapat melewatinya dan menjalani kehidupan normal. Tersangka tinggal bersama ayah dan neneknya, namun sudah lama dikucilkan masyarakat setempat sejak tamat sekolah menengah pertama (SMP).
Sejak itulah, dia sering mengurung diri di dalam kamar. Sekitar Januari lalu, tersangka pernah mengeluh di jejaring sosial tentang tetangganya. Menurut para tetangga korban, inilah yang menjadi penyebab tersangka melakukan pembunuhan. Dalam akun Twitter-nya, terlihat bagaimana tersangka memilih korban dan memetakan lokasi pembunuhan. Kicauan lain terlihat dia seperti sedang menguntit seseorang.
Kasus pembunuhan ini mengejutkan publik Jepang, sebab jarang sekali ada kasus pembunuhan terjadi di Negeri Sakura. Sumoto, sebuah kota dengan 44.000 penduduk yang terkenal dengan produsen jeruk dan daging sapi, juga terkenal sebagai desa yang sepi dan tenteram. Pascapembunuhan ini, warga Sumoto lebih waspada. Mereka sadar bahwa kejahatan bisa muncul di mana saja.
Rini agustina
(bbg)