Al-Qaeda Rebut Pangkalan Militer Yaman

Jum'at, 13 Februari 2015 - 10:16 WIB
Al-Qaeda Rebut Pangkalan...
Al-Qaeda Rebut Pangkalan Militer Yaman
A A A
ADEN - Para gerilyawan Ansar al-Sharia yang berafiliasi dengan al-Qaeda kemarin mengambil alih pangkalan militer di Yaman selatan dalam baku tembak yang menewaskan tujuh orang.

Kondisi itu menyebabkan situasi di Yaman semakin tidak jelas seiring kevakuman pemerintah dan militer yang tidak bergerak sama sekali. Ansar al-Sharia, sayap militer al-Qaeda di Yaman, mengungkapkan, kamp militer yang diserang itu terkait milisi Syiah Houthi yang kini menguasai ibu kota Yaman.

Mereka juga mengunggah foto gerilyawan yang membawa bendera al-Qaeda di pintu masuk kamp militer itu melalui akun Twitter mereka. Mereka juga menampilkan beberapa foto tentara yang disandera. ”Tiga tentara dikabarkan ikut menjadi korban dalam serangan itu,” kata pejabat lokal yang tidak disebutkan namanya, dikutip AFP .

Sumber suku-suku pedalaman mengungkapkan, gerilyawan menculik puluhan tentara dan menyita senjata mereka. Setelah negosiasi dengan kelompok suku, al-Qaeda membebaskan para sandera itu. Suku- suku itu juga meminta al- Qaeda menyerahkan senjata. Para penduduk lokal dan media lokal melaporkan pangkalan militer milik Brigade Infrantri 19 di Baihan, Provinsi Shabwa dikuasai gerilyawan setelah baku tembak selama beberapa jam.

Selamaini, Shabwa merupakan basis terkuat al- Qaeda. Ansar al-Sharia selama ini mendapatkan keuntungan besar dengan kekisruhan politik di Yaman. Serangan al-Qaeda itu berlangsung satu hari setelah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis mengumumkan penutupan kedutaan besar mereka di Sanaa. Mereka juga telah menghancurkan semua dokumen rahasia dan meninggalkan mobil diplomat di bandara Rabu lalu.

”Aksi sepihak (milisi Houthi) merusak proses transisi politik di Yaman, menciptakan risiko kekerasan yang mengancam Yaman dan komunitas diplomatik,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki. Meski AS telah menutup kantor kedubesnya, juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengungkapkan operasi serangan udara di Yaman untuk menggempur gerilyawan al-Qaeda terus dilakukan.

”Personel Departemen Pertahanan tetap berada di Yaman untuk berkoordinasi dengan militer di Yaman,” sebutnya. AS juga masih menyisakan pasukan khusus di Yaman untuk memerangi al-Qaeda. Aksi penutupan kedutaan itu mendapatkan reaksi keras dari milisi Houthi. Kepala Hubungan Luar Negeri Milisi Houthi, Hussein al-Ezzi, mengungkapkan, penutupan itu sebagai bentuk tekanan kepada rakyat Yaman.

”Penutupan kedutaan besar Barat itu hal yang tak dapat dibenarkan,” kata Ezzi. Negeri itu berada di ujung konflik setelah gerilyawan Syiah, Houthi, mengacaukan pemerintahan. Milisi Houthi berusaha mengonsolidasikan kekuatan untuk mengudeta pemerintah. Mereka membubarkan parlemen dan mendeklarasikan ”Dewan Kepresidenan” pada pekan depan setelah Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi mengundurkan diri.

Ribuan warga Yaman menggelar demonstrasi menentang milisi Houthi pada Rabu lalu di Taiz, wilayah yang tidak dikuasai gerilyawan paling timur. Mereka membawa spanduk yang berisi kecaman terhadap Houthi. Para demonstran merupakan warga Sunni yang tidak suka sikap milisi Houthi.

Andika hendra m
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0610 seconds (0.1#10.140)