Tindakan ISIS Menyimpang Jauh dari Ajaran Islam
A
A
A
EKSEKUSI pilot militer Yordania Moath al-Kassasbeh dengan cara dibakar-bakar hidup oleh gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 3 Februari lalu memicu kecaman dan persatuan di antara umat Islam yang menentang kelompok radikal.
Kekejaman ISIS itu membuka mata dunia bahwa mereka bukan bagian dari Islam dan justru memperburuk citra ISIS. Ahmed al-Tayeb, imam besar Masjid al-Azhar di Kairo, Mesir, mengutuk tindakan “setan” yang dilakukan ISIS. Dia menyerukan agar anggota ISIS dibunuh, badannya diamputasi, dan disalib sebagai bentuk pembalasan atas eksekusi kejam itu karena mereka telah menjadi musuh Allah dan Nabi Muhammad SAW. ”Islam melarang mengeksekusi orang yang tak bersalah,” kata al-Tayeb, dikutip RT.
Menurut dia, membakar pilot dalam keadaan hidup-hidup merupakan pelanggaran ajaran Islam meski dalam kondisi perang. Asosiasi Ulama Muslim Internasional (IAMS) yang berpusat di Qatar juga mengecam pembunuhan pilot Yordania itu. “IAMS menganggap organisasi ekstremis (ISIS) tidak merepresentasikan Islam. Tindakan dan caranya selalu bertentang dengan Islam,” demikian pernyataan organisasi itu. Di Qatar, Youssef al-Qardawi – ulama yang disegani pendukung Ikhwanul Muslimin – juga mengecam pembunuhan pilot Yordania.
Menurutnya, muslim dilarang untuk memperlakukan tahanan dengan kejam meski dalam kondisi perang. “Komunitas internasional terlalu lemah terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang mengakibatkan terciptanya kelompok ekstremis,” kata Qardawi. Di Aljazair, ulama El-Hadi Shalaby, mencatat sebagian besar sandera kelompok ISIS merupakan warga muslim, baik Syiah atau Sunni.
“Hal yang melukai saya sebagai muslim adalah mereka (gerilyawan) melakukan itu semua atas nama Islam,” tuturnya. Kepercayaan muslim, kata dia, tidak mengenal tindakan bengis dan kejam seperti yang dilakukan ISIS. Dalam sistem hukum di negara- negara Timur Tengah, hukuman mati kerap dilaksanakan dengan cara digantung. Di Iran dan Pakistan, hukuman dengan dilempari batu hingga meninggal dunia pun jarang dilakukan. Kalau eksekusi penggal memang kerap dilakukan di Arab Saudi dan pejuang Hamas di Gaza.
Hukuman dibakar hiduphidup merupakan produk hukum dari pengadilan ISIS yang berlaku di wilayah yang mereka kuasai. Hukuman itu jarang dilakukan oleh negara-negara atau kelompok gerilyawan selain ISIS. Namun, ISIS memang kerap menggunakan interpretasi yang terlalu berlebihan terhadap ajaran Islam. Hussein Bin Mahmoud, ulama ISIS, mengklaim dua khalifah penerus Nabi Muhammad SAW pernah menghukum orang dengan cara membakar karena telah murtad.
“Serangan udara koalisi AS juga telah membakar gerilyawan, ISIS pun membakar siapa yang melakukan serangan itu,” katanya. Bukan hanya para ulama yang mengecam aksi kejam ISIS. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz juga mengutuk keras pembunuhan pilot Yordania oleh ISIS yang dilakukan dengan membakarnya hidup-hidup. “Itu sangat tidak manusiawi dan bertentangan dengan Islam,” kata Salman, dikutip Arab News.
Pesan belasungkawa itu disampaikan langsungkepada Raja AbdullahII. “Kerajaan menyampaikan rasa sedih yang sangat mendalam atas kematian syuhada Moath al- Kassasbeh,” tuturnya. Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyan menegaskan komitmennya untuk memerangi terorisme dan ekstremisme. “Tindakan keji itu merepresentasikan eskalasi serangan kelompok teror,” katanya.
Uni Emirat Arab merupakan salah satu negara Arab yang mendukung koalisi AS melawan ISIS. Emir Bahrain, Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah juga menganggap pembunuhan pilot Yordania itu sebagai tindakan kriminal. Bahrain merupakan tempat pangkalan AS kelima di Timur Tengah. Sedangkan Iran, musuh bebuyutan negara-negara Arab dan AS, juga menyebut tindakan pembakaran hidup-hidup pilot Yordania sebagai tindakan yang tidak islami dan tak berperikemanusiaan.
