KMP-Jokowi Mesra, Golkar Munas Bali Menguat
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto membawa dampak luas pada konstelasi politik, termasuk memengaruhi kondisi internal Partai Golkar yang masih mengalami dualisme kepemimpinan.
Kedekatan Jokowi dengan elite Koalisi Merah Putih (KMP) tersebut dinilai akan menguntungkan partai Golkar kubu Aburizal Bakrie (ARB). “ARB menguat, sebab posisi tawarnya terhadap Presiden Jokowi dan pemerintah menjadi sangat kuat. Sekarang kepiawaian ARB memainkan situasi ini akan diuji. Sementara posisi Agung Laksono tidak menguntungkan,” kata pakar komunikasi politik Heri Budianto di Jakarta kemarin.
Mengenai polemik dualisme di tubuh Golkar yang belum terselesaikan secara tuntas, dia menilai itu bisa membuat Golkar terombang-ambing. Padahal penyelesaian dualisme Golkar itu akan sangat menentukan nasib Golkar di momen-momen politik ke depan, termasuk pilkada serentak 2015. “Jika konflik tidak segera dituntaskan, Golkar akan gigit jari di pilkada,” ujar Direktur Eksekutif Polco MM Institute ini.
Mengomentari makna pertemuan Jokowi dengan Prabowo, Heri mengatakan itu dilakukan karena faktor kepentingan Jokowi terhadap KMP dalam upaya memuluskan keinginannya yang ingin membatalkan pelantikan Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri. Di sisi lain, Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Bali Tantowi Yahya mengatakan, perundingan kubu ARB dengan Agung menuju islah terus berjalan.
Tapi yang dikhawatirkan oleh kubu Munas Bali adalah tidak ada tenggat waktu pada perundingan kedua kubu sedangkan pemasalahan rumah tangga Golkar banyak yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, lanjut Tantowi, langkah hukum pengadilan terpaksa diambil dalam rangka mencari kepastian hukum. Tantowi juga membantah kabar Akbar Tanjung telah mengundurkan diri sebagai Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar akibat pihak Munas Bali membawa persoalan internal tersebut ke jalur hukum. “Saya sudah mendapat konfirmasi bahwa itu tidak benar,” ujarnya.
Kiswondari
Kedekatan Jokowi dengan elite Koalisi Merah Putih (KMP) tersebut dinilai akan menguntungkan partai Golkar kubu Aburizal Bakrie (ARB). “ARB menguat, sebab posisi tawarnya terhadap Presiden Jokowi dan pemerintah menjadi sangat kuat. Sekarang kepiawaian ARB memainkan situasi ini akan diuji. Sementara posisi Agung Laksono tidak menguntungkan,” kata pakar komunikasi politik Heri Budianto di Jakarta kemarin.
Mengenai polemik dualisme di tubuh Golkar yang belum terselesaikan secara tuntas, dia menilai itu bisa membuat Golkar terombang-ambing. Padahal penyelesaian dualisme Golkar itu akan sangat menentukan nasib Golkar di momen-momen politik ke depan, termasuk pilkada serentak 2015. “Jika konflik tidak segera dituntaskan, Golkar akan gigit jari di pilkada,” ujar Direktur Eksekutif Polco MM Institute ini.
Mengomentari makna pertemuan Jokowi dengan Prabowo, Heri mengatakan itu dilakukan karena faktor kepentingan Jokowi terhadap KMP dalam upaya memuluskan keinginannya yang ingin membatalkan pelantikan Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri. Di sisi lain, Ketua DPP Partai Golkar hasil Munas Bali Tantowi Yahya mengatakan, perundingan kubu ARB dengan Agung menuju islah terus berjalan.
Tapi yang dikhawatirkan oleh kubu Munas Bali adalah tidak ada tenggat waktu pada perundingan kedua kubu sedangkan pemasalahan rumah tangga Golkar banyak yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, lanjut Tantowi, langkah hukum pengadilan terpaksa diambil dalam rangka mencari kepastian hukum. Tantowi juga membantah kabar Akbar Tanjung telah mengundurkan diri sebagai Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar akibat pihak Munas Bali membawa persoalan internal tersebut ke jalur hukum. “Saya sudah mendapat konfirmasi bahwa itu tidak benar,” ujarnya.
Kiswondari
(bbg)