Penerbangan Lion Kacau-Balau
A
A
A
TANGERANG - Ribuan penumpang maskapai Lion Air terluntalunta akibat penundaan sejumlah penerbangan sejak Rabu (18/2) hingga tadi malam. Tak hanya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, penundaan penerbangan (delay) juga menimpa ribuan penumpang di sejumlah bandara di Indonesia.
Di tengah kekecewaan akibat keterlambatan hingga belasan jam itu, penumpang semakin marah dan kesal lantaran tidak ada kejelasan informasi dari petugas maskapai Lion Air. Hasanah, 40, salah satu penumpang dari Jakarta, mengaku bersama keluarganya seharusnya terbang ke Jambi pada Rabu (18/2) pukul 16.00 WIB. Namun hingga pukul 10.00 pagi kemarin dirinya tidakjugamendapatiadanya tanda-tanda akan diberangkatkan.
Dia sempat dijanjikan akan berangkat pada Rabu pukul 17.15 WIB, tetapi hingga malam harinya tak ada lagi kejelasan. Bahkan tak ada satu pun petugas yang bisa dimintai keterangan pada malam harinya. Akhirnya pada malam itu Hasanah berniat ingin membatalkan penerbangan dan menggantinya dengan pesawat lain. Namun itu pun tak juga dilayani karena tak ada petugas di counter (gerai).
Akhirnya Hasanah dan keluarganya memilih untuk bermalam di sebuah hotel dekat dengan bandara. Pagi kemarin dia kembali ke Terminal 1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk berusaha mengecek keadaan terakhir. “Kami pun masih menunggu hingga kini,” jelasnya. Akibat delay itu , dia akhirnya gagal menikmati malam perayaan Imlek di kampung halaman.
Padahal hal tersebut sudah dia rencanakan jauh-jauh hari bersama keluarga besarnya. Penumpang lainnya, Rani, mengatakan sebelumnya dia dijadwalkan terbang ke Palembang pada Rabu (18/2) pukul 16.00 WIB. Namun Lion Air memberikan informasi bahwa penerbangannya diubah jadi Kamis (19/2) pukul 11.00 WIB.
“Tapi sekarang malah delay lagi,” ujarnya kemarin. Sementara itu, dari pantauan KORAN SINDO, gerai tiket maskapaiLionAirdiTerminal1B terlihat kosong setelah delay yang terjadi sejak Rabu. Tidak ada satu pun petugas tiket maupun petugas keamanan pihak Lion Air yang berjaga di gerai. Diduga mereka takut untuk menghadapi penumpang yang telantar.
Sementara hingga tadi malam, sekitar pukul 23.00 WIB, penumpukan penumpang masih terlihat di Terminal 1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di terminal ini, tercatat sedikitnya 5 penerbangan yang seharusnya diberangkatkan Rabu, tetapi baru kemarin bisa dilaksanakan. Selain di Terminal 1, sejumlah penerbangan di Terminal 3 juga mengalami delay.
“Diperkirakan pada hari ini delay masih akan terjadi akibat efek sejak kemarin,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya. Di Palembang, ratusan penumpangLionAirdengannomor penerbangan JT 333 tujuan Jakarta juga telantar. Penumpang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II mengaku lebih dari dua jam mereka dipaksa menunggu pemberangkatan tanpa kejelasan.
Sementara penumpang di Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA) Deli Serdang mengaku menanti sudah lebih dari lima jam. Di Bandara Adisoetjipto Yogyakarta, ratusan penumpang juga harus kecewa karena penerbangan Lion Air mengalami delay sejak Rabu. Bahkan hingga sore kemarin, penundaan masih terjadi. Hal serupa terjadi di Bandara Adisoemarmo Solo.
Asisten Manajer Operasional PT Angkasa Pura Bandara Internasional Adi Soemarmo, Rini Sri Rahayu, mengatakan keterlambatan sudah terjadi sejak Rabu. Rata-rata setiap pesawat mengalami keterlambatan dua hingga empat jam. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menyatakan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada penumpang yang terkena dampak penundaan keberangkatan.
Dia beralasan, sejak Rabu (18/2) pagi rentetan masalah baru diketahui pada pesawat Lion Air. “Penyebab delay baru kita ketahui sejak Rabu pagi dan rentetan kerusakan ini menjadi panjang dan berdampak terhadap slot penerbangan Lion yang harus diatur ulang,” ujarnya. Edward menjelaskan, tiga pesawat mengalami kerusakan saat berada di Semarang dan Jakarta.
“Tiga pesawat rusak karena menabrak benda kecil di udara. Itu di luar prediksi kita. Makanya harus ada perubahan segera, terutama memindahkan penumpang menggunakan pesawat cadangan yang kami punyai,” tuturnya. Lion Air saat ini berusaha mengurai masalah tersebut dengan memindahkan penumpang dengan pesawat cadangan yang ada di Jakarta dan di daerah lain seperti Makassar, Surabaya, maupun Batam.