Teheran menuding, pembunuhan terhadap pilot yang beragama Islam itu sebagai hal yang mengejutkan. ISIS biasanya mengeksekusi sandera Barat, bukan warga Timur Tengah. “Tindakan ISIS itu telah melanggar Islam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marziyeh Afkham. Sedangkan Hamas–penguasa Gaza–juga mengutuk tindakan ISIS.
“Pembakaran hidup-hidup sandera merupakan kejahatan yang sangat mengerikan,” demikian keterangan Hamas. Kecaman itu semakin menguat setelah ISIS mengubah gaya eksekusi mulai dari pemenggalan menjadi pembakaran dalam keadaan hidup-hidup. ISIS yang dipimpin ulama ekstrem Abu Bakr al-Baghdadi membenarkan segala bentuk eksekusi terhadap para sandera.
Bukan hanya itu, ISIS juga merayakan eksekusi dengan merekam dan dirilis video ke internet sebagai propaganda. Padahal, apa yang dilakukan ISIS itu sangat bertentangan dengan Islam, termasuk membakar sandera dalam keadaan hidup-hidup. “Pembakaran merupakan kejahatan mengerikan yang dilarang Islam, apa pun sebabnya,” kata ulama ternama Arab Saudi, Salman al-Odah.
Dia menambahkan, hanya Tuhan yang menghukum dengan menggunakan api. Para ulama radikal juga menganggap eksekusi berlebihan yang dilakukan ISIS sangat merugikan pergerakan itu. Apalagi, ISIS merupakan kelompok gerilyawan yang mendapatkan simpati dari berbagai penjuru dunia. Citra ISIS semakin menurun dengan banyak eksekusi sandera yang tak berdosa.
“Pembunuhan pilot Yordania itu memperlemah popularitas ISIS karena kita melihat Islam sebagai agama yang penuh kasih sayangdantoleransi,” kataMohamed al-Shalabi, gerilyawan yang merupakan musuh utama Pemerintah Yordania. “Meskipun dalam panasnya pertempuran, tahanan perang harus mendapatkan perlakuan yang baik,” tutur gerilyawan yang menghabiskan satu dekade lamanya di penjara karena aktivitas terornya.
Menurut Shalabi, ISIS membela diri bahwa pilot Yordania itu mengebom dan membunuh para gerilyawan, tetapi hukuman itu justru direkam dengan video. “Metode dokumentasi itu yang menyebabkan masyarakat menentang ISIS,” ucapnya kepada Reuters.
Andika Hendra m
Kekejaman ISIS itu membuka mata dunia bahwa mereka bukan bagian dari Islam dan justru memperburuk citra ISIS. Ahmed al-Tayeb, imam besar Masjid al-Azhar di Kairo, Mesir, mengutuk tindakan “setan” yang dilakukan ISIS. Dia menyerukan agar anggota ISIS dibunuh, badannya diamputasi, dan disalib sebagai bentuk pembalasan atas eksekusi kejam itu karena mereka telah menjadi musuh Allah dan Nabi Muhammad SAW. ”Islam melarang mengeksekusi orang yang tak bersalah,” kata al-Tayeb, dikutip RT.
Menurut dia, membakar pilot dalam keadaan hidup-hidup merupakan pelanggaran ajaran Islam meski dalam kondisi perang. Asosiasi Ulama Muslim Internasional (IAMS) yang berpusat di Qatar juga mengecam pembunuhan pilot Yordania itu. “IAMS menganggap organisasi ekstremis (ISIS) tidak merepresentasikan Islam. Tindakan dan caranya selalu bertentang dengan Islam,” demikian pernyataan organisasi itu. Di Qatar, Youssef al-Qardawi – ulama yang disegani pendukung Ikhwanul Muslimin – juga mengecam pembunuhan pilot Yordania.
Menurutnya, muslim dilarang untuk memperlakukan tahanan dengan kejam meski dalam kondisi perang. “Komunitas internasional terlalu lemah terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang mengakibatkan terciptanya kelompok ekstremis,” kata Qardawi. Di Aljazair, ulama El-Hadi Shalaby, mencatat sebagian besar sandera kelompok ISIS merupakan warga muslim, baik Syiah atau Sunni.
“Hal yang melukai saya sebagai muslim adalah mereka (gerilyawan) melakukan itu semua atas nama Islam,” tuturnya. Kepercayaan muslim, kata dia, tidak mengenal tindakan bengis dan kejam seperti yang dilakukan ISIS. Dalam sistem hukum di negara- negara Timur Tengah, hukuman mati kerap dilaksanakan dengan cara digantung. Di Iran dan Pakistan, hukuman dengan dilempari batu hingga meninggal dunia pun jarang dilakukan. Kalau eksekusi penggal memang kerap dilakukan di Arab Saudi dan pejuang Hamas di Gaza.
