Sistem E-Ticketing Saja Belum Cukup
A
A
A
JAKARTA - Seluruh koridor bus Transjakarta kini menggunakan sistem berbayar secara elektronik (e-ticketing). Namun, pemberlakuan e-ticketing saja belum cukup karena masih banyak pelayanan yang harus diperbaiki.
E-ticketing diharapkan dapat mengurangi antrean di loket di tengah operasional armada bus yang belum mampu mengangkut penumpang dengan cepat. Dengan e-ticketing, penumpang Transjakarta tidak perlu lagi dilayani petugas dalam hal pembayaran tarif bus. Petugas Transjakarta hanya menjual kartu perdana e-ticketing yang dibanderol sebesar Rp40.000 dengan saldo Rp20.000.
“Memang memudahkan tinggal tapping , tapi pelayanan Transjakarta tidak selesai begitu saja dengan e-ticketing, masih banyak hal lain yang harus diperbaiki,” ujar Rendy, pengguna Transjakarta asal Rempoa, Jakarta Selatan, kemarin. Persoalan lain yang muncul dari penerapan e-ticketing, para penumpang tidak lagi berdesakan di loket, namun diprediksi akan menumpuk di halte.
Ini disebabkan daya tampung halte hanya 12.000-18.000 orang, sedangkan jumlah penumpang Transjakarta di setiap halte mencapai 300.000-350.000 orang per harinya. Pengamat transportasi Universitas Trisakti Yayat Supriyatna menyayangkan penerapan e-ticketing yang tidak dibarengi peningkatan pelayanan di sektor lainnya, sehingga pengguna Transjakarta merasa terpaksa mengikuti sistem tersebut yang hanya menguntungkan operator.
Untuk itu, PT Transportasi Jakarta harus segera menerapkansistem pelayanan minimum (SPM) yangjelasagarmasyarakat tidak merasa terpaksa menggunakan e-ticketing. Misalnya tidak boleh lagi ada keterlambatan headway, tidak boleh menaikkan tarif sebelum pelayanan meningkat, dan sebagainya.
“Mereka terpaksa menggunakan, tapi pelayanan belum berubah. Contoh Commuter Line, mereka memaksa menggunakan e-ticketing ketika pelayanannya mengalami perubahan, meskipun di satu sisi sistem ini hanya menguntungkan operator,” katanya. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius NS Kosasih mengatakan, satu dari tiga penyebab utama antrean panjang sudah teratasi.
“Penyebab lainnya seperti penambahan armada bus dan renovasi halte akan kami lakukan tahun ini,” ujarnya. Pada Sabtu (21/2), sistem eticketing diterapkan di koridor IV (Pulogadung-Dukuh Atas) dan koridor VI (Latuharhari- Ragunan) sebagai pelengkap penggunaan e-ticketing di 12 koridor Transjakarta. Untuk semester dua tahun ini, PT Transportasi Jakarta akan meluncurkan e-ticketing yang diproduksi khusus oleh Transjakarta. Nanti e-ticketing ini terintegrasi dengan Commuter Line.
“Sampai kini kartu yang telah terjual sebanyak lebih dari 300.000 kartu,” katanya. Menurut dia, lambannya penerapan e-ticketing pada seluruh koridor Transjakarta akibat masalah nonteknis seperti belum tersedianya top-up (isi ulang e-ticketing ) di setiap halte. Ke depan, enam bank yang memproduksi e-ticketing akan menaruh mesin top-up otomatis di setiap halte.
Di bagian lain, PT Transportasi Jakarta segera mendatangkan 129 unit bus Transjakarta plus 200 unit Kopaja dan 193 Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) pada Juni mendatang. Dengan kedatangan bus tersebut, waktu kedatangan (headway) atau waktu tunggu penumpang dapat dipercepat hingga 20%. “Dari yang biasanya 15-30 menit menjadi 12-24 menit,” sebut Antonius.
Dari 129 bus Transjakarta, 51 di antaranya bus gandeng merek Scania yang nantinya akan dibeli sendiri oleh PT Transportasi Jakarta melalui Unit Lelang Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa DKI Jakarta. Menurutnya, pengadaan bus pada tahun ini akan berjalan mulus lantaran semua perusahaan sudah masuk dalam sistem e-catalogue . Percepatan headway Transjakarta dibarengi peninggian separator busway hingga 80 cm dengan moveable concrete barrier (MCB).
Tujuannya tak lainuntuk memastikan tidak ada lagi kendaraan pribadi seperti motor maupun mobil masuk busway . “Dipilihnya beton MCB sebagai separator karena juga bisa dibongkar pasang jika terjadi keadaan darurat. Separator yang rusak kami lepas dan diganti dengan yang lebih tinggi,” kata Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal. Penggantian separator rencananya dilakukan secara bertahap.
