UE Ancam Sanksi Baru Rusia
A
A
A
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) kemarin membahas sanksi baru terhadap Rusia, menyusul ketegangan yang kembali meningkat di Ukraina timur.
Para menteri luar negeri UE kemarin menggelar pertemuan di Brussels, Belgia, untuk mendiskusikan sanksi apa saja yang akan diberlakukan terhadap Rusia. Ancaman itu setelah pasukan pemberontak pro-Rusia menyerang Pelabuhan Mariupol pada akhir pekan lalu sehingga menewaskan 30 orang. Sebelumnya UE dan Amerika Serikat (AS) telah membekukan aset dan larangan bepergian bagi pejabat dan pengusaha Rusia.
“Sanksi baru UE terhadap Rusia termasuk pembatasan pasar modal yang akan membuat perusahaan Rusia harus melakukan pembiayaan sendiri dan berdampak terhadap surat utang negara Rusia,” kata para pejabat UE, dikutip kantor berita Reuters. “Pembatasan terhadap pasar keuangan merupakan langkah mudah yang akan diterapkan. Itu juga akan melemahkan potensi pertumbuhan ekonomi Rusia,” ujar salah satu pejabat yang tidak disebutkan namanya.
UE juga akan membatasi akses teknologi tingkat tinggi Rusia untuk menekan industri gas dan minyak. Sanksi itu akan mengakibatkan ambisi Rusia dalam eksplorasi di Arktik semakin sulit. Sanksi lainnya adalah UE akan memperpendek jatuh tempo maksimum bagi perusahaan Rusia yang memiliki pinjaman dan urusan keuangan dengan institusi keuangan yang berbasis di Eropa.
Itu akan menjadi tekanan berat bagi perusahaan energi di Rusia dan mereka terpaksa membiayai semua investasinya sendiri. Sanksi lainnya adalah mempersulit lembaga keuangan dan investor untuk membeli surat utang Rusia yang diterbitkan di pasar keuangan. Para menteri luar UE juga meminta Komisi Eropa untuk menyiapkan sanksi baru untuk menekan Moskow yang semakin memperkuat pengaruhnya di Ukraina timur.
Para pemimpin negara-negara UE juga akan meminta Komisi Eropa pada Konferensi Tingkat Tinggi pada 12 Februari untuk membahas sanksi kepada Rusia. “Sanksi itu mungkin diadopsi oleh para pemimpin UE pada Maret mendatang,” kata salah satu pejabat UE. Sebelumnya AS dan UE telah menerapkan sanksi bagi Rusia di sektor energi, finansial dan pertahanan.
Sementara, Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius mengungkapkan, nilainilai Eropa telah diserang dan dilemahkan di Ukraina. “Jika kita tidak melihat adanya peningkatan (di Ukraina timur), kita seharusnya memproses sanksi lebih lanjut. Berapa banyak lagi orang yang terbunuh (di Ukraina timur),” kata Linkevicius kepada BBC.
Gedung Putih telah memberikan sanksi lebih berat kepada Rusia pada Rabu (28/1) lalu karena dukungan Moskow terhadap pemberontak. Wakil Presiden AS Joe Biden menghubungi Presiden Ukraina Petro melalui telepon, membahas tentang perkembangan terakhir di Ukraina.
“Selama Rusia terus menerus mengabaikan tanggung jawabnya, biaya yang harus ditanggung Rusia akan terus meningkat,” kata Biden. Sanksi baru yang akan diberlakukan terhadap Moskow disambut dingin Pemerintah Rusia. Deputi Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengungkapkan, sanksi itu merupakan hal yang tak berperikemanusiaan.
“Kita mendengar sinyal kalau sanksi akan diperpanjang dan diperluas. Kita melihat sanksi itu menyakiti semuanya,” katanya, dikutip Interfax. Sementara di Donetsk, Ukraina timur, para pemberontak pro-Rusia kemarin masih bertempur dengan pasukan Pemerintah Ukraina. Pertempuran berlangsung sejak Rabu (28/1) lalu. Menurut warga Kota Debaltseve, Donetsk, pertempuran mengakibatkan banyak gedung rusak.
Mereka mendengar suara baku tembak meski mereka bersembunyi di ruang bawah tanah. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan, ratusan tank dan kendaraan tempur Rusia telah memasuki wilayah Ukraina timur. Adapun, Moskow membantah kalau pasukannya terlibat dalam pertempuran tersebut. Rusia hanya menyebutkan beberapa sukarelawan Rusia yang bertempur bersama pemberontak.
Krisis Ukraina timur telah mengakibatkan 4.800 orang tewas dan 1,2 juta orang, mengungsi setelah pemberontak pro-Rusia menguasai sebagian Luhansk dan Donetsk pada April tahun lalu. Tekanan UE dan AS tidak mampu meluluhkan semangat Rusia untuk mendukung penuh pemberontak pro-Moskow.
