Riwayat Kota di Kanvas Jeroen

Minggu, 15 Februari 2015 - 09:10 WIB
Riwayat Kota di Kanvas Jeroen
Riwayat Kota di Kanvas Jeroen
A A A
Jeroen yang merupakan lulusan Akademi Seni Rupa di Utrecht dan Atelier lithografique Champfleury di Paris memang memiliki nuansa tersendiri di setiap lukisannya.

Dia mampu merekam dan menuangkan kembali semua ingatan tentang infrastruktur banyak kota di dunia dengan apik. Tak kurang dan tak berlebih di setiap sisinya. Ini terlihat dalam pameran lukisan dan litografi yang digelar sejak 17 Januari dan akan berakhir 20 Februari mendatang. Berbagai kota yang mendapat goresan tangannya mulai dari Tokyo, New York, Yaman, sampai Norwegia.

Satu yang tak pernah luput adalah mengenai kedetilan yang disampaikan. Jeroen tak hanya memotret objek infrastruktur di kota, melainkan apa yang ada di sekeliling kota itu lengkap dengan warna-warna yang bersemangat. Begitu ekspresionis. Sebagian besar karyanya dipamerkan pada sejumlah museum terkemuka, seperti Rijksmuseum di Amsterdam, Brugge Museum, Museum Drents Assen, Centraal Museum Utrecht, dan Museum Flehite Amersfoort. Bahkan, karyanya juga telah ditampilkan di acara di Utrecht, Art Dealer Juffermans secara regular.

Namanya sempat mencuat pada 2009 lalu, ketika Jeroen ditugaskan untuk melakukan dokumentasi perusahaan pengerukan Van Oord dalam bentuk lukisan. Pekerjaan ini pun membawanya melakukan perjalanan ke seluruh kota di dunia. Alhasil, lelaki kelahiran 55 tahun silam ini bisa menghasilkan karya Koos van Oord Art Collection yang dipamerkan perdana di Rotterdam pada 2010.

Kali ini di Jakarta Jeroen menghadirkan 28 lukisan dan tiga lemari kaca yang berisi tentang beberapa buku dan sketsa lukisan hitam putih karya tangan Jeroen. Seperti Gondangdia, Masjid Cut Meutia, dan Gedung Merdeka di Bandung. Di awal ruang masuk, pengunjung disambut dengan lukisan rel kereta api berjudul Amsterdam, Westerdoksdijk (1995). Karya lawas yang bernuansa kenangan terekam di sini.

Begitu pula karya Haarlem, Grote Markt (2008), sebuah gedung tinggi berwarna segar oranye. Khusus di sudut dekat perpustakaan Erasmus disediakan meja yang berisi tentang beberapa buku mengenai karyanya beserta harganya dalam mata uang euro, tepat di bawah lukisannya yang berjudul Leiden, Rapenburg. Rata-rata setiap kota yang dilukisnya diambil ciri khasnya.

Seperti karyanya yang berjudul Bajaj, Bajaj 1, Bajaj 2 yang dibuat tahun lalu. Mungkin kendaraan ini sudah menjadi hal yang biasa bagi warga Jakarta. Tapi, sepertinya Jeroen memiliki ketertarikan tersendiri terhadap kendaraan roda tiga yang kerap menghasilkan polusi suara dan udara tersebut. Di tiga lukisannya itu, terlihat beberapa objek bajaj berwarna merah yang sedang berderet di sebuah tempat.

Di bawahnya terdapat genangan air, dan beberapa sosok orang yang sedang menggunakan payung. Lalu ciri kota Jakarta lainnya yang dilukis adalah Sunda Kelapa I, Sunda Kelapa II, Sunda Kelapa III (tahun 2014). Lukisan ini menampilkan kehidupan di pelabuhan yang sarat dengan aktivitas muat turun barang dari dan ke kapal. Seperti kapal yang sedang bersandar, lalu ada sosok lelaki yang berada di perahu kecil. Ada pula sosok lelaki yang sedang menyenderkan tubuhnya di tembok yang mengelilingi pelabuhan.

Tak hanya itu, beberapa antrean truk-truk besar pembawa muatan juga ikut ditampilkan persis di sebelah pelabuhan. Tepat di sebelahnya, seperti hendak menjadikan pembanding, lukisan berjudul De Zaan (lithograph, 2008) juga menampilkan beberapa kapal yang tengah melaut dan dikelilingi bangunan gedung tinggi di Belanda. Hadir pula Rotterdam (2009), beberapa kapal yang digambarkan sedang bersandar di pinggir dengan hamparan gedung tinggi di sebelahnya.

Kemudian beberapa motor dan sebuah gerobak yang memenuhi sebuah jalanan juga ditampilkan melalui judul Jakarta, ‘Twilight’ (2014). Begitu pula bangunan terkenal lainnya seperti Masjid ternama Cut Meutia (2014), lengkap dengan sosok beberapa orang yang sedang berada di depan pintu gerbang masjid dan satu gerobak penjual makanan yang memang kerap berada di lingkungan masjid.

Dari Jakarta menuju Bogor, Jeroen melukis judul Bogor (2014), yang memperlihatkan beberapa tugu yang dapat dijumpai di Kota Hujan itu. Peta pun bergerak ke arah Timur Tengah (Timteng). Melalui judul Qatar, Ras Laffan Break Water (2009), Jeroen ingin memotret dua alat berat yang sedang digunakan untuk mengeruk di tepi sungai. Lalu Dubai, Docks, Volvox Olympia (2009), yang bergambarkan kapal besar bertulisan HAM 318. Selain didominasi berbagai ciri khas kota di dunia, kecintaan terhadapsosokperempuanjugatak dielakkan Jeroen.

Ada tiga lukisan figur perempuan yang berbeda satu sama lain. Satu figur perempuan berwajahAsia denganbagiandepan sebuah kapal yang tengah menyandar di pelabuhan, lalu figur perempuan berwajah ‘bule’, dan satu perempuan berwajah Asia Timur.

Susi susanti
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4878 seconds (0.1#10.140)