Ketum PSSI Harus Bekerja dengan Hati
A
A
A
Terus merosotnya prestasi olahraga Indonesia menjadi pekerjaan rumah utama yang harus diselesaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Terutama dalam membangkitkan lagi prestasi tim nasional sepak bola Indonesia yang kehilangan taringnya.
Selain soal merosotnya prestasi berbagai cabang, dia juga kerja keras untuk menyukseskan ajang Asian Games 2018 di Jakarta- Palembang.
Langkah apa yang akan dilakukannya untuk menyelesaikan semua tugas tersebut? Tiga wartawan KORAN SINDO Abdul Haris, Decky Irawan Jasri, dan Raikhul Amar mendapat kesempatan wawancara khusus dengan menpora di kantornya. Berikut petikan dialognya.
Kemenpora dan PSSI situasinya sedang cukup memanas akhirakhir ini. Target apa yang Anda berikan untuk cabang sepak bola di SEA Games 2015?
Saya kira ini akan menjadi tahun pembuktian bagi PSSI untuk membuat timnas Indonesia bertaring lagi. Karena telah kami coba secara bertahap evaluasi kami yaitu ingin mengembalikan kejayaan olahraga setidaknya di Asia Tenggara. Kami akan lihat sejauh mana diajang SEAGames mereka bisa menunjukkan taringnya.
Jika timnas masih belum berprestasi?
Ya (pengurus PSSI) mundur teratur dengan baik. Ya, begitu saja. Karena itu, kami mendelegasikan tim sembilan untuk terus mendalami hal apa yang kemudian menjadi hambatan di bidang sepak bola ini. Karena kalau tidak begitu, jangan salahkan publik, kalau mereka, menagih terus. Menurut saya, ini warning terakhir pada PSSI dari segenap insan olahraga.
Menurut Anda, apa kira-kira kesulitan yang terjadi di PSSI?
Tidak ada kesulitan. Namun, kami hanya ingin menempuh jalur legal formal. Kami ingin memastikan apakah ada pelanggaran undang-undang terhadap statuta PSSI atau yang lain. Bagaimana harapan publik sekaligus para suporter terhadap kinerja PSSI. Kami sebagai pemerintah tidak boleh lemah, takut, dan tidak boleh khawatir dengan masalah ini. Tapi, sekali lagi kami sedang mendalami secara keseluruhan.
Sebentar lagi akan ada kongres PSSI, apaharapanAndapadacalonketua umum (ketum) PSSI mendatang?
Harus cari orang yang serius meningkatkan prestasi sepak bola. Jangan hanya mengurusi uang. Cari orang mau urus sepak bola dengan hati. Malu ketika saya bertemu menpora di salah satu negara Asia Tenggara, dia berkelakar, “Di negara kami juga ada permainan, tapi tidak sekasar apa yang terjadi di negara Anda.” Jadi jangan salahkan kami jika ada evaluasi besar-besaran nanti.
Soal pengambilalihan Gelora Bung Karno (GBK) oleh Kemenpora, bagaimana kelanjutannya?
Ini terkait pengelolaan. Awalnya kami ngotot bahkan kami sudah mengirim surat ke presiden. Kami ini kan kementrian yang bertanggung jawab mengenai olah raga nasional, termasuk GBK ini mustinya tidak berdiri sendiri, jadi harus juga ada koordinasi di bawah kami. Sehingga, tidak ada lagi keluhan dari cabang olahraga agar kami bisa memanfaatkan dan menyesuaikan jadwal. Atau bahkan diberikan porsi yang luas termasuk kepada Persija Jakarta. Ini sedang kami usahakan.
Terlepas dari PSSI, bagaimana dengan 100 hari kerja Anda sebagai menpora. Tentu kita semua ingin tahu program-program apa saja yang sudah Anda jalankan?
Program 100 hari sebenarnya tidak ada, yang ada program lima tahunan. Tetapi, akibat tradisi yang berkembang di Istana untuk program 100 hari kerja, saya terpaksa harus ikut melaporkan. Terkait program 100 hari, karena kami dilantik di akhir tahun, ibarat anggaran sudah eksisting atau berjalan, yang kami lakukan di akhir 2014 adalah melakukan monitoring, evaluasi terkait program yang telah dilaksanakan pada program sebelumnya.
