26 Nelayan Diselamatkan Setelah Dua Hari Terapung
A
A
A
BATANG - Sebanyak 26 nelayan KMN Marcel Jaya 20 berhasil diselamatkan nelayan Batang pada Rabu (4/3) dini hari setelah lebih dari dua hari terombangambing di Laut Jawa.
Kapal nelayan asal Muara Angke itu terbalik setelah dihantam ombak di perairan Cirebon. “Kami berangkat pada Minggu (1/3) sekitar pukul 20.00 WIB. Namun, Senin (2/3) jam 14.00 WIB, kapal tiba-tiba dihantam ombak dari sebelah kiri dan langsung terbalik di perairan Cirebon pada Senin (2/3) sekitar pukul 14.00 WIB.
Kami bersyukur selamat, namun kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang bawaan,” kata nakhoda KMN Marcel Jaya 20, Zakaria, 44. Menurut Zakaria, saat itu cuaca sekitar dalam keadaan buruk. Ketinggian ombak mencapai lebih dari 2,5 meter. “Rabu (3/3) subuh ada kapal lewat, kami melambai-lambaikan tangan untuk meminta pertolongan.
Ternyata, mereka nelayan Batang, dan kami dibawa ke sini (Satuan Polisi Air Batang). Kemudian kami diberi makan oleh teman-teman nelayan Batang,” ungkap warga Bireun, Aceh itu. Selama terapung sekitar dua hari dua malam, dia bersama anak buah kapal (ABK)-nya tidak makan dan minum.
Namun, ada juga yang nekat makan mi instan yang sudah terkena solar. Alhasil, kondisi fisik mereka sangat lemah. KMN Marcel Jaya 20 akan mencari ikan hingga ke Ambon. Namun, niat tersebut tak kesampaian keburu kapal mereka diterjang ombak dan terbalik di perairan Cirebon. Akibat itu, pihaknya menderita kerugian hingga Rp3 miliar.
“Rencana kami mau mencari cumi sampai ke Ambon. Kerugian total termasuk barang bawaan sekitar Rp3 miliar,” sebutnya. Di sisi lain, Nakhoda KM Tambah Rejeki Ahmad Gunawan, 38, yang berhasil menyelamatkan 26 nelayan asal Muara Angke itu semula mengira para korban adalah tumpukan sampah yang terapung di laut. Apalagi, posisi mereka berada sekitar 2 mil di sebelah barat kapalnya.
“Saya turunkan jangkar di sekitar lokasi penemuan itu pada Selasa (3/3) sekitar pukul 23.00 WIB. Kemudian paginya kami mulai bekerja mencari ikan. Posisi para korban di sebelah barat laut Pemalang. Jarak kami dengan para korban sekitar 2 mil sehingga awalnya saya kira sampah di laut.
Lamalama kapal mereka mendekat karena terbawa ombak dan terlihat salah satu di antara mereka melambaikan tangan meminta pertolongan sehingga kami langsung angkat jangkar dan mengejar mereka,” ungkap warga Kelurahan Kasepuhan itu. Menurutnya, saat diselamatkan hampir seluruh korban dalam keadaan lemas. Selama kapal terbalik dan terapung di Laut Jawa, para korban tidak makan sama sekali.
Dia langsung memutuskan pulang ke darat dari rencana awal melaut dua hari sebab kapalnya hanya berukuran 20GT. “ABK saya sembilan ditambah 26 sempit sekali sebab kapal saya kecil. Selain itu, para korban juga dalam keadaan lemas, jadi saya putuskan pulang dulu. Sebetulnya, rencana saya masih mencari ikan dua hari lagi. Saya hubungi Polair dan sampai di TPI Rabu petang,” tambahnya.
Prahayuda febrianto
Kapal nelayan asal Muara Angke itu terbalik setelah dihantam ombak di perairan Cirebon. “Kami berangkat pada Minggu (1/3) sekitar pukul 20.00 WIB. Namun, Senin (2/3) jam 14.00 WIB, kapal tiba-tiba dihantam ombak dari sebelah kiri dan langsung terbalik di perairan Cirebon pada Senin (2/3) sekitar pukul 14.00 WIB.
Kami bersyukur selamat, namun kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang bawaan,” kata nakhoda KMN Marcel Jaya 20, Zakaria, 44. Menurut Zakaria, saat itu cuaca sekitar dalam keadaan buruk. Ketinggian ombak mencapai lebih dari 2,5 meter. “Rabu (3/3) subuh ada kapal lewat, kami melambai-lambaikan tangan untuk meminta pertolongan.
Ternyata, mereka nelayan Batang, dan kami dibawa ke sini (Satuan Polisi Air Batang). Kemudian kami diberi makan oleh teman-teman nelayan Batang,” ungkap warga Bireun, Aceh itu. Selama terapung sekitar dua hari dua malam, dia bersama anak buah kapal (ABK)-nya tidak makan dan minum.
Namun, ada juga yang nekat makan mi instan yang sudah terkena solar. Alhasil, kondisi fisik mereka sangat lemah. KMN Marcel Jaya 20 akan mencari ikan hingga ke Ambon. Namun, niat tersebut tak kesampaian keburu kapal mereka diterjang ombak dan terbalik di perairan Cirebon. Akibat itu, pihaknya menderita kerugian hingga Rp3 miliar.
“Rencana kami mau mencari cumi sampai ke Ambon. Kerugian total termasuk barang bawaan sekitar Rp3 miliar,” sebutnya. Di sisi lain, Nakhoda KM Tambah Rejeki Ahmad Gunawan, 38, yang berhasil menyelamatkan 26 nelayan asal Muara Angke itu semula mengira para korban adalah tumpukan sampah yang terapung di laut. Apalagi, posisi mereka berada sekitar 2 mil di sebelah barat kapalnya.
“Saya turunkan jangkar di sekitar lokasi penemuan itu pada Selasa (3/3) sekitar pukul 23.00 WIB. Kemudian paginya kami mulai bekerja mencari ikan. Posisi para korban di sebelah barat laut Pemalang. Jarak kami dengan para korban sekitar 2 mil sehingga awalnya saya kira sampah di laut.
Lamalama kapal mereka mendekat karena terbawa ombak dan terlihat salah satu di antara mereka melambaikan tangan meminta pertolongan sehingga kami langsung angkat jangkar dan mengejar mereka,” ungkap warga Kelurahan Kasepuhan itu. Menurutnya, saat diselamatkan hampir seluruh korban dalam keadaan lemas. Selama kapal terbalik dan terapung di Laut Jawa, para korban tidak makan sama sekali.
Dia langsung memutuskan pulang ke darat dari rencana awal melaut dua hari sebab kapalnya hanya berukuran 20GT. “ABK saya sembilan ditambah 26 sempit sekali sebab kapal saya kecil. Selain itu, para korban juga dalam keadaan lemas, jadi saya putuskan pulang dulu. Sebetulnya, rencana saya masih mencari ikan dua hari lagi. Saya hubungi Polair dan sampai di TPI Rabu petang,” tambahnya.
Prahayuda febrianto
(bbg)