Bangun Sistem Pendidikan Jujur dan Berintegritas

Minggu, 15 Februari 2015 - 10:05 WIB
Bangun Sistem Pendidikan Jujur dan Berintegritas
Bangun Sistem Pendidikan Jujur dan Berintegritas
A A A
Kekecewaan yang amat mendalam terhadap dunia pendidikan pernah dialami Andri Rizki Putra. Kiki, sapaan akrabnya, merasakan depresi hingga seperti patah hati. Sampai pada akhirnya ia berontak dan memilih keluar dari sekolah.

Apa yang membuat Kiki berpikir sejauh itu? Dan, bagaimana sistem pendidikan yang ingin ia wujudkan? Berikut kutipan wawancara KORAN SINDO dengan pria kelahiran 20 Oktober yang ditemui di pusat kegiatan belajarmengajar di daerah Bintaro, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Apa latar belakang Anda hingga memutuskan keluar dari sekolah ketika itu?

Semua bermula dari kekecewaan ketika saya melihat praktik kebocoran Ujian Nasional sekolah menengah pertama (SMP). Lebih memprihatinkan karena itu didukung oleh tindakan guru yang secara terangterangan melakukan praktik tersebut. Saya kemudian berontak. Menurut saya, tidak boleh sistem pendidikan dijalankan seperti ini. Ada idealisme yang tumbuh dan saya tidak ingin menjalani pendidikan yang tidak jujur.

Sudah terlanjur kecewa, membuat saya tidak lagi semangat untuk menjalani sekolah. Puncaknya, saya memutuskan keluar dari sekolah saat SMA. Saat itu saya baru masuk pendidikan SMA selama 1,5 bulan dan saya sebenarnya membolos. Keyakinan semakin besar ketika saya bisa membuktikan bahwa walaupun saya tidak pernah masuk sekolah, saya mampu mendapatkan nilai yang baik dengan belajar secara mandiri.

Apa yang Anda lakukan setelah keluar dari sekolah?

Saya memang kecewa dan keluar dari sekolah, tetapi bukan berarti saya tidak ingin mendapatkan pendidikan. Akhirnya saya belajar secara mandiri, saya menciptakan metode belajar nonformal. Saya mengumpulkan materi pembelajaran dari internet dan buku-buku tetangga saya yang sudah senior. Kemudian, berusaha untuk mendapatkan ijazah Paket C. Ternyata, saya bisa lulus pendidikan SMA hanya dalam waktu satu tahun.

Bagaimana Anda mengejar pendidikan untuk ikut ujian Paket C?

Waktu saya putus sekolah, saya tidak tahu mau melakukan apa. Dalam waktu sekitar enam bulan saya melakukan riset bagaimana mengikuti prosedur ujian Paket C. Selain itu, saya juga mengumpulkan materi untuk menghadap ke Diknas agar saya mendapatkan izin menjadi peserta ujian. Proses yang memakan waktu itu membuat saya benar-benar efektif belajar saat sudah menjelang akhir tahun Desember 2006. Sedangkan, ujian Paket C dilaksanakan pada bulan Juni.

Saya hanya punya waktu sekitar enam bulan untuk mempersiapkan diri merangkum semua pelajaran SMA yang seharusnya dijalankan selama tiga tahun. Cara saya dalam mengejar pendidikan itu yakni dengan menggunakan jam atau waktu yang orang lain tidak gunakan untuk belajar. Jika pada normalnya orang biasa menghabiskan waktu belajar dalam sehari delapan jam, saya harus bisa tiga kali lipat dari waktu itu. Saya menghabiskan waktu belajar 20 jam dalam sehari, tapi sambil mengerjakan hal lain. Tipe belajar seperti itu cocok untuk saya karena memang dasarnya saya anak yang hiperaktif.

Apakah ada kesulitan saat mengikuti ujian Paket C?

Kesulitannya adalah menghapus stigma negatif masyarakat tentang ujian Paket C. Belum lagi ibu saya dikepung dengan pertanyaanpertanyaan dari keluarga, tetangga, dan teman-teman lain karena membiarkan saya putus sekolah. Saya mencoba membuktikan bahwa ujian Paket C ini diakui dan bukan menjadi halangan untuk mendapatkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Ternyata setelah mengikuti ujian Paket C, saya mendapatkan hasil yang baik. Kemudian, saya mencoba ikut seleksi perguruan tinggi. Saya diterima menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) dan bisa lulus dengan predikat cum laude.

Apa motivasi dan tujuan hidup Anda?

Saya keras sama diri saya. Saya termasuk orang yang tidak kompromi dengan kemalasan. Saya akan kecewa pada apa yang saya lakukan kalau tidak maksimal. Tapi, saya tidak gila, pasrah juga. Saya berusaha dulu, soal hasil nanti urusan Tuhan. Saat ini sebenarnya saya sedang menjalani tujuan hidup saya.

Kecintaan pada dunia pendidikan dan kepercayaan saya bahwa pendidikan itu senjata ampuh untuk mengubah kehidupan seseorang. Saya ingin menciptakan sistem pendidikan yang berintegritas, jujur, dan bermoral. Namun, sepertinya itu semua tidak bisa didapatkan di sekolah formal. Saya juga ingin menjadi orang bermanfaat di bidang pendidikan. Salah satunya yaitu dengan mendirikan pendidikan alternatif seperti Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB).

