Inovasi Berkelanjutan
A
A
A
Pada 2014 Etihad melakukan banyak perubahan dalam pelayanannya. Selain merilis seragam baru untuk seluruh kru kabin yang sangat berkelas dan elegan, Etihad juga menerapkan desain eksterior dan interior baru untuk berbagai kelas agar lebih memberi sentuhan menyenangkan.
Terakhir, di penghujung tahun lalu maskapai yang beroperasi sejak 2003 ini memperkenalkan livery baru untuk armadanya. Peter Knapp, global creative officer dari Landor Associates—perusahaan konsultan desain eksterior pesawat Etihad, mengatakan, livery baru tersebut menggambarkan kisah yang luar biasa dari region Teluk serta sejarah masa lalu Abu Dhabi, perkembangannya sekarang, dan akan seperti apa pada masa depan.
Desain ini memberikan narasi untuk sebuah merek maskapai yang inovatif. Pola desain tersebut bernama ”Aspek dari Abu Dhabi”/The Facets of Abu Dhabi ” dengan komposisi warna berbeda- beda yang mencerminkan lanskap Uni Emirat Arab (UEA). Desain ini hasil dari rangkaian panjang penelitian yang juga mempertimbangkan pilihan para penduduk UEA serta para pelancong internasional.
Etihad menjadi game changer dalam industripenerbangankarenakemampuannya dalam memahami kebutuhan penumpang. Maskapai ini bahkan mampu menyabet titel sangat bergengsi di dunia penerbangan yaitu ”Worlds Leading Airline” pada World Travel Awards(WTA) selama enam tahun berturut-turut. Etihad juga meraih dua penghargaan lain yaitu ”Worlds Leading First Class” dan ”Worlds Leading Cabin Crew ”. KORAN SINDO sempat kecele ketika berkunjung ke Etihad Innovation Centre pertengahan Februari lalu.
Dengan yakin, KORAN SINDOkepada Communication Manager Etihad James Sanderson yang menemani menyebutkan bahwa bagian kabin yang sedang kami masuki adalah kelas Pearl Business atau Diamond First. Sanderson tertawa kemudian mengatakan bahwa kami sedang berada di kabin kelas Coral Economy. Wow, kelas ekonomi A380 dan B787 Etihad Airways begitu mewah dan elegan.
Menarik melihat bagaimana perusahaan maskapai yang sangat besar—dengan 110 pesawat hingga akhir 2014 serta mengangkut sekitar 14,8 juta penumpang pada tahun lalu berani melakukan berbagai perubahan radikal. Sudah menjadi pakem dalam bisnis jasa harus selalu ada pembaruan baik dalam pelayanan dan penyajian pelayanan tersebut. Demi inovasi berkelanjutan yang terjamin selalu berdampak positif, Etihad mendirikan Etihad Innovation Centre di Abu Dhabi dan mulai beroperasi pada 2014.
Fasilitas ini tidak satu area dengan kantor pusat Etihad meski sama-sama berada di satu kota. Lokasinya sengaja terpisah supaya orang-orang di Etihad Innovation Centre dapat benar-benar fokus dengan tujuan mereka untuk terus menghasilkan inovasi. Mereka tidak boleh terganggu oleh berbagai aktivitas di kantor pusat. Kesan luas dan elegan muncul begitu pengunjung memasuki gedung Etihad Innovation Centre. Persis seperti pesan yang ingin selalu disampaikan oleh Etihad terhadap para pengguna jasanya.
Di bagian lobi terdapat replika beberapa pesawat andalan Etihad. Di ruang pamer ini ada sebuah lemari pajang berisi sejumlah hasil inovasi. Salah satunya amenity bags baru yang diberikan untuk penumpang kelas Diamond First, Pearl Business, dan Coral Economy . Tas perlengkapan tersebut berpola Sadou dengan beragam warna khas UEA yang berakar dari tradisi tenun pemukim Abu Dhabi.
Di Etihad Innovation Centre terdapat dua simulator kabin A380 serta B787. Pengunjung yang semuanya datang atas undangan bisa merasakan kenyamanan kabin untuk kelas The Residence, First Apartment, First Suite, Business Studio, serta Economy Smart Seat . Selain untuk showcase , simulator kabin ini digunakan juga oleh para kru Etihad untuk berlatih.
KORAN SINDO sebagai satu-satunya media yang diundang Etihad pada pertengahan Februari 2015, mendapat waktu yang begitu fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai kenyamanan kabin A380 dan B787 bahkan hingga desain baru penutup mata yang digunakan penumpang saat tidur. Di salah satu sisinya tertulis ”do not disturb ” dan berbagai variannya dalam bahasa-bahasa lain sementara di sisi lain bertuliskan ”wake me up to eat ”.
Dengan penutup mata tersebut, tak akan lagi ada penumpang yang sedang tertidur lelap terpaksa bangun karena pramugari ingin menawarkan makanan. Inovasi lain yang memang sangat disesuaikan dengan kebutuhan penumpang adalah penyediaan tempat salat khusus di dalam pesawat, lengkap dengan kompas digital penunjuk kiblat.
Etihad pun memberi perhatian ekstra terhadap penumpang kelas ekonominya dengan menghadirkan sandaran kepala khusus di kursi mereka yang menambah kenyamanan, memberikan kesan lapang, sekaligus privasi. Etihad tampaknya memahami benar bahwa inovasi yang sesuai kebutuhan konsumen adalah kunci sukses dalam industri jasa.