“Kami ada cadangan pesawat di Makassar satu, Surabaya satu, di Batam satu, serta di Jakarta ada empat. Kami kerahkan semua. Namun itu butuh waktu, terutama memindahkan orang dan memang kita usahakan diangkut secepat mungkin,” jaminnya. Atas kekacauan ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendesak manajemen Lion Air untuk bisa terbuka memberikan penjelasan kepada para penumpangnya.
Staf Khusus Bidang Keterbukaan Informasi Publik Kemenhub Hadi M Djuraid mengatakan, semestinya ada petugas maskapai di tengah kekacauan ini dalam rangka memberikan kejelasan ke penumpang dan mengondisikan situasi agar tetap kondusif. “Jangan sampai dibiarkan bertanya-tanya tanpa ada kepastian. Kemudian, hakhak penumpang juga harus dipenuhi sesuai ketentuan,” sebutnya.
Saat ini Kemenhub sedang mengkaji aturan mengenai kewajiban maskapai memiliki ketersediaan pesawat cadangan yang siap terbang. “Mengenai berapa jumlah pesawat cadangan dan bagaimana mekanismenya masih dikaji bersama pihakpihak terkait,” katanya. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub JA Barata juga mendesak Lion Air memberikan informasi dan menyediakan layanan kepada penumpang.
Adanya penundaan penerbangan mengartikan ada masalah. Penundaan sebenarnya masih bisa ditoleransi karena alasan keselamatan. “Itu sudah diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 25/2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. Di dalamnya diatur tentang keterlambatan penerbangan dan tanggung jawab maskapai,” ucapnya.
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, dalam hal keterlambatan, pihak maskapai bertanggung jawab sepenuhnya kepada penumpang, termasuk ganti rugi lain yang menyebabkan penumpang mengalami kerugian. “Maskapai harus bersifat terbuka. Jika tidak dilakukan, ada sanksi. Cuma, masalahnya, maskapai kita belum terbuka sepenuhnya. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi regulator,” ujar dia.
Dalam regulasi penerbangan, sanksi-sanksi sebenarnya sudah diatur, tetapi dalam penerapannya masih jauh dari yang diharapkan. Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta Kemenhub bertanggung jawab atas telantarnya ribuan penumpang Lion Air. Dia mengusulkan perlunya audit, terutama kepada manajemen maskapai Lion Air.
“Saya kira ini sudah kesekian kalinya, insiden keterlambatan dari maskapai Lion Air. Masalah ini tentu saja sangat merugikan penumpang. Pembenahan harus dilakukan dengan mengaudit maskapai tersebut,” ujar dia. Anggota Komisi V DPR Mohamad Toha meminta pemilik Lion Air Rusdi Kirana bertanggung jawab atas penundaan sejumlah penerbangan rute-rute domestik yang terjadi pada dua hari terakhir.
Denny irawan/Ichsan amin/M andi yusri/Priyo setyawan/Arif setiadi/Ant
Di tengah kekecewaan akibat keterlambatan hingga belasan jam itu, penumpang semakin marah dan kesal lantaran tidak ada kejelasan informasi dari petugas maskapai Lion Air. Hasanah, 40, salah satu penumpang dari Jakarta, mengaku bersama keluarganya seharusnya terbang ke Jambi pada Rabu (18/2) pukul 16.00 WIB. Namun hingga pukul 10.00 pagi kemarin dirinya tidakjugamendapatiadanya tanda-tanda akan diberangkatkan.
Dia sempat dijanjikan akan berangkat pada Rabu pukul 17.15 WIB, tetapi hingga malam harinya tak ada lagi kejelasan. Bahkan tak ada satu pun petugas yang bisa dimintai keterangan pada malam harinya. Akhirnya pada malam itu Hasanah berniat ingin membatalkan penerbangan dan menggantinya dengan pesawat lain. Namun itu pun tak juga dilayani karena tak ada petugas di counter (gerai).
Akhirnya Hasanah dan keluarganya memilih untuk bermalam di sebuah hotel dekat dengan bandara. Pagi kemarin dia kembali ke Terminal 1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk berusaha mengecek keadaan terakhir. “Kami pun masih menunggu hingga kini,” jelasnya. Akibat delay itu , dia akhirnya gagal menikmati malam perayaan Imlek di kampung halaman.
Padahal hal tersebut sudah dia rencanakan jauh-jauh hari bersama keluarga besarnya. Penumpang lainnya, Rani, mengatakan sebelumnya dia dijadwalkan terbang ke Palembang pada Rabu (18/2) pukul 16.00 WIB. Namun Lion Air memberikan informasi bahwa penerbangannya diubah jadi Kamis (19/2) pukul 11.00 WIB.
“Tapi sekarang malah delay lagi,” ujarnya kemarin. Sementara itu, dari pantauan KORAN SINDO, gerai tiket maskapaiLionAirdiTerminal1B terlihat kosong setelah delay yang terjadi sejak Rabu. Tidak ada satu pun petugas tiket maupun petugas keamanan pihak Lion Air yang berjaga di gerai. Diduga mereka takut untuk menghadapi penumpang yang telantar.
Sementara hingga tadi malam, sekitar pukul 23.00 WIB, penumpukan penumpang masih terlihat di Terminal 1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di terminal ini, tercatat sedikitnya 5 penerbangan yang seharusnya diberangkatkan Rabu, tetapi baru kemarin bisa dilaksanakan. Selain di Terminal 1, sejumlah penerbangan di Terminal 3 juga mengalami delay.
