Hunian Minimalis Berkonsep One Stop Service
A
A
A
Cerahnya cuaca di Minggu pagi pekan lalu menyambut kedatangan KORAN SINDO di rumah Hendardji Soepandji.
Jenderal purnawirawan bintang dua yang sekarang aktif memimpin Yayasan LIA itu bersikap amat hangat, begitu pun sang istri, Ratna Rosita Hendardji. Mantan Danpuspomad dan Aspam Kasad itu bercerita bagaimana kehidupan yang berlangsung di dalam rumahnya yang bergaya minimalis.
Rumah dengan luas tanah 400 m2 dan luas bangunan 650 m2 ini sudah dihuni Hendardji sejak Januari 2008. Berada di kawasan Jakarta Selatan, rumah ini dibangun oleh anak pertama Hendardji yang seorang arsitek yaitu Bagus Adhita.
”Rumah ini dibangun sebagai proyek pertama anak saya setelah dia lulus. Saya tidak banyak bicara konsep, tetapi dia sudah mengerti sendiri bagaimana rumah yang saya inginkan,” ungkap Hendardji. Anak sulungnya itu sudah bisa memahami keinginan orang tua dan menuangkan idenya dalam bentuk bangunan minimalis nan cantik. Adit, sapaan akrab arsitek rumah ini, mengatakan, sebenarnya tidak ada gaya khusus dalam membangun rumah.
”Cari yang tropis dan yang berhubungan dengan alam. Kalau menggunakan unsur kayu, lebih ke pancaran suasana hangat yang dicari. Jadi, terasa cozynya. Kalau bicara interior, ada beberapa bagian yang sengaja dibuat sendiri,” ungkapnya. Hunian yang sudah ditempati kurang lebih enamtahuninimemilikifilosofidisetiapsisinya. Ketika memasuki rumah, ada anak tangga menuju pintu utama. Menurut Hendardji, filosofi tangga itu hidup yang penuh perjuangan dan ada koridor yang membatasinya.
”Begitu masuk, ada pintu yang lebar. Itu berarti, diri kita harus terbuka sebab akan mudah menyesuaikan diri dengan orang lain,” ungkap Hendardji, pria kelahiran Semarang, 10 Februari 1952. Masuk ke ruang tamu, ada beberapa elemen interior menarik seperti patung macan dan patung keadilan. Hendardji mengatakan, macan merupakan lambang yang memiliki arti keras. Tetapi, keras untuk melindungi dan bertanggung jawab kepada keluarga.
”Itu yang harus dilakukan seorang kepala keluarga. Selain itu, kepala keluarga juga harus adil. Maka itu, ada patung keadilan di sini,” ucapnya. Setelah melewati ruang tamu, terdapat area untuk ruang kumpul keluarga yang cukup luas. Meliputi tempat kumpul untuk hiburan, kemudian ada dapur bersih beserta meja makannya.
Hendardji mengaku, suka berkumpul dengan keluarga besarnya sehingga membutuhkan ruang yang cukup luas. ”Keluarga saya dan istri bisa dikatakan keluarga besar. Kalau semua ngumpul , mungkin ada 150 orang. Jadi, sengaja ruang keluarga saya buat seluas ini,” kata kakek dua cucu itu. Kebiasaan Hendardji sejak kecil adalah menjaga rutinitas olahraga dan bela diri.
Alhasil, di rumah ini pun harus memiliki sarana olahraga semisal kolam renang. Fasilitas olahraga itu digunakan agar stamina dan kesehatannya selalu terjaga. ”Paling utama adalah ada sirkulasi udara yang cukup luas di sini. Itu juga menunjukkan ada keterbukaan dalam hidup. Suami dan istri harus saling terbuka agar awet,” ungkapnya.
Hendardji menambahkan, beberapa tanaman dan aksen kayu ikut diterapkan untuk memperindah sekaligus menciptakan nuansa alam di rumahnya. Baginya, tanaman mampu memberikan kesan ”hidup” pada hunian. ”Filosofi kayu juga memberi kehidupan. Jadi saya senang dengan unsur kayu dan rasanya memberikan keteduhan di hati,” ucapnya.
Rumah yang dibangun pada 2007 ini terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar atau basement digunakan untuk service area, ada garasi serta tempat tinggal bagi para pekerja di rumah seperti pembantu dan supir. Kemudian, lantai dua digunakan sebagai public area. Ada ruangan untuk berkumpul, termasuk untuk bekerja, hiburan, ibadah, dan fasilitas olahraga. Sedangkan di lantai tiga khusus untuk private area.
Di sana terdapat kamar tidur utama dan dua kamar tidur anak. Kini rumah ini hanya dihuni oleh Hendardji bersama istri. Anak-anak Hendardji sudah menikah dan memiliki tempat tinggal sendiri. Sebelumnya Hendardji tinggal di daerah Cipayung, Jakarta Timur. Aktivitas yang semakin banyak dilakukan di Jakarta membuat keluarga ini harus pindah. Tapi, hingga saat ini kediamannya di Cipayung masih digunakan untuk padepokan seni budaya dan pengajian rutin dengan masyarakat sekitar.
Ratna Hendardji mengaku, saat ini lebih banyak terlibat dalam aktivitas sosial. ”Saya masih ikut berbaur dengan masyarakat. Masih aktif ikut pengajian dan kegiatan line dance untuk olahraga dan rileksasi setiap Sabtu,” ujar mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan itu.
Hendardji mengatakan, merasa cocok dan senang dengan suasana kehidupan yang terbentuk dalam rumah ini. ”Prinsip saya adalah one stop servicedalam satu rumah. Saya bisa beribadah, makan, istirahat, kerja, dan olahraga di dalam satu tempat yaitu rumah ini,” ucapnya.
