Jepang dan Yordania Alami Masalah Pembebasan Sandera ISIS
A
A
A
TOKYO - Jepang dan Yordania menghadapi permasalahan dan pilihan yang sulit terkait penyelamatan warga mereka yang disandera militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kendati sepakat bekerja sama, permintaan yang dilayangkan ISIS kembali membuat dