Penolakan Revitalisasi Teluk Benoa Tak Dilengkapi Kajian Ilmiah
A
A
A
JAKARTA - Penolakan terhadap rencana revitalisasi Teluk Benoa, Bali terus dilancarkan pihak tertentu. Namun sikap penolakan itu dianggap tidak memperlihatkan data dan kajian ilmiah. Padahal sikap penolakan itu gencar dilakukan melalui media, spanduk, baliho, bahkan melalui acara konser musik.
Sekretaris Pengelola dan Penyelamat Lingkungan Hidup Made Mangku menilai ada empat kelemahan penolak revitalisasi Teluk Benoa. Pertama, mereka tidak punya argumen yang kuat, kedua, tidak punya analisa ilmiah. Ketiga, lanjut dia, tidak punya akses dan keempat mereka tidak punya finansial cukup untuk melakukan kajian.
Maka itu, sangat disayangkan munculnya sikap penolakan tersebut. "Apa sih yang dipolemikkan. Mestinya kita punya jawaban dan solusi, jangan asal tolak begitu saja," ujar Made dalam keterangannya, Senin (9/3/2015).
Menurutnya, pro dan kontra terhadap rencana revitalisasi tersebut adalah wajar. Hanya saja diingatkan olehnya, harus memperlihatkan argumentasi yang kuat dan kajian ilmiah.
"Ini kelemahan mereka sampai sekarang tidak bisa dipenuhi. Sedangkan yang mendukung punya kajian ilmiah termasuk mengantisipasi apa yang menjadi kekhawatiran masyarakat," tukas pakar pesisir laut ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bumi Bali Bagus Komang Gde Subudi menyampaikan, pihaknya telah membaca kajian ilmiah dari empat universitas mengenai Teluk Benoa layak direvitalisasi.
"Konsep yang ditawarkan TWBI sejalan dengan lingkungan dan sosial budaya. Yang kotor wajib dibersihkan. Kalau manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat bali dan tidak merusak lingkungan kenapa mesti kita tolak," ujarnya sekaligus Ketua Badan Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Bali ini.
Sekretaris Pengelola dan Penyelamat Lingkungan Hidup Made Mangku menilai ada empat kelemahan penolak revitalisasi Teluk Benoa. Pertama, mereka tidak punya argumen yang kuat, kedua, tidak punya analisa ilmiah. Ketiga, lanjut dia, tidak punya akses dan keempat mereka tidak punya finansial cukup untuk melakukan kajian.
Maka itu, sangat disayangkan munculnya sikap penolakan tersebut. "Apa sih yang dipolemikkan. Mestinya kita punya jawaban dan solusi, jangan asal tolak begitu saja," ujar Made dalam keterangannya, Senin (9/3/2015).
Menurutnya, pro dan kontra terhadap rencana revitalisasi tersebut adalah wajar. Hanya saja diingatkan olehnya, harus memperlihatkan argumentasi yang kuat dan kajian ilmiah.
"Ini kelemahan mereka sampai sekarang tidak bisa dipenuhi. Sedangkan yang mendukung punya kajian ilmiah termasuk mengantisipasi apa yang menjadi kekhawatiran masyarakat," tukas pakar pesisir laut ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bumi Bali Bagus Komang Gde Subudi menyampaikan, pihaknya telah membaca kajian ilmiah dari empat universitas mengenai Teluk Benoa layak direvitalisasi.
"Konsep yang ditawarkan TWBI sejalan dengan lingkungan dan sosial budaya. Yang kotor wajib dibersihkan. Kalau manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat bali dan tidak merusak lingkungan kenapa mesti kita tolak," ujarnya sekaligus Ketua Badan Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Bali ini.
(kur)