Properti Masih Jadi Incaran

Senin, 09 Maret 2015 - 09:52 WIB
Properti Masih Jadi Incaran
Properti Masih Jadi Incaran
A A A
Sektor properti masih menjadi primadona bagi sebagian orangorang kaya untuk menempatkan dana investasinya.

Meski tergolong konvensional, sifatnya yang aman dengan keuntungan yang lumayan besar membuat investasi di sektor properti sangat diminati.

Presiden Direktur Hyundai Mobil Indonesia Mukiat Sutikno berpendapat, bentuk pengelolaan aset yang paling ideal saat ini di Indonesia atau Jakarta khususnya yakni bermain di sektor properti.

Ketersediaan properti tidak akan terus bertambah. Jika pun bertambah, lebih banyak ke arah vertikal sejenis apartemen, rumah susun (rusun), atau kondominium. Hal tersebut, menurut Mukiat, dipicu oleh ketersediaan tanah yang sangat terbatas, sementara kebutuhan atas properti baik itu permukiman, perumahan, ataupun perkantoran akan terus meningkat. Itu tentu akan berdampak pada harga.

”Selama ini kalau kita atau masyarakat lebih cenderung berinvestasi di properti sebab harga tanah setiap tahun terus mengalami kenaikan. Tidak pernah turun,” ungkapnya. Produk wealth management seperti reksa dana saat ini memang menjadi salah satu pilihan untuk mendapatkan keuntungan besar. Reksa dana menjadi salah satu opportunity yang paling menggiurkan untuk mengembangkan nilai aset. Hanya, growth dari nilainya kadang- kadang di luar ekspektasi dari pemilik saham itu.

”Potensi nilai keuntungan didapatkan lebih cenderung naik-turun. Saat naik orang bisa tersenyum, tapi ketika potensi keuntungan turun tidak sedikit pula pemiliknya menjerit bahkan kecewa. Semua itu bergantung pilihan masing- masing. Kalau saya, lebih cenderung ke properti,” ungkapnya. Dihubungi terpisah, Direktur Konsumer & Ritel PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Darmadi Sutanto mengakui sejak awal dirinya telah menyadari merupakan investor yang masuk dalam kategori konservatif. Investor dengan profil risiko konservatif cenderung tidak berani mengambil risiko terhadap investasinya.

”Saya ini orangnya konservatif. Jadi saya lebih banyak berinvestasi ke produk- produk konservatif. Saya juga lebih suka jangka panjang,” katanya. Beberapa instrumen investasi yang dikoleksinya adalah properti, deposito, dan reksa dana. Tiga instrumen tersebut dianggapnya sudah sesuai jiwanya. Khusus untuk properti, dia menjelaskan, investasi pada properti bukanlah untuk jangka pendek.

Kelemahan berinvestasi pada instrumen ini adalah tidak gampang menjualnya sehingga dirinya mengaku selalu beranggapan menabung ketika membeli properti, khususnya apartemen. Apartemen dipilih karena memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan properti jenis lain. Apalagi jika lokasinya di tempat strategis. Apartemen yang dibelinya tidak untuk dijual kembali, melainkan disewakan untuk mendapatkan return -nya. ”Hasilnya cukup menggembirakan,” katanya.

Dia mengakui saat ini industri properti di Tanah Air sedang lesu, bahkan harga properti cenderung stagnan. Namun, dia berkeyakinan dalam waktu dekat industri properti akan kembali menggeliat seiring semakin membaiknya perekonomian nasional. Selain itu, backlog perumahan juga masih tinggi. ”Kalau sekarang harganya stagnan, ya gak pa pa . Nanti pelan-pelan harganya juga akan naik,” ucap dia.

Sementara itu, artis dan penyanyi rock Ikang Fawzi memutuskan properti menjadi pilihan investasinya karena investasi di bidang itu yang paling tepat dan sesuai karakter juga potensi penghasilannya. ”Dari pengalaman saya, properti itu yang paling efektif sebab semua orang butuh rumah, butuh kantor, butuh belanja, dan butuh pendukung lain,” katanya. Dari yang awalnya hanya investasi dengan menjadi pengembang rumah, namun bisa menimbulkan bisnis-bisnis lain.

Alasan lain, menurut Ikang, demand akan rumah sangat besar, sedangkan suplainya terbatas. Permintaan yang semakin banyak membuat barang atau komoditas itu semakin mahal juga. Dia sangat yakin pasar di bidang properti menjanjikan. Properti itu juga memiliki banyak sifat untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. ”Tetapi, kita juga harus tahu dan belajar soal ilmu tentang investasi,” sebutnya.

Ikang mengaku, sebelum berinvestasi memang juga melakukan diskusi dengan konsultan bisnis. ”Saya menganggap dia partnership . Namun, setiap melakukan investasi tetap berdasarkan keputusan saya sebab saya sendiri yang tahu investasi apa yang sesuai dengan karakter hidup dan penghasilan saya,” ungkapnya.

Bagi suami dari Marissa Haque ini, properti masih menjadi investasi yang tepat dan paling aman. Ikang belum berani dan tertarik dengan saham karena akan menyangkut banyak hal. Dalam berbisnis, dia lebih berani untuk membuat pola dan mengatur bisnis itu secara sendiri. Salah satu contohnya membuat bangunan indekos, rumah kontrakan, hingga hotel. ”Bahkan sekadar tanah, kita sudah bisa berbisnis,” ucapnya.

Intinya, berinvestasi, menurut Ikang, harus memiliki karakter emosi diri yang kuat karena tidak ada bisnis yang instan. Ikang memberi saran, mungkin investasi di Indonesia masih harus lebih terbuka. ”Bicara soal investasi, jangan hanya bicara soal manis-manisnya saja. Setiap orang harus diberikan edukasi,” tuturnya.

Ilham safutra/dina angelia/hermansah
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4179 seconds (0.1#10.140)