“Diperkirakan pada hari ini delay masih akan terjadi akibat efek sejak kemarin,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya. Di Palembang, ratusan penumpangLionAirdengannomor penerbangan JT 333 tujuan Jakarta juga telantar. Penumpang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II mengaku lebih dari dua jam mereka dipaksa menunggu pemberangkatan tanpa kejelasan.
Sementara penumpang di Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA) Deli Serdang mengaku menanti sudah lebih dari lima jam. Di Bandara Adisoetjipto Yogyakarta, ratusan penumpang juga harus kecewa karena penerbangan Lion Air mengalami delay sejak Rabu. Bahkan hingga sore kemarin, penundaan masih terjadi. Hal serupa terjadi di Bandara Adisoemarmo Solo.
Asisten Manajer Operasional PT Angkasa Pura Bandara Internasional Adi Soemarmo, Rini Sri Rahayu, mengatakan keterlambatan sudah terjadi sejak Rabu. Rata-rata setiap pesawat mengalami keterlambatan dua hingga empat jam. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menyatakan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada penumpang yang terkena dampak penundaan keberangkatan.
Dia beralasan, sejak Rabu (18/2) pagi rentetan masalah baru diketahui pada pesawat Lion Air. “Penyebab delay baru kita ketahui sejak Rabu pagi dan rentetan kerusakan ini menjadi panjang dan berdampak terhadap slot penerbangan Lion yang harus diatur ulang,” ujarnya. Edward menjelaskan, tiga pesawat mengalami kerusakan saat berada di Semarang dan Jakarta.
“Tiga pesawat rusak karena menabrak benda kecil di udara. Itu di luar prediksi kita. Makanya harus ada perubahan segera, terutama memindahkan penumpang menggunakan pesawat cadangan yang kami punyai,” tuturnya. Lion Air saat ini berusaha mengurai masalah tersebut dengan memindahkan penumpang dengan pesawat cadangan yang ada di Jakarta dan di daerah lain seperti Makassar, Surabaya, maupun Batam.
“Kami ada cadangan pesawat di Makassar satu, Surabaya satu, di Batam satu, serta di Jakarta ada empat. Kami kerahkan semua. Namun itu butuh waktu, terutama memindahkan orang dan memang kita usahakan diangkut secepat mungkin,” jaminnya. Atas kekacauan ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendesak manajemen Lion Air untuk bisa terbuka memberikan penjelasan kepada para penumpangnya.
Staf Khusus Bidang Keterbukaan Informasi Publik Kemenhub Hadi M Djuraid mengatakan, semestinya ada petugas maskapai di tengah kekacauan ini dalam rangka memberikan kejelasan ke penumpang dan mengondisikan situasi agar tetap kondusif. “Jangan sampai dibiarkan bertanya-tanya tanpa ada kepastian. Kemudian, hakhak penumpang juga harus dipenuhi sesuai ketentuan,” sebutnya.
Saat ini Kemenhub sedang mengkaji aturan mengenai kewajiban maskapai memiliki ketersediaan pesawat cadangan yang siap terbang. “Mengenai berapa jumlah pesawat cadangan dan bagaimana mekanismenya masih dikaji bersama pihakpihak terkait,” katanya. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub JA Barata juga mendesak Lion Air memberikan informasi dan menyediakan layanan kepada penumpang.
Adanya penundaan penerbangan mengartikan ada masalah. Penundaan sebenarnya masih bisa ditoleransi karena alasan keselamatan. “Itu sudah diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 25/2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. Di dalamnya diatur tentang keterlambatan penerbangan dan tanggung jawab maskapai,” ucapnya.
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, dalam hal keterlambatan, pihak maskapai bertanggung jawab sepenuhnya kepada penumpang, termasuk ganti rugi lain yang menyebabkan penumpang mengalami kerugian. “Maskapai harus bersifat terbuka. Jika tidak dilakukan, ada sanksi. Cuma, masalahnya, maskapai kita belum terbuka sepenuhnya. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi regulator,” ujar dia.
Dalam regulasi penerbangan, sanksi-sanksi sebenarnya sudah diatur, tetapi dalam penerapannya masih jauh dari yang diharapkan. Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta Kemenhub bertanggung jawab atas telantarnya ribuan penumpang Lion Air. Dia mengusulkan perlunya audit, terutama kepada manajemen maskapai Lion Air.
“Saya kira ini sudah kesekian kalinya, insiden keterlambatan dari maskapai Lion Air. Masalah ini tentu saja sangat merugikan penumpang. Pembenahan harus dilakukan dengan mengaudit maskapai tersebut,” ujar dia. Anggota Komisi V DPR Mohamad Toha meminta pemilik Lion Air Rusdi Kirana bertanggung jawab atas penundaan sejumlah penerbangan rute-rute domestik yang terjadi pada dua hari terakhir.
Denny irawan/Ichsan amin/M andi yusri/Priyo setyawan/Arif setiadi/Ant
(bbg)