Terakhir, di penghujung tahun lalu maskapai yang beroperasi sejak 2003 ini memperkenalkan livery baru untuk armadanya. Peter Knapp, global creative officer dari Landor Associates—perusahaan konsultan desain eksterior pesawat Etihad, mengatakan, livery baru tersebut menggambarkan kisah yang luar biasa dari region Teluk serta sejarah masa lalu Abu Dhabi, perkembangannya sekarang, dan akan seperti apa pada masa depan.
Desain ini memberikan narasi untuk sebuah merek maskapai yang inovatif. Pola desain tersebut bernama ”Aspek dari Abu Dhabi”/The Facets of Abu Dhabi ” dengan komposisi warna berbeda- beda yang mencerminkan lanskap Uni Emirat Arab (UEA). Desain ini hasil dari rangkaian panjang penelitian yang juga mempertimbangkan pilihan para penduduk UEA serta para pelancong internasional.
Etihad menjadi game changer dalam industripenerbangankarenakemampuannya dalam memahami kebutuhan penumpang. Maskapai ini bahkan mampu menyabet titel sangat bergengsi di dunia penerbangan yaitu ”Worlds Leading Airline” pada World Travel Awards(WTA) selama enam tahun berturut-turut. Etihad juga meraih dua penghargaan lain yaitu ”Worlds Leading First Class” dan ”Worlds Leading Cabin Crew ”. KORAN SINDO sempat kecele ketika berkunjung ke Etihad Innovation Centre pertengahan Februari lalu.
Dengan yakin, KORAN SINDOkepada Communication Manager Etihad James Sanderson yang menemani menyebutkan bahwa bagian kabin yang sedang kami masuki adalah kelas Pearl Business atau Diamond First. Sanderson tertawa kemudian mengatakan bahwa kami sedang berada di kabin kelas Coral Economy. Wow, kelas ekonomi A380 dan B787 Etihad Airways begitu mewah dan elegan.
Menarik melihat bagaimana perusahaan maskapai yang sangat besar—dengan 110 pesawat hingga akhir 2014 serta mengangkut sekitar 14,8 juta penumpang pada tahun lalu berani melakukan berbagai perubahan radikal. Sudah menjadi pakem dalam bisnis jasa harus selalu ada pembaruan baik dalam pelayanan dan penyajian pelayanan tersebut. Demi inovasi berkelanjutan yang terjamin selalu berdampak positif, Etihad mendirikan Etihad Innovation Centre di Abu Dhabi dan mulai beroperasi pada 2014.
Fasilitas ini tidak satu area dengan kantor pusat Etihad meski sama-sama berada di satu kota. Lokasinya sengaja terpisah supaya orang-orang di Etihad Innovation Centre dapat benar-benar fokus dengan tujuan mereka untuk terus menghasilkan inovasi. Mereka tidak boleh terganggu oleh berbagai aktivitas di kantor pusat. Kesan luas dan elegan muncul begitu pengunjung memasuki gedung Etihad Innovation Centre. Persis seperti pesan yang ingin selalu disampaikan oleh Etihad terhadap para pengguna jasanya.
Di bagian lobi terdapat replika beberapa pesawat andalan Etihad. Di ruang pamer ini ada sebuah lemari pajang berisi sejumlah hasil inovasi. Salah satunya amenity bags baru yang diberikan untuk penumpang kelas Diamond First, Pearl Business, dan Coral Economy . Tas perlengkapan tersebut berpola Sadou dengan beragam warna khas UEA yang berakar dari tradisi tenun pemukim Abu Dhabi.
Di Etihad Innovation Centre terdapat dua simulator kabin A380 serta B787. Pengunjung yang semuanya datang atas undangan bisa merasakan kenyamanan kabin untuk kelas The Residence, First Apartment, First Suite, Business Studio, serta Economy Smart Seat . Selain untuk showcase , simulator kabin ini digunakan juga oleh para kru Etihad untuk berlatih.
KORAN SINDO sebagai satu-satunya media yang diundang Etihad pada pertengahan Februari 2015, mendapat waktu yang begitu fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai kenyamanan kabin A380 dan B787 bahkan hingga desain baru penutup mata yang digunakan penumpang saat tidur. Di salah satu sisinya tertulis ”do not disturb ” dan berbagai variannya dalam bahasa-bahasa lain sementara di sisi lain bertuliskan ”wake me up to eat ”.
Dengan penutup mata tersebut, tak akan lagi ada penumpang yang sedang tertidur lelap terpaksa bangun karena pramugari ingin menawarkan makanan. Inovasi lain yang memang sangat disesuaikan dengan kebutuhan penumpang adalah penyediaan tempat salat khusus di dalam pesawat, lengkap dengan kompas digital penunjuk kiblat.
Etihad pun memberi perhatian ekstra terhadap penumpang kelas ekonominya dengan menghadirkan sandaran kepala khusus di kursi mereka yang menambah kenyamanan, memberikan kesan lapang, sekaligus privasi. Etihad tampaknya memahami benar bahwa inovasi yang sesuai kebutuhan konsumen adalah kunci sukses dalam industri jasa.
(ars)