Dengan cara itu, saya turut memberikan solusi pada permasalahan pendidikan. Saya mencoba memberikan kesempatan bagi mereka yang putus sekolah. Walaupun putus sekolah disebabkan banyak alasan, saya ingin mereka terus bisa mendapatkan pendidikan dan semua itu gratis.

Bagaimana awalnya YPAB berdiri?

YPAB adalah refleksi pengalaman saya ketika saya menjalani ujian Paket C. Dulu, saya punya ikhtiar kalau lulus Paket C dan masuk UI, saya ingin berbagi nilai serta pengalaman saya pada orang lain. Selain itu, pendidikan nonformal ini sering dianggap sebelah mata.

Saya ingin menghapus stigma tersebut dengan cara mendirikan YPAB. Awalnya kami hanya belajar di garasi rumah. Ketika mendirikan cabang di Tanah Abang, tantangannya lumayan” gila”. Susah mengumpulkan anak-anak yang mau peduli dengan dunia pendidikan. Banyak anak putus sekolah. Ketika awal buka kelas, hanya diikuti dua orang. Namun, seiring berjalannya waktu, sekarang sudah ada 145 murid yang menjadi peserta didik.

Kendala awal mendirikan YPAB?

Dari yang awal hanya dua murid, belajar hanya di garasi, banyak warga yang curiga dengan aktivitas kami. Mereka mengira kami mau melakukan tindakan mesum. Bahkan, dikira antek-antek asing atau curiga ini organisasi rahasia yang ingin mengumpulkan dana dalam jumlah miliaran. Itu hal-hal yang perlu kami buktikan kepada masyarakat kalau ini benar-benar yayasan sosial. Sudah banyak suka, duka, tangis, sampai tawa kebahagiaan dari para pengurus dan volunter untuk membesarkan YPAB.

Saat ini bagaimana perkembangan YPAB?

YPAB sudah mempunyai izin pendidikan secara organisasi dan memiliki tiga cabang atau rumah belajar di Jakarta yaitu di Bintaro, Tanah Abang, dan di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kemudian, satu cabang lagi di Kota Medan. Jadi, YPAB juga mempunyai hubungan kerja sama dengan BKPM.

Semua yang mengajar di BKPM adalah pejabatpejabat yang bekerja di sana, pesertanya pun terdiri dari office boy . Ada beberapa peserta di sana yang sudah sampai menempuh pendidikan kuliah. Sedangkan, peserta didik yang berada di Tanah Abang dan Bintaro biasanya berasal dari pengamen, pengangguran, asisten rumah tangga, joki 3 in 1 , sopir, dan berbagai latar belakang lain.

Di antara mereka sudah ada dua orang yang menjalani program beasiswa kuliah dari YPAB. Mereka adalah asisten rumah tangga. Kami menilai mereka punya komitmen yang tinggi untuk belajar, etika yang bagus, dan punya kemampuan akademik memadai.

Bagaimana soal tenaga pengajar dan dana untuk mengelola YPAB?

Kesulitan juga mencari tenaga pengajar sebab banyak guru yang lebih memilih bekerja di sekolah formal. Efektifnya, saya memanfaatkan jaringan yang saya punya dari berbagai lapisan golongan untuk mengajar. Mulai dari dokter untuk mengajar ilmu biologi, kemudian pengajar materi bahasa Inggris dari jurusan sastra, dan sebagainya.

Saat ini sudah ada 85 pengajar yang juga termasuk pengurus YPAB. Karena sistemnya volunter , jadi mengajarnya gantian. Soal dana, selama ini 80% dari individual, kemudian bantuan temanteman profesional. Selain itu ada bantuan program dari organisasi sosial lain, salah satunya Nusantarun. Ketika awal-awal berdiri. YPAB dan anak-anak didik harus ikut Ujian Nasional, kami dari volunter patungan untuk mengumpulkan dana.

Apa rencana terdekat yang ingin Anda lakukan?

Kesibukan saat ini adalah selain bekerja, saya mempersiapkan program S-2 yang akan saya tempuh paling dekat tahun depan. Selain itu, sepenuhnya juga memberikan perhatian pada YPAB. Sebab, yayasan ini adalah pekerjaan rumah seumur hidup. Saya ingin mengembangkan YPAB lebih baik lagi. Selama masih ada masyarakat putus sekolah, YPAB akan terus berjalan. YPAB juga akan menjalankan program pendidikan kepada 235 orang putus sekolah bersama Nusantarun. Kemudian, meningkatkan kapasitas peserta dan perbaikan fasilitas.

Siapa tokoh inspirasi Anda?

Paling utama yaitu ibu saya. Selain itu, pengajar dan murid-murid di yayasan ini menjadi inspirasi. Mendengarkan kisah hidup mereka, membuat saya terus banyak belajar tentang kehidupan dan menjadi semangat untuk terus membantu banyak orang.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8184 seconds (0.1#10.140)