Dina angelina
Jenderal purnawirawan bintang dua yang sekarang aktif memimpin Yayasan LIA itu bersikap amat hangat, begitu pun sang istri, Ratna Rosita Hendardji. Mantan Danpuspomad dan Aspam Kasad itu bercerita bagaimana kehidupan yang berlangsung di dalam rumahnya yang bergaya minimalis.
Rumah dengan luas tanah 400 m2 dan luas bangunan 650 m2 ini sudah dihuni Hendardji sejak Januari 2008. Berada di kawasan Jakarta Selatan, rumah ini dibangun oleh anak pertama Hendardji yang seorang arsitek yaitu Bagus Adhita.
”Rumah ini dibangun sebagai proyek pertama anak saya setelah dia lulus. Saya tidak banyak bicara konsep, tetapi dia sudah mengerti sendiri bagaimana rumah yang saya inginkan,” ungkap Hendardji. Anak sulungnya itu sudah bisa memahami keinginan orang tua dan menuangkan idenya dalam bentuk bangunan minimalis nan cantik. Adit, sapaan akrab arsitek rumah ini, mengatakan, sebenarnya tidak ada gaya khusus dalam membangun rumah.
”Cari yang tropis dan yang berhubungan dengan alam. Kalau menggunakan unsur kayu, lebih ke pancaran suasana hangat yang dicari. Jadi, terasa cozynya. Kalau bicara interior, ada beberapa bagian yang sengaja dibuat sendiri,” ungkapnya. Hunian yang sudah ditempati kurang lebih enamtahuninimemilikifilosofidisetiapsisinya. Ketika memasuki rumah, ada anak tangga menuju pintu utama. Menurut Hendardji, filosofi tangga itu hidup yang penuh perjuangan dan ada koridor yang membatasinya.
”Begitu masuk, ada pintu yang lebar. Itu berarti, diri kita harus terbuka sebab akan mudah menyesuaikan diri dengan orang lain,” ungkap Hendardji, pria kelahiran Semarang, 10 Februari 1952. Masuk ke ruang tamu, ada beberapa elemen interior menarik seperti patung macan dan patung keadilan. Hendardji mengatakan, macan merupakan lambang yang memiliki arti keras. Tetapi, keras untuk melindungi dan bertanggung jawab kepada keluarga.
”Itu yang harus dilakukan seorang kepala keluarga. Selain itu, kepala keluarga juga harus adil. Maka itu, ada patung keadilan di sini,” ucapnya. Setelah melewati ruang tamu, terdapat area untuk ruang kumpul keluarga yang cukup luas. Meliputi tempat kumpul untuk hiburan, kemudian ada dapur bersih beserta meja makannya.
Hendardji mengaku, suka berkumpul dengan keluarga besarnya sehingga membutuhkan ruang yang cukup luas. ”Keluarga saya dan istri bisa dikatakan keluarga besar. Kalau semua ngumpul , mungkin ada 150 orang. Jadi, sengaja ruang keluarga saya buat seluas ini,” kata kakek dua cucu itu. Kebiasaan Hendardji sejak kecil adalah menjaga rutinitas olahraga dan bela diri.
Alhasil, di rumah ini pun harus memiliki sarana olahraga semisal kolam renang. Fasilitas olahraga itu digunakan agar stamina dan kesehatannya selalu terjaga. ”Paling utama adalah ada sirkulasi udara yang cukup luas di sini. Itu juga menunjukkan ada keterbukaan dalam hidup. Suami dan istri harus saling terbuka agar awet,” ungkapnya.
Hendardji menambahkan, beberapa tanaman dan aksen kayu ikut diterapkan untuk memperindah sekaligus menciptakan nuansa alam di rumahnya. Baginya, tanaman mampu memberikan kesan ”hidup” pada hunian. ”Filosofi kayu juga memberi kehidupan. Jadi saya senang dengan unsur kayu dan rasanya memberikan keteduhan di hati,” ucapnya.
Rumah yang dibangun pada 2007 ini terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar atau basement digunakan untuk service area, ada garasi serta tempat tinggal bagi para pekerja di rumah seperti pembantu dan supir. Kemudian, lantai dua digunakan sebagai public area. Ada ruangan untuk berkumpul, termasuk untuk bekerja, hiburan, ibadah, dan fasilitas olahraga. Sedangkan di lantai tiga khusus untuk private area.
Di sana terdapat kamar tidur utama dan dua kamar tidur anak. Kini rumah ini hanya dihuni oleh Hendardji bersama istri. Anak-anak Hendardji sudah menikah dan memiliki tempat tinggal sendiri. Sebelumnya Hendardji tinggal di daerah Cipayung, Jakarta Timur. Aktivitas yang semakin banyak dilakukan di Jakarta membuat keluarga ini harus pindah. Tapi, hingga saat ini kediamannya di Cipayung masih digunakan untuk padepokan seni budaya dan pengajian rutin dengan masyarakat sekitar.
Ratna Hendardji mengaku, saat ini lebih banyak terlibat dalam aktivitas sosial. ”Saya masih ikut berbaur dengan masyarakat. Masih aktif ikut pengajian dan kegiatan line dance untuk olahraga dan rileksasi setiap Sabtu,” ujar mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan itu.
Hendardji mengatakan, merasa cocok dan senang dengan suasana kehidupan yang terbentuk dalam rumah ini. ”Prinsip saya adalah one stop servicedalam satu rumah. Saya bisa beribadah, makan, istirahat, kerja, dan olahraga di dalam satu tempat yaitu rumah ini,” ucapnya.
Dina angelina
(ars)