Sebarkan Semangat Belajar pada Anak Putus Sekolah
A
A
A
Banyak faktor yang membuat Kiki mempunyai motivasi dan kekuatan untuk berani keluar dari jalur pendidikan normal.
Di balik kekuatannya, Kiki merasa pernah memiliki masa kecil yang kurang menyenangkan dan membentuk karakternya seperti sekarang.” Saya dulu anak yang nakal, sering dianggap hiperaktif dan liar,” ujarnya. Kiki adalah anak tunggal dan dibesarkan oleh ibu yang juga berperan sebagai orangtua tunggal.
Pria kelahiran Medan ini mengaku bukan anak yang berprestasi di sekolah dasar (SD). Ketika kecil Kiki sempat terpisah dari ibunya karena sang ibu harus bekerja di Jakarta. Kiki lantas dibesarkan oleh opung -nya di Medan. Hingga kelas 5 SD barulah Kiki ikut ibu dan hidup di Jakarta. Pada satu masa Kiki pernah dimusuhi oleh teman-temannya. Sebab, orangtua mereka melarang anaknya berteman dengan Kiki. Saat itulah Kiki tersadar untuk berubah.
” Saya membalik roda hidup dan benar-benar mau belajar. Saya mau jadi anak baik agar saya punya teman,” tuturnya. Pada momen itulah Kiki mulai menunjukkan prestasi hingga masuk SMP unggulan. Walaupun dulu sering bolos sekolah dan tidak mengikuti pelajaran dengan baik, Kiki mampu menjaga prestasi dengan meraih ranking satu di sekolah dan menjadi juara Karya Ilmiah Remaja.
Dari hal ini Kiki yakin bahwa tanpa sekolah formal ia bisa menjaga pendidikannya. Kiki merasa cukup belajar secara autodidak. ” Saya bukan orang yang ambisius. Saya percaya setiap orang punya banyak kapasitas,” ungkap penulis buku Orang Jujur Tidak Sekolah ini. Namun, ada sebuah konsekuensi yang harus Kiki jalani untuk semua keputusannya.
Sosialisasi dengan temanteman jadi berkurang semenjak ia keluar dari sekolah.” Saya menutup diri dari pertemanan SMP. Selain sakit hati, saya juga capek kalau bertemu teman karena saya akan ditanya hal ini-itu. Akhirnya saya menghabiskan waktu saya dengan belajar,” ujarnya.
Alhasil, ketika Kiki mendapatkan kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan di universitas, ia memanfaatkan waktu tersebut untuk menjalin pertemanan dengan orang sebanyak mungkin. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Kiki sudah membuktikan bahwa semua orang tetap bisa mendapatkan ilmu dan pelajaran, meski tidak bersekolah di sekolah formal.
” Saya ingin semua orang mendapatkan pendidikan yang jujur dan itu bisa mereka dapatkan di YPAB. Sistem itu yang ingin saya ciptakan. Menciptakan peluang bagi mereka yang pernah putus sekolah, itu semangat saya,” jelasnya.
Pesan dan nilai hidup ini yang sedang Kiki sebarkan kepada orang lain yang putus sekolah. Agar mereka punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan dan terinspirasi dari kisah perjuangannya.
Dina angelina
Di balik kekuatannya, Kiki merasa pernah memiliki masa kecil yang kurang menyenangkan dan membentuk karakternya seperti sekarang.” Saya dulu anak yang nakal, sering dianggap hiperaktif dan liar,” ujarnya. Kiki adalah anak tunggal dan dibesarkan oleh ibu yang juga berperan sebagai orangtua tunggal.
Pria kelahiran Medan ini mengaku bukan anak yang berprestasi di sekolah dasar (SD). Ketika kecil Kiki sempat terpisah dari ibunya karena sang ibu harus bekerja di Jakarta. Kiki lantas dibesarkan oleh opung -nya di Medan. Hingga kelas 5 SD barulah Kiki ikut ibu dan hidup di Jakarta. Pada satu masa Kiki pernah dimusuhi oleh teman-temannya. Sebab, orangtua mereka melarang anaknya berteman dengan Kiki. Saat itulah Kiki tersadar untuk berubah.
” Saya membalik roda hidup dan benar-benar mau belajar. Saya mau jadi anak baik agar saya punya teman,” tuturnya. Pada momen itulah Kiki mulai menunjukkan prestasi hingga masuk SMP unggulan. Walaupun dulu sering bolos sekolah dan tidak mengikuti pelajaran dengan baik, Kiki mampu menjaga prestasi dengan meraih ranking satu di sekolah dan menjadi juara Karya Ilmiah Remaja.
Dari hal ini Kiki yakin bahwa tanpa sekolah formal ia bisa menjaga pendidikannya. Kiki merasa cukup belajar secara autodidak. ” Saya bukan orang yang ambisius. Saya percaya setiap orang punya banyak kapasitas,” ungkap penulis buku Orang Jujur Tidak Sekolah ini. Namun, ada sebuah konsekuensi yang harus Kiki jalani untuk semua keputusannya.
Sosialisasi dengan temanteman jadi berkurang semenjak ia keluar dari sekolah.” Saya menutup diri dari pertemanan SMP. Selain sakit hati, saya juga capek kalau bertemu teman karena saya akan ditanya hal ini-itu. Akhirnya saya menghabiskan waktu saya dengan belajar,” ujarnya.
Alhasil, ketika Kiki mendapatkan kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan di universitas, ia memanfaatkan waktu tersebut untuk menjalin pertemanan dengan orang sebanyak mungkin. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Kiki sudah membuktikan bahwa semua orang tetap bisa mendapatkan ilmu dan pelajaran, meski tidak bersekolah di sekolah formal.
” Saya ingin semua orang mendapatkan pendidikan yang jujur dan itu bisa mereka dapatkan di YPAB. Sistem itu yang ingin saya ciptakan. Menciptakan peluang bagi mereka yang pernah putus sekolah, itu semangat saya,” jelasnya.
Pesan dan nilai hidup ini yang sedang Kiki sebarkan kepada orang lain yang putus sekolah. Agar mereka punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan dan terinspirasi dari kisah perjuangannya.
Dina angelina
(ars)