Sinabung Belum Stabil, Pengungsi Batal Dipulangkan
A
A
A
KARO - Karena kondisi Gunung Sinabung yang belum stabil, rencana pemulangan pengungsi korban bencana erupsi Sinabung asal Desa Sigarang- garang dan Sukanalu, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), yang dijadwalkan hari ini, batal dilaksanakan.
Rencana pemulangan pun ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Jhonson Tarigan, sebelumnya memang sudah ada kesepakatan pemulangan pengungsi pada Kamis (12/2). Namun karena kondisi erupsi Sinabung yang lumayan besar pada Senin (9/2), pengungsi pun menjadi ragu untuk kembali ke desanya.
“Sebetulnya lahan pertanian mereka butuh penanganan serius. Kami sudah menawarkan. Saat kembali ke desa, mereka akan diberi program padat karya. Mereka akan mengerjakan lahan pertanian secara berkelompok sehingga lahan itu bisa difungsikan kembali,” jelasnya. Bahkan, Jhonson menyebutkan bahwa hal-hal lain yang diperlukan masyarakat juga akan dipersiapkan seperti traktor dan dana.
“Hanya memang, hingga saat ini bantuan dana untuk padat karya dan keperluan lain belum dikucurkan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Tapi kami sudah mengusulkannya,” ujar Jhonson. Terlepas persoalan dana yang belum keluar, keraguan pengungsi untuk segera pulang ke desanya memang cukup beralasan.
Salah satunya telah muncul aliran lahar dingin baru yang mengalir ke rumah-rumah penduduk di Desa Sigarang-garang yang berada di kaki Gunung Sinabung. Berdasarkan pengamatan KORAN SINDO , kondisi Desa Sigarang-garang memang dipenuhi bebatuan sebesar kepalan tangan orang dewasa di akses jalan menuju desa.
Bahkan, menurut salah seorang warga, Pasta Ginting, 52, apabila musim hujan, material sisa erupsi seperti bebatuan, lumpur, dan batang- batang kayu langsung terbawa aliran lahar dingin ke desa melalui perladangan warga hingga ke areal pemukiman.
”Karena itu, rencana pemulangan pengungsi tersebut belum layak mengingat situasi dan kondisi desa yang masih amburadul. Kami harap pemerintah memperbaiki fasilitas umum dan lahan pertanian kami, kalau tidak, apa yang bisa kami lakukan di desa ini nantinya?” kata Ginting.
Riza pinem
Rencana pemulangan pun ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Jhonson Tarigan, sebelumnya memang sudah ada kesepakatan pemulangan pengungsi pada Kamis (12/2). Namun karena kondisi erupsi Sinabung yang lumayan besar pada Senin (9/2), pengungsi pun menjadi ragu untuk kembali ke desanya.
“Sebetulnya lahan pertanian mereka butuh penanganan serius. Kami sudah menawarkan. Saat kembali ke desa, mereka akan diberi program padat karya. Mereka akan mengerjakan lahan pertanian secara berkelompok sehingga lahan itu bisa difungsikan kembali,” jelasnya. Bahkan, Jhonson menyebutkan bahwa hal-hal lain yang diperlukan masyarakat juga akan dipersiapkan seperti traktor dan dana.
“Hanya memang, hingga saat ini bantuan dana untuk padat karya dan keperluan lain belum dikucurkan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Tapi kami sudah mengusulkannya,” ujar Jhonson. Terlepas persoalan dana yang belum keluar, keraguan pengungsi untuk segera pulang ke desanya memang cukup beralasan.
Salah satunya telah muncul aliran lahar dingin baru yang mengalir ke rumah-rumah penduduk di Desa Sigarang-garang yang berada di kaki Gunung Sinabung. Berdasarkan pengamatan KORAN SINDO , kondisi Desa Sigarang-garang memang dipenuhi bebatuan sebesar kepalan tangan orang dewasa di akses jalan menuju desa.
Bahkan, menurut salah seorang warga, Pasta Ginting, 52, apabila musim hujan, material sisa erupsi seperti bebatuan, lumpur, dan batang- batang kayu langsung terbawa aliran lahar dingin ke desa melalui perladangan warga hingga ke areal pemukiman.
”Karena itu, rencana pemulangan pengungsi tersebut belum layak mengingat situasi dan kondisi desa yang masih amburadul. Kami harap pemerintah memperbaiki fasilitas umum dan lahan pertanian kami, kalau tidak, apa yang bisa kami lakukan di desa ini nantinya?” kata Ginting.
Riza pinem
(ars)