Hukuman dibakar hiduphidup merupakan produk hukum dari pengadilan ISIS yang berlaku di wilayah yang mereka kuasai. Hukuman itu jarang dilakukan oleh negara-negara atau kelompok gerilyawan selain ISIS. Namun, ISIS memang kerap menggunakan interpretasi yang terlalu berlebihan terhadap ajaran Islam. Hussein Bin Mahmoud, ulama ISIS, mengklaim dua khalifah penerus Nabi Muhammad SAW pernah menghukum orang dengan cara membakar karena telah murtad.
“Serangan udara koalisi AS juga telah membakar gerilyawan, ISIS pun membakar siapa yang melakukan serangan itu,” katanya. Bukan hanya para ulama yang mengecam aksi kejam ISIS. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz juga mengutuk keras pembunuhan pilot Yordania oleh ISIS yang dilakukan dengan membakarnya hidup-hidup. “Itu sangat tidak manusiawi dan bertentangan dengan Islam,” kata Salman, dikutip Arab News.
Pesan belasungkawa itu disampaikan langsungkepada Raja AbdullahII. “Kerajaan menyampaikan rasa sedih yang sangat mendalam atas kematian syuhada Moath al- Kassasbeh,” tuturnya. Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyan menegaskan komitmennya untuk memerangi terorisme dan ekstremisme. “Tindakan keji itu merepresentasikan eskalasi serangan kelompok teror,” katanya.
Uni Emirat Arab merupakan salah satu negara Arab yang mendukung koalisi AS melawan ISIS. Emir Bahrain, Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah juga menganggap pembunuhan pilot Yordania itu sebagai tindakan kriminal. Bahrain merupakan tempat pangkalan AS kelima di Timur Tengah. Sedangkan Iran, musuh bebuyutan negara-negara Arab dan AS, juga menyebut tindakan pembakaran hidup-hidup pilot Yordania sebagai tindakan yang tidak islami dan tak berperikemanusiaan.
Teheran menuding, pembunuhan terhadap pilot yang beragama Islam itu sebagai hal yang mengejutkan. ISIS biasanya mengeksekusi sandera Barat, bukan warga Timur Tengah. “Tindakan ISIS itu telah melanggar Islam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marziyeh Afkham. Sedangkan Hamas–penguasa Gaza–juga mengutuk tindakan ISIS.
“Pembakaran hidup-hidup sandera merupakan kejahatan yang sangat mengerikan,” demikian keterangan Hamas. Kecaman itu semakin menguat setelah ISIS mengubah gaya eksekusi mulai dari pemenggalan menjadi pembakaran dalam keadaan hidup-hidup. ISIS yang dipimpin ulama ekstrem Abu Bakr al-Baghdadi membenarkan segala bentuk eksekusi terhadap para sandera.
Bukan hanya itu, ISIS juga merayakan eksekusi dengan merekam dan dirilis video ke internet sebagai propaganda. Padahal, apa yang dilakukan ISIS itu sangat bertentangan dengan Islam, termasuk membakar sandera dalam keadaan hidup-hidup. “Pembakaran merupakan kejahatan mengerikan yang dilarang Islam, apa pun sebabnya,” kata ulama ternama Arab Saudi, Salman al-Odah.
Dia menambahkan, hanya Tuhan yang menghukum dengan menggunakan api. Para ulama radikal juga menganggap eksekusi berlebihan yang dilakukan ISIS sangat merugikan pergerakan itu. Apalagi, ISIS merupakan kelompok gerilyawan yang mendapatkan simpati dari berbagai penjuru dunia. Citra ISIS semakin menurun dengan banyak eksekusi sandera yang tak berdosa.
“Pembunuhan pilot Yordania itu memperlemah popularitas ISIS karena kita melihat Islam sebagai agama yang penuh kasih sayangdantoleransi,” kataMohamed al-Shalabi, gerilyawan yang merupakan musuh utama Pemerintah Yordania. “Meskipun dalam panasnya pertempuran, tahanan perang harus mendapatkan perlakuan yang baik,” tutur gerilyawan yang menghabiskan satu dekade lamanya di penjara karena aktivitas terornya.
Menurut Shalabi, ISIS membela diri bahwa pilot Yordania itu mengebom dan membunuh para gerilyawan, tetapi hukuman itu justru direkam dengan video. “Metode dokumentasi itu yang menyebabkan masyarakat menentang ISIS,” ucapnya kepada Reuters.
Andika Hendra m
(ftr)