Pilih Bus karena Genre Musik
A
A
A
PERSAINGAN bisnis memaksa pengusaha dan supir minibus menawarkan berbagai fasilitas salah satunya pertunjukan musik.
Setiap minibus memutar musik yang berbedabeda bergantung genre yang diusung. Bagi penumpang yang menyukai musik pop, mereka akan memilih bus yang menawarkan musik pop. Fenomena budaya itu terjadi di Nairobi, ibu kota Kenya. Tiga juta penduduk Nairobi memilih matatu (nama lain minibus) berdasarkan genre musik yang dimainkan. Dekorasi di dalam minibus juga menyesuaikan dengan aliran musik yang dimainkan.
Grafiti minibus yang unik dan menarik juga merepresentasikan musik yang diusung. Bukan musik semata yang menjadi andalan, melainkan berbagai pelayanan lain juga tersedia. Tersedia layanan melukis wajah dan anggota tubuh bagi penumpang yang menginginkannya. Bagi penumpang yang lelah dan capek, fasilitas pijat juga mampu memanjang penumpang.
Menariknya, ada juga minibus yang menawarkan atraksi musik secara langsung. Salah satunya DJ (disk jockey ) yang rajin menggelar pertunjukan di dalam perjalanan minibus itu adalah DJ Brownskin, yang memiliki nama asli Michael Macharia. Selain menghibur penumpang, dia juga menjual CD di dalam bus.
“Saya menghasilkan banyak uang. Setiap pulang saya membawa USD7,60 (Rp97.000),” sebut Brownskin, dilansir BBC. Untuk mendapatkan penumpang, Brownskin harus selalu menampilkan pertunjukan terbaiknya. “Ada 100 DJ dalam persaingan minibus,” katanya.
Penggabungan antara musik dan industri angkutan umum itu mendapatkan dukungan dari Presiden Kenya Uhuru Kenyatta. Apalagi, itu juga menciptakan lapangan kerja baru. “Kita seharusnya mendukung anak muda untuk mengembangkan bakatnya,” ungkapnya.
Andika hendra m
Setiap minibus memutar musik yang berbedabeda bergantung genre yang diusung. Bagi penumpang yang menyukai musik pop, mereka akan memilih bus yang menawarkan musik pop. Fenomena budaya itu terjadi di Nairobi, ibu kota Kenya. Tiga juta penduduk Nairobi memilih matatu (nama lain minibus) berdasarkan genre musik yang dimainkan. Dekorasi di dalam minibus juga menyesuaikan dengan aliran musik yang dimainkan.
Grafiti minibus yang unik dan menarik juga merepresentasikan musik yang diusung. Bukan musik semata yang menjadi andalan, melainkan berbagai pelayanan lain juga tersedia. Tersedia layanan melukis wajah dan anggota tubuh bagi penumpang yang menginginkannya. Bagi penumpang yang lelah dan capek, fasilitas pijat juga mampu memanjang penumpang.
Menariknya, ada juga minibus yang menawarkan atraksi musik secara langsung. Salah satunya DJ (disk jockey ) yang rajin menggelar pertunjukan di dalam perjalanan minibus itu adalah DJ Brownskin, yang memiliki nama asli Michael Macharia. Selain menghibur penumpang, dia juga menjual CD di dalam bus.
“Saya menghasilkan banyak uang. Setiap pulang saya membawa USD7,60 (Rp97.000),” sebut Brownskin, dilansir BBC. Untuk mendapatkan penumpang, Brownskin harus selalu menampilkan pertunjukan terbaiknya. “Ada 100 DJ dalam persaingan minibus,” katanya.
Penggabungan antara musik dan industri angkutan umum itu mendapatkan dukungan dari Presiden Kenya Uhuru Kenyatta. Apalagi, itu juga menciptakan lapangan kerja baru. “Kita seharusnya mendukung anak muda untuk mengembangkan bakatnya,” ungkapnya.
Andika hendra m
(ars)