Cirebon Akan Jadi Sister City Kota Austin
A
A
A
CIREBON - Kota Cirebon digadang- gadang menjadi sister city Kota Austin, Texas, Amerika Serikat (AS). Penjajakan itu menjadi program kelima setelah ada sister city di empat kota besar Indonesia lain.
Rencana Kota Cirebon sebagai sister city Austin dilakukan Tim Diaspora Indonesia atau Indonesian Diaspora Network (IDN) dari AS bersama tim dari Kedutaan Besar AS di Indonesia. Diaspora adalah warga Indonesia yang merantau ke luar negeri. Kerja sama internasional antara Kota Cirebon dan Austin itu memfokuskan pada tiga bidang utama yakni pendidikan, ekonomi, dan pariwisata.
Presiden Program Kerja Sama St Louis-Bogor Sister Cities di Missouri, AS, Alexander Soetjipto menyebutkan, selain Kota Cirebon, Indonesia juga sudah memiliki empat program sister city dengan AS yakni Jakarta dengan Los Angeles, California; Bogor dengan St Louis, Missouri; Bandung dengan Fort Worth, Texas; dan Surabaya dengan Seattle, Washington.
“Untuk menjadi ‘saudara kembar’ dengan kota-kota di AS, tak harus ada persamaan. Kami akan mencari apa yang bisa dilakukan di Kota Cirebon dari Kota Austin,” kata Alexander kepada media di Cirebon, Selasa (3/2) petang. Menurut dia, untuk Kota Cirebon akan dicarikan hal mudah sebagai awal pelaksanaan program ini.
Dia menunjuk dua kota memiliki sekolah sebagai salah satu aspek dasar pengembangan pendidikan. Saat ini pihaknya telah menjajaki kerja sama dengan salah satu sekolah swasta di Kota Cirebon. Alexander menambahkan, program yang bisa dilaksanakan berupa pertukaran pelajar. Pihaknya juga berencana mencari tahu potensi ekonomi yang dapat dikembangkan di Kota Cirebon melalui pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin) setempat.
Untuk pariwisata, potensi kerja sama melalui pengembangan keraton-keraton maupun situs-situs budaya di Cirebon. Alex menyatakan, waktu pelaksanaan bergantung pada percepatan proses yang berjalan saat ini, terutama menyangkut kesepakatan tertulis (MoU) pemerintah pusat dengan pihaknya. “Ada perbedaan antara AS dan Indonesia. Di AS setiap kegiatan tak harus selalu membutuhkan MoU. Pemda di sana sudah bisa gerak tanpa restu pemerintah pusat,” sebut dia.
Berbeda dengan Indonesia, pemda membutuhkan restu pemerintah pusat untuk menjalankan program-program kerja sama, terutama yang berhubungan dengan pemerintah luar negeri. Itu memerlukan proses yang terhitung panjang. Penggagas program kerja sama Cirebon Sister Cities, Galih Permata, meyakinkan, Kota Cirebon membutuhkan perbaikan di beberapa bidang krusial. Program sister city ini pun diharapkan menjadi salah satu solusi upaya perbaikan tersebut.
“Program ini bisa terwujud saat semua pihak berkomitmen untuk bekerja sama,” kata dia. Menurutnya, selain IDN dan Kedubes AS, kegiatan ini pun bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI serta Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI). Dia memastikan, program sister city merupakan bentuk bakti para Diaspora yang beranggotakan sekitar 8 juta orang dari beragam kalangan di 60 negara.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Cirebon Asep Dedi menyambut baik penjajakan program tersebut. Dia menilai Cirebon memang butuh kerja sama dengan pihak lain seperti sister city tersebut sehingga kota tersebut lebih berkembang. “Dengan begitu, diharapkan taraf hidup masyarakat Kota Cirebon juga turut meningkat,” sebut dia.
Erika lia
Rencana Kota Cirebon sebagai sister city Austin dilakukan Tim Diaspora Indonesia atau Indonesian Diaspora Network (IDN) dari AS bersama tim dari Kedutaan Besar AS di Indonesia. Diaspora adalah warga Indonesia yang merantau ke luar negeri. Kerja sama internasional antara Kota Cirebon dan Austin itu memfokuskan pada tiga bidang utama yakni pendidikan, ekonomi, dan pariwisata.
Presiden Program Kerja Sama St Louis-Bogor Sister Cities di Missouri, AS, Alexander Soetjipto menyebutkan, selain Kota Cirebon, Indonesia juga sudah memiliki empat program sister city dengan AS yakni Jakarta dengan Los Angeles, California; Bogor dengan St Louis, Missouri; Bandung dengan Fort Worth, Texas; dan Surabaya dengan Seattle, Washington.
“Untuk menjadi ‘saudara kembar’ dengan kota-kota di AS, tak harus ada persamaan. Kami akan mencari apa yang bisa dilakukan di Kota Cirebon dari Kota Austin,” kata Alexander kepada media di Cirebon, Selasa (3/2) petang. Menurut dia, untuk Kota Cirebon akan dicarikan hal mudah sebagai awal pelaksanaan program ini.
Dia menunjuk dua kota memiliki sekolah sebagai salah satu aspek dasar pengembangan pendidikan. Saat ini pihaknya telah menjajaki kerja sama dengan salah satu sekolah swasta di Kota Cirebon. Alexander menambahkan, program yang bisa dilaksanakan berupa pertukaran pelajar. Pihaknya juga berencana mencari tahu potensi ekonomi yang dapat dikembangkan di Kota Cirebon melalui pihak Kamar Dagang dan Industri (Kadin) setempat.
Untuk pariwisata, potensi kerja sama melalui pengembangan keraton-keraton maupun situs-situs budaya di Cirebon. Alex menyatakan, waktu pelaksanaan bergantung pada percepatan proses yang berjalan saat ini, terutama menyangkut kesepakatan tertulis (MoU) pemerintah pusat dengan pihaknya. “Ada perbedaan antara AS dan Indonesia. Di AS setiap kegiatan tak harus selalu membutuhkan MoU. Pemda di sana sudah bisa gerak tanpa restu pemerintah pusat,” sebut dia.
Berbeda dengan Indonesia, pemda membutuhkan restu pemerintah pusat untuk menjalankan program-program kerja sama, terutama yang berhubungan dengan pemerintah luar negeri. Itu memerlukan proses yang terhitung panjang. Penggagas program kerja sama Cirebon Sister Cities, Galih Permata, meyakinkan, Kota Cirebon membutuhkan perbaikan di beberapa bidang krusial. Program sister city ini pun diharapkan menjadi salah satu solusi upaya perbaikan tersebut.
“Program ini bisa terwujud saat semua pihak berkomitmen untuk bekerja sama,” kata dia. Menurutnya, selain IDN dan Kedubes AS, kegiatan ini pun bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI serta Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI). Dia memastikan, program sister city merupakan bentuk bakti para Diaspora yang beranggotakan sekitar 8 juta orang dari beragam kalangan di 60 negara.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Cirebon Asep Dedi menyambut baik penjajakan program tersebut. Dia menilai Cirebon memang butuh kerja sama dengan pihak lain seperti sister city tersebut sehingga kota tersebut lebih berkembang. “Dengan begitu, diharapkan taraf hidup masyarakat Kota Cirebon juga turut meningkat,” sebut dia.
Erika lia
(ars)