Dari Pura-pura ke Toilet hingga Memberikan Alamat Palsu

Kamis, 05 Maret 2015 - 11:20 WIB
Dari Pura-pura ke Toilet...
Dari Pura-pura ke Toilet hingga Memberikan Alamat Palsu
A A A
Budaya ngemplang atau habis makan, tapi tidak membayar, ternyata tidak hanya terjadi di negara berkembang.

Di negara serapi dan semakmur Swiss pun taktik eat and run juga terjadi. “Setiap tahun kasus seperti ini terjadi di Zurich, rata-rata 90-an kasus,” tutur Martin Huesel, humas kepolisian Zurich, ketika dihubungi KORAN SINDO . Modusnya beragam. Ada yang pura-pura lupa dompetnya tertinggal di mobil. Meski begitu, sampai parkiran dan masuk mobil, mereka langsung tancap gas. Ada pula yang purapura mencoba makanan untuk pesta pernikahan.

“Katanya, tagihannya akan dibayar jika pesta sebenarnya digelar. Tapi, ketika ditunggu kelanjutannya, rekening untuk mencicipi makanan tidak ada, pesta nikahnya juga tidak ada,” kata Luzia, pemilik resto di Swiss. Modus lain, tutur Luzia, antara lain memberikan alamat palsu atau pura-pura merokok di luar dan kabur. “Bahkan ada yang masih membawa gelas anggur sambil merokok, seolah- olah meyakinkan akan kembali, tapi tidak. Termasuk gelasnya juga dibawa kabur,” imbuh Luzia.

Kendati terbilang kecil, jumlah aksi ngemplang itu tak bisa dibilang remeh. Umumnya pemilik resto atau hotel di Swiss enggan melaporkan kasus semacam ini. Selain memakan waktu panjang, juga jika sampai ada polisi berseragam masuk restoran, akan merusak citra restoran tersebut. “Kalau pas ramai, ya memang dianggap angin lalu saja,” ujar Made Mahendra, pelayan asal Bali yang bekerja di sebuah resto di Interlaken. “Kalau sepi, ya kami waiter yang harus nalangi kerugian,” imbuhnya.

Menurut Made, karena Interlaken merupakan daerah pariwisata, orang yang biasanya ngemplang adalah para turis. “Kalau lagi ramai, memang kami kewalahan dengan pelanggan. Ada turis yang begitu habis makan, pura-pura ke toilet, tapi akhirnya menghilang,” tutur Made. Taktik lain adalah membayar dengan uang palsu. Di resto cepat saji, kasus seperti ini biasanya sering terjadi saat ramai atau malam hari.

“Biasanya pakai pecahan besar, lalu setelah mendapatkan uang kembalian, langsung kabur,” kata salah satu manajer resto cepat saji di Lucerne, Swiss Tengah, ini. Hingga kini kalangan pengusaha resto tidak bisa berbuat banyak. Salah satu cara untuk menyikapi kasus seperti ini yaitu menyebarkan e-mail berantai ketika ada kejadian semacam ini.

Laporan Koresponden Koran Sindo
Krisna Diantha Swiss
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7674 seconds (0.1#10.140)