Mengincar Dana Nasabah Kaya

Senin, 09 Maret 2015 - 09:55 WIB
Mengincar Dana Nasabah Kaya
Mengincar Dana Nasabah Kaya
A A A
Peningkatan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori kelas menengah telah berdampak positif ke berbagai sektor industri.

Permintaan untuk memenuhi kebutuhan kelas menengah terus meningkat dan membuat roda perekonomian Indonesia semakin menggeliat.

Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya 37,7% dari populasi, namun pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5%.

Pertumbuhan kelas menengah tersebut tentu akan berdampak positif. Kelas ekonomi ini mendorong permintaan domestik untuk tumbuh sehingga memberikan gairah bagi perekonomian. Di sisi lain, pertumbuhan kelas menengah juga akan meningkatkan geliat investasi, baik di sektor ritel maupun di keuangan. Sekretaris Jenderal Certified Wealth Managers Association (CWMA) Desi Armadiani mengatakan, jumlah orang-orang berduit di Indonesia meningkat setiap tahun.

Capgemini bersama dengan RBC Wealth Management merilis data pada 2014, pertumbuhan high net worth individuals (HNWI) atau orang kaya di Indonesia meningkat 7,5% dalam satu tahun terakhir menjadi 40 juta penduduk dengan total kekayaan USD134 juta. Capgemini dan RBC Wealth Management mendefinisikan HNWI sebagai seseorang yang memiliki investasi senilai USD1 miliar atau lebih. Tanpa termasuk rumah kediaman utama, barang konsumsi, dan barang koleksi.

Capgemini merupakan firma keuangan yang banyak mengadakan riset tentang orang kaya dan investasinya. Berdasarkan data yang dirilis Capgemini dan RBC Wealth Management yang dikeluarkan 2014 menunjukkan masyarakat Indonesia dalam hal alokasi aset. Masih memilih menempatkan dananya di cash atau yang setara dengan cash 27,3%, kemudian di tanah dan bangunan 20,4%, pendapatan tetap 19,1%, investasi alternatif 16,8%, dan saham 16,5%.

”Salah satu jasa layanan yang kerap dipergunakan oleh orang-orang kaya untuk mengelola kekayaannya adalah wealth management. Ada beberapa alasan mengapa sebagian di antara mereka menggunakan jasa layanan di wealth management di antaranya mendapatkan layanan yang personalized dan customized sesuai dengan kebutuhan dan kemauan nasabah,” kata Desi.

Kemudian mendapatkan advisory secara menyeluruh terkait dengan pengelolaan kekayaan nasabah, mulai dari wealth protection, wealth growth and accumulation sampai wealth distribution and transitioning. Tentunya dari para wealth manager yang kredibel di bidangnya. ”Jika dikaitkan dengan produk product wealth management, tentunya para nasabah ingin melakukan aset alokasi dan diversifikasi dengan tujuan untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih baik. Sekaligus mencapai tujuan keuangan mereka pada akhirnya,” papar dia.

Menurut Desi, peningkatan jumlah orang kaya tidak terlepas dari tumbuhnya perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009- 2013 mencapai rata-rata 5,9% per tahun yang bisa dikatakan cukup tinggi. Sekretaris Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Samsu Adi Nugroho mengungkapkan, kendati tahun lalu pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 5,02%, tetapsaja masihterjadipertumbuhan. Itulah yang membuat jumlah orang kaya di Indonesia bertambah.

Berdasarkan data LPS per Desember 2014, jumlah rekening yang dengan nominal simpanan di kisaran Rp2-5 miliar berjumlah 139.494 rekening atau hanya 0,09% dari total rekening di Indonesia. Naik 7,81% dari bulan sebelumnya yang hanya 29.386 rekening. Begitu pula dengan pemilik rekening dengan nominal simpanan lebih dari Rp5 miliar. Jika pada November 2014 hanya berjumlah 75.454 rekening, namun pada De-sember 2014 jumlahnya sedikit meningkat menjadi 78.403 rekening.

Secara nominal, total simpanan kategori lebih dari Rp5 miliar sebesar Rp1.845,29 miliar atau 44,27% dari total nominal simpanan. Selain dari sisi jumlah rekening, ada indikator lain yang bisa dijadikan parameter meningkat jumlah orang kaya di Indonesia yakni perkembangan pasar modal, khususnya dana kelolaan reksa dana.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dana kelolaan reksa dana per Rabu (24/12) lalu menyentuh Rp266,22 triliun. Jumlah ini naik 21,49% ketimbang posisi awal 2014 atau year to date (ytd) senilai Rp219,12 triliun. ”Perkembangan pasar modal, khususnya reksa dana juga bisa dijadikan indikator,” ucap Dekan IPMI International Business School Roy Sembel. Namun, adakecenderunganorangkaya diIndonesialebihmemilihproduk-produk perbankan saat menggunakan jasa layanan wealth management seperti deposito sebagai pilihan investasinya.

Ini karena masih ada trauma dari orang-orang kaya di Indonesiasaat terjadikrisisekonomi1998- 1999. Saat itu instrumen investasi pasar modal mengalami pelemahan yang sangat dalam sehingga produk perbankan dijadikan pilihan utama karena dianggap memiliki risiko yang minim .

Lainnya, sebagian besar orang kaya di Indonesia termasuk dalam golongan berusia tua sehingga profil investasinya cenderung lebih menyukai berinvestasi yang minim risiko. Faktor kenyamanan, aman, dan minim risiko inilah yang membuat orang kaya berusia tua menomorsekiankan kelemahan produk perbankan yang suku bunganya tidak berbeda jauh dengan lajunya inflasi.

Namun, seiring terus bertambah orang kaya berusia muda dan regenerasi usaha dari orang tua ke anak-anaknya, besar kemungkinan instrumen investasi pasar modal akan menjadi pilihan utama orang-orangkaya Indonesiasaat menggunakan jasa layanan wealth management.

Alasannya, keuntungan yang berpotensi diraih dari pasar modal cenderung lebih baik daripada produk perbankan.

Hermansah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0304 seconds (0.1#10.140)