Lalu apa yang sudah Anda siapkan awal 2015 ini?
Pada 2015 kami mencoba menyiapkan ulang kroscek anggaran atau perubahan. Perubahan sesungguhnya diawali bagaimana kami merencanakan untuk program lima tahun. Apalagi penugasan dari presiden kepada saya diminta fokus pada Asian Games 2018. Maka semua perencanaan ini kami muarakan ke Asian Games 2018. Program jangka panjang kami adalah bagaimana kita bisa menjadi tuan rumah yang baik, berprestasi, dan diakhiri dengan administrasi yang bagus.
Selain itu?
Yang kedua fokus pada pembibitan usia dini di seluruh jenjang dan semua cabang olahraga. Itu terus kami mulai dengan ada reformasi program dan anggaran2015. Kami persiapkan betul bagaimana caranya memberikan fasilitas pendampingan untuk mencari bibit di usia dini. Sekali lagi, jika kita membicarakan prestasi, sesungguhnya harus bicara jangka panjang. Tidak cukup sesuatu yang ada untuk hari ini saja. Setelah itu kami persiapkan dalam rangka untuk meraih kemenangan demi kemenangan.
Soal persiapan SEA Games 2015, sudah sejauh mana laporan yang Anda terima?
SEA Games 2015 ini sudah kami siapkan sejak Januari 2014. Sudah ada surat keputusan dari menpora sebelumnya dan beberapa waktu lalu saya sudah sidak beberapa pelatnas, mereka sudah siap. Karena masih ada tenggang waktu beberapa bulan lagi, jadi saya berharap semua cabang bisa siap memberikan atlet terbaiknya.
Apa target pribadi Anda sebagai menpora di SEA Games 2015?
Kalau saya inginnya Indonesia juara umum, tapi setelah kami diskusi habisan- habisan dengan beberapa cabang olahraga itu kurang realistis. Maksimal dua besar. Namun, kami akan terus genjot sekaligus kami punya alat ukur, apakah target dua besar itu cuma sekadar semangat atau sudah kemampuan realitas rata-rata atlet kita. ?
Selain soal merosotnya prestasi berbagai cabang, dia juga kerja keras untuk menyukseskan ajang Asian Games 2018 di Jakarta- Palembang.
Langkah apa yang akan dilakukannya untuk menyelesaikan semua tugas tersebut? Tiga wartawan KORAN SINDO Abdul Haris, Decky Irawan Jasri, dan Raikhul Amar mendapat kesempatan wawancara khusus dengan menpora di kantornya. Berikut petikan dialognya.
Kemenpora dan PSSI situasinya sedang cukup memanas akhirakhir ini. Target apa yang Anda berikan untuk cabang sepak bola di SEA Games 2015?
Saya kira ini akan menjadi tahun pembuktian bagi PSSI untuk membuat timnas Indonesia bertaring lagi. Karena telah kami coba secara bertahap evaluasi kami yaitu ingin mengembalikan kejayaan olahraga setidaknya di Asia Tenggara. Kami akan lihat sejauh mana diajang SEAGames mereka bisa menunjukkan taringnya.
Jika timnas masih belum berprestasi?
Ya (pengurus PSSI) mundur teratur dengan baik. Ya, begitu saja. Karena itu, kami mendelegasikan tim sembilan untuk terus mendalami hal apa yang kemudian menjadi hambatan di bidang sepak bola ini. Karena kalau tidak begitu, jangan salahkan publik, kalau mereka, menagih terus. Menurut saya, ini warning terakhir pada PSSI dari segenap insan olahraga.
Menurut Anda, apa kira-kira kesulitan yang terjadi di PSSI?
Tidak ada kesulitan. Namun, kami hanya ingin menempuh jalur legal formal. Kami ingin memastikan apakah ada pelanggaran undang-undang terhadap statuta PSSI atau yang lain. Bagaimana harapan publik sekaligus para suporter terhadap kinerja PSSI. Kami sebagai pemerintah tidak boleh lemah, takut, dan tidak boleh khawatir dengan masalah ini. Tapi, sekali lagi kami sedang mendalami secara keseluruhan.