Andika hendra m
Para menteri luar negeri UE kemarin menggelar pertemuan di Brussels, Belgia, untuk mendiskusikan sanksi apa saja yang akan diberlakukan terhadap Rusia. Ancaman itu setelah pasukan pemberontak pro-Rusia menyerang Pelabuhan Mariupol pada akhir pekan lalu sehingga menewaskan 30 orang. Sebelumnya UE dan Amerika Serikat (AS) telah membekukan aset dan larangan bepergian bagi pejabat dan pengusaha Rusia.
“Sanksi baru UE terhadap Rusia termasuk pembatasan pasar modal yang akan membuat perusahaan Rusia harus melakukan pembiayaan sendiri dan berdampak terhadap surat utang negara Rusia,” kata para pejabat UE, dikutip kantor berita Reuters. “Pembatasan terhadap pasar keuangan merupakan langkah mudah yang akan diterapkan. Itu juga akan melemahkan potensi pertumbuhan ekonomi Rusia,” ujar salah satu pejabat yang tidak disebutkan namanya.
UE juga akan membatasi akses teknologi tingkat tinggi Rusia untuk menekan industri gas dan minyak. Sanksi itu akan mengakibatkan ambisi Rusia dalam eksplorasi di Arktik semakin sulit. Sanksi lainnya adalah UE akan memperpendek jatuh tempo maksimum bagi perusahaan Rusia yang memiliki pinjaman dan urusan keuangan dengan institusi keuangan yang berbasis di Eropa.
Itu akan menjadi tekanan berat bagi perusahaan energi di Rusia dan mereka terpaksa membiayai semua investasinya sendiri. Sanksi lainnya adalah mempersulit lembaga keuangan dan investor untuk membeli surat utang Rusia yang diterbitkan di pasar keuangan. Para menteri luar UE juga meminta Komisi Eropa untuk menyiapkan sanksi baru untuk menekan Moskow yang semakin memperkuat pengaruhnya di Ukraina timur.
Para pemimpin negara-negara UE juga akan meminta Komisi Eropa pada Konferensi Tingkat Tinggi pada 12 Februari untuk membahas sanksi kepada Rusia. “Sanksi itu mungkin diadopsi oleh para pemimpin UE pada Maret mendatang,” kata salah satu pejabat UE. Sebelumnya AS dan UE telah menerapkan sanksi bagi Rusia di sektor energi, finansial dan pertahanan.
Sementara, Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius mengungkapkan, nilainilai Eropa telah diserang dan dilemahkan di Ukraina. “Jika kita tidak melihat adanya peningkatan (di Ukraina timur), kita seharusnya memproses sanksi lebih lanjut. Berapa banyak lagi orang yang terbunuh (di Ukraina timur),” kata Linkevicius kepada BBC.
Gedung Putih telah memberikan sanksi lebih berat kepada Rusia pada Rabu (28/1) lalu karena dukungan Moskow terhadap pemberontak. Wakil Presiden AS Joe Biden menghubungi Presiden Ukraina Petro melalui telepon, membahas tentang perkembangan terakhir di Ukraina.
“Selama Rusia terus menerus mengabaikan tanggung jawabnya, biaya yang harus ditanggung Rusia akan terus meningkat,” kata Biden. Sanksi baru yang akan diberlakukan terhadap Moskow disambut dingin Pemerintah Rusia. Deputi Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengungkapkan, sanksi itu merupakan hal yang tak berperikemanusiaan.
“Kita mendengar sinyal kalau sanksi akan diperpanjang dan diperluas. Kita melihat sanksi itu menyakiti semuanya,” katanya, dikutip Interfax. Sementara di Donetsk, Ukraina timur, para pemberontak pro-Rusia kemarin masih bertempur dengan pasukan Pemerintah Ukraina. Pertempuran berlangsung sejak Rabu (28/1) lalu. Menurut warga Kota Debaltseve, Donetsk, pertempuran mengakibatkan banyak gedung rusak.
Mereka mendengar suara baku tembak meski mereka bersembunyi di ruang bawah tanah. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan, ratusan tank dan kendaraan tempur Rusia telah memasuki wilayah Ukraina timur. Adapun, Moskow membantah kalau pasukannya terlibat dalam pertempuran tersebut. Rusia hanya menyebutkan beberapa sukarelawan Rusia yang bertempur bersama pemberontak.
Krisis Ukraina timur telah mengakibatkan 4.800 orang tewas dan 1,2 juta orang, mengungsi setelah pemberontak pro-Rusia menguasai sebagian Luhansk dan Donetsk pada April tahun lalu. Tekanan UE dan AS tidak mampu meluluhkan semangat Rusia untuk mendukung penuh pemberontak pro-Moskow.
Andika hendra m
(ars)