Dengan anggaran sebesar Rp30 miliar diperkirakan hanya bisa mengganti separator sepanjang 50 meter. “Sambil menunggu anggaran, kami akan mendatanya terlebih dahulu,” ucapnya.
Bima setiyadi
E-ticketing diharapkan dapat mengurangi antrean di loket di tengah operasional armada bus yang belum mampu mengangkut penumpang dengan cepat. Dengan e-ticketing, penumpang Transjakarta tidak perlu lagi dilayani petugas dalam hal pembayaran tarif bus. Petugas Transjakarta hanya menjual kartu perdana e-ticketing yang dibanderol sebesar Rp40.000 dengan saldo Rp20.000.
“Memang memudahkan tinggal tapping , tapi pelayanan Transjakarta tidak selesai begitu saja dengan e-ticketing, masih banyak hal lain yang harus diperbaiki,” ujar Rendy, pengguna Transjakarta asal Rempoa, Jakarta Selatan, kemarin. Persoalan lain yang muncul dari penerapan e-ticketing, para penumpang tidak lagi berdesakan di loket, namun diprediksi akan menumpuk di halte.
Ini disebabkan daya tampung halte hanya 12.000-18.000 orang, sedangkan jumlah penumpang Transjakarta di setiap halte mencapai 300.000-350.000 orang per harinya. Pengamat transportasi Universitas Trisakti Yayat Supriyatna menyayangkan penerapan e-ticketing yang tidak dibarengi peningkatan pelayanan di sektor lainnya, sehingga pengguna Transjakarta merasa terpaksa mengikuti sistem tersebut yang hanya menguntungkan operator.
Untuk itu, PT Transportasi Jakarta harus segera menerapkansistem pelayanan minimum (SPM) yangjelasagarmasyarakat tidak merasa terpaksa menggunakan e-ticketing. Misalnya tidak boleh lagi ada keterlambatan headway, tidak boleh menaikkan tarif sebelum pelayanan meningkat, dan sebagainya.
“Mereka terpaksa menggunakan, tapi pelayanan belum berubah. Contoh Commuter Line, mereka memaksa menggunakan e-ticketing ketika pelayanannya mengalami perubahan, meskipun di satu sisi sistem ini hanya menguntungkan operator,” katanya. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius NS Kosasih mengatakan, satu dari tiga penyebab utama antrean panjang sudah teratasi.
“Penyebab lainnya seperti penambahan armada bus dan renovasi halte akan kami lakukan tahun ini,” ujarnya. Pada Sabtu (21/2), sistem eticketing diterapkan di koridor IV (Pulogadung-Dukuh Atas) dan koridor VI (Latuharhari- Ragunan) sebagai pelengkap penggunaan e-ticketing di 12 koridor Transjakarta. Untuk semester dua tahun ini, PT Transportasi Jakarta akan meluncurkan e-ticketing yang diproduksi khusus oleh Transjakarta. Nanti e-ticketing ini terintegrasi dengan Commuter Line.
“Sampai kini kartu yang telah terjual sebanyak lebih dari 300.000 kartu,” katanya. Menurut dia, lambannya penerapan e-ticketing pada seluruh koridor Transjakarta akibat masalah nonteknis seperti belum tersedianya top-up (isi ulang e-ticketing ) di setiap halte. Ke depan, enam bank yang memproduksi e-ticketing akan menaruh mesin top-up otomatis di setiap halte.
Di bagian lain, PT Transportasi Jakarta segera mendatangkan 129 unit bus Transjakarta plus 200 unit Kopaja dan 193 Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) pada Juni mendatang. Dengan kedatangan bus tersebut, waktu kedatangan (headway) atau waktu tunggu penumpang dapat dipercepat hingga 20%. “Dari yang biasanya 15-30 menit menjadi 12-24 menit,” sebut Antonius.
Dari 129 bus Transjakarta, 51 di antaranya bus gandeng merek Scania yang nantinya akan dibeli sendiri oleh PT Transportasi Jakarta melalui Unit Lelang Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa DKI Jakarta. Menurutnya, pengadaan bus pada tahun ini akan berjalan mulus lantaran semua perusahaan sudah masuk dalam sistem e-catalogue . Percepatan headway Transjakarta dibarengi peninggian separator busway hingga 80 cm dengan moveable concrete barrier (MCB).
Tujuannya tak lainuntuk memastikan tidak ada lagi kendaraan pribadi seperti motor maupun mobil masuk busway . “Dipilihnya beton MCB sebagai separator karena juga bisa dibongkar pasang jika terjadi keadaan darurat. Separator yang rusak kami lepas dan diganti dengan yang lebih tinggi,” kata Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal. Penggantian separator rencananya dilakukan secara bertahap.
Dengan anggaran sebesar Rp30 miliar diperkirakan hanya bisa mengganti separator sepanjang 50 meter. “Sambil menunggu anggaran, kami akan mendatanya terlebih dahulu,” ucapnya.
Bima setiyadi
(ars)