Sebentar lagi akan ada kongres PSSI, apaharapanAndapadacalonketua umum (ketum) PSSI mendatang?
Harus cari orang yang serius meningkatkan prestasi sepak bola. Jangan hanya mengurusi uang. Cari orang mau urus sepak bola dengan hati. Malu ketika saya bertemu menpora di salah satu negara Asia Tenggara, dia berkelakar, “Di negara kami juga ada permainan, tapi tidak sekasar apa yang terjadi di negara Anda.” Jadi jangan salahkan kami jika ada evaluasi besar-besaran nanti.
Soal pengambilalihan Gelora Bung Karno (GBK) oleh Kemenpora, bagaimana kelanjutannya?
Ini terkait pengelolaan. Awalnya kami ngotot bahkan kami sudah mengirim surat ke presiden. Kami ini kan kementrian yang bertanggung jawab mengenai olah raga nasional, termasuk GBK ini mustinya tidak berdiri sendiri, jadi harus juga ada koordinasi di bawah kami. Sehingga, tidak ada lagi keluhan dari cabang olahraga agar kami bisa memanfaatkan dan menyesuaikan jadwal. Atau bahkan diberikan porsi yang luas termasuk kepada Persija Jakarta. Ini sedang kami usahakan.
Terlepas dari PSSI, bagaimana dengan 100 hari kerja Anda sebagai menpora. Tentu kita semua ingin tahu program-program apa saja yang sudah Anda jalankan?
Program 100 hari sebenarnya tidak ada, yang ada program lima tahunan. Tetapi, akibat tradisi yang berkembang di Istana untuk program 100 hari kerja, saya terpaksa harus ikut melaporkan. Terkait program 100 hari, karena kami dilantik di akhir tahun, ibarat anggaran sudah eksisting atau berjalan, yang kami lakukan di akhir 2014 adalah melakukan monitoring, evaluasi terkait program yang telah dilaksanakan pada program sebelumnya.
Lalu apa yang sudah Anda siapkan awal 2015 ini?
Pada 2015 kami mencoba menyiapkan ulang kroscek anggaran atau perubahan. Perubahan sesungguhnya diawali bagaimana kami merencanakan untuk program lima tahun. Apalagi penugasan dari presiden kepada saya diminta fokus pada Asian Games 2018. Maka semua perencanaan ini kami muarakan ke Asian Games 2018. Program jangka panjang kami adalah bagaimana kita bisa menjadi tuan rumah yang baik, berprestasi, dan diakhiri dengan administrasi yang bagus.
Selain itu?
Yang kedua fokus pada pembibitan usia dini di seluruh jenjang dan semua cabang olahraga. Itu terus kami mulai dengan ada reformasi program dan anggaran2015. Kami persiapkan betul bagaimana caranya memberikan fasilitas pendampingan untuk mencari bibit di usia dini. Sekali lagi, jika kita membicarakan prestasi, sesungguhnya harus bicara jangka panjang. Tidak cukup sesuatu yang ada untuk hari ini saja. Setelah itu kami persiapkan dalam rangka untuk meraih kemenangan demi kemenangan.
Soal persiapan SEA Games 2015, sudah sejauh mana laporan yang Anda terima?
SEA Games 2015 ini sudah kami siapkan sejak Januari 2014. Sudah ada surat keputusan dari menpora sebelumnya dan beberapa waktu lalu saya sudah sidak beberapa pelatnas, mereka sudah siap. Karena masih ada tenggang waktu beberapa bulan lagi, jadi saya berharap semua cabang bisa siap memberikan atlet terbaiknya.
Apa target pribadi Anda sebagai menpora di SEA Games 2015?
Kalau saya inginnya Indonesia juara umum, tapi setelah kami diskusi habisan- habisan dengan beberapa cabang olahraga itu kurang realistis. Maksimal dua besar. Namun, kami akan terus genjot sekaligus kami punya alat ukur, apakah target dua besar itu cuma sekadar semangat atau sudah kemampuan realitas rata-rata atlet kita. ?
(ftr)