Manajemen Tuntas

Rabu, 11 Februari 2015 - 12:43 WIB
Manajemen Tuntas
Manajemen Tuntas
A A A
Pemerintah, masyarakat, dan stakeholder merupakan tiga elemen utama yang harus saling mendukung, saling mengisi, saling melengkapi sehingga tujuan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat tercapai.

Prinsipnya, Pemerintah Kota Semarang tidak pernah bisa sendirian dalam membangun kota tercinta ini. Semua mesti dirangkul, bergandengan tangan, bersatu padu dalam setiap guliran roda pembangunan. Kebersamaan atau kesengkuyungan antara masyarakat dan pemerintah telah menjadi konsep yang melandasi setiap kebijakan pemkot yang senantiasa mengedepankan semangat “Bergerak Bersama Membangun Kota”.

Dalam konsep kesungkuyungan, semua memiliki peran. Semua bergerak. Semua dilibatkan. Mereka yang lebih bisa membantu materi. Mereka yang tak memiliki materi bisa tetap menyodorkan tenaga, pikiran, saran, masukan, bahkan sekadar informasi demi perbaikan Kota Semarang. Sekecil apa pun itu, mengenai ihwal yang perlu segera ditangani semisal jalan rusak, lampu penerangan jalan mati, dan informasi-informasi lain yang menyangkut kepentingan khalayak.

Konsep kepemimpinan yang humanis didasari rasa paseduluran dan semangat keterbukaan. Itulah inti kesengkuyungan. Artinya, tidak ada sekat antara pemimpin dan rakyatnya sehingga akan memudahkan mencari solusi dalam suasana yang kondusif. Kondusivitas dan kedamaian hidup bersama yang saling menghargai dan penuh tenggang rasa bukanlah sesuatu yang murah dan mudah didapat dewasa ini.

Kondusivitas dan kedamaian telah menjadi “barang mewah” dan dambaan setiap warga masyarakat. Terlebih pada zaman yang lebih mengedepankan sikap-sikap individualistik dan kepentingan pribadi. Kepemimpinan pun cenderung menampakkan wajah- wajah arogansi yang seolah- olah tidak tersentuh.

Mustahil Kota Semarang terus melaju dan berkembang jika kondusivitas bukan menjadi prioritas. Tidak mungkin kondusivitas mencuat tanpa kerelaan dan sikap saling menghargai antara pemimpin dan rakyatnya, tanpa kebersatupaduan pemerintah, masyarakat, dan para pemangku kepentingan.

Kunci Keseimbangan

Untuk membangun Semarang menjadi kota metropolitan yang maju, kebijakan menata kota menjadi lebih tertib, bersih, dan indah juga menjadi bagian dari kebijakan yang harus dimaknai secara positif. Sebagai kota jasa, Kota Semarang harus semakin menarik, tanpa mengabaikan kesempatan usaha kecil seperti pedagang kaki lima(PKL) melalui penataan yang humanis.

Kota Semarang membutuhkan perencanaan pembangunan yang humanis. Keseimbangan faktor ekonomi, sosial, dan budaya menjadi kunci keseimbangan pembangunan kota. Kota Semarang tidak ingin terbawa arus pembangunan yang saat ini cenderung hanya mementingkan aspek ekonomi, tanpa memperhatikan faktor sosial dan budaya.

Aspek alam pun seringkali diabaikan. Padahal, pembangunan yang tidak humanis akan menyebabkan konflik sosial dan krisis lingkungan. Pemerintah Kota Semarang tidak akan membiarkan kondisi masyarakatnya menemui kegagalan dalam menciptakan kehidupan yang manusiawi (humanis).

Salah satu perencanaan kota yang tidak humanis adalah kecepatan konversi lahan pertanian menjadi nonpertanian. Perubahan lahan menjadi permukiman adalah contohnya. Fenomena lain perencanaan kota yang tidak humanis adalah berkurangnya ruang publik yang kini dijadikan ruang privat. Padahal sangat penting melakukan perencanaan kota yang menciptakan ruang nyaman dan efektif dalam mendukung kegiatan penduduknya.

Kesungkuyungan adalah rasionalitas. Menyokong demokra s i dan hak asasi manusia alias bertujuan mengembangkan manusia seutuhnya. Prinsip-prinsip itu dilaksanakan dalam hubungan antarmanusia tanpa dibatasi oleh cara-cara pemerintahan. Kebebasan pribadi menyatu dengan tanggung jawab sosial.

Kepemimpinan atau pemerintahan yang menggulirkan kebijakannya berdasar konsep kesungkuyungan akan selalu berpihak kepada kepentingan bersama dan kesejahteraan masyarakatnya. Menawarkan cara yang etis dan rasional dalam mengatasi tantangan zaman. Konsep kesungkuyungan menjadikan pemerintah dan masyarakat memiliki sarana untuk memecahkan masalah sekarang dan mendatang, secara bersama-sama dan bahumembahu.

Kesengkuyungan antara pemerintah dan masyarakat merupakan simbiosis mutualis dengan prinsip-prinsip saling menghargai dan saling dukung demi terwujudnya pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam tujuh program prioritas (Sapta Program) dapat tercapai.

Manajemen Tuntas

Untuk menyelesaikan berbagai masalah pembangunan supaya cepat terwujud, perlu menggunakan pendekatan “manajemen tuntas.” Artinya, mempercepat aksi agar masyarakat tidak harus menunggu berlama-lama. Ini sebuah konsep pembangunan yang bergegas, jadi ada kepastian waktu, anggaran, dan kemanfaatan sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Sebut saja, wilayah Semarang Utara yang semula akrab dengan rob dan tergenang sepanjang tahun, sekarang tidak lagi terjadi. Kalaulah ada, rob dan genangan itu cepat surut. Kemudian PKL Jalan Kartini. Yang selama bertahun-tahun tidak bisa ditata, namun dengan semangat bergerak bersama, mereka bisa ditata, bahkan sekarang di tempat tersebut dibangun taman.

Pembangunan jalan tembus Jolotundo yang sempat terkatungkatung beberapa periode wali kota, lagi-lagi dengan sentuhan humanisme, kini bisa tembus. Meski belum sepenuhnya sempurna, masyarakat sudah bisa merasakan manfaatnya. Demikian pula permasalahan parkir pusat oleh-oleh Jalan Pandanaran.

Sudah bertahun-tahun dilakukan penertiban supaya tidak macet, tetapi tidak pernah selesai dan seolah tanpa solusi. Namun, kini semua beres dan disediakan kendaraan angkutan gratis untuk pengunjung . Juga soal transportasi gratis sampai jalan raya bagi para pelajar di sekolah yang terisolir dan tidak tersentuh angkutan umum yang menjangkau sekolahnya, juga angkutan murah Rp1.000 untuk pelajar pengguna bus rapid transit (BRT) Trans-Semarang.

Hasilnya, sekarang BRT Trans-Semarang menjadi idola kalangan pelajar. Semangat mengembalikan ruang terbuka hijau yang sebelumnya SPBU di Jalan Pandanaran menjadi taman ikon Semarang yang indah menawan. Juga pembangunan GOR Trilomba Juang Mugas yang sekarang menjadi stadion yang humanis dan megah, semata-mata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Betapa pun, semangat “Bergerak Bersama Membangun Kota” didukung “manajemen tuntas” adalah jawaban bagi keberhasilan pembangunan Kota Semarang.

Hendrar Prihadi
Wali Kota Semarang
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0902 seconds (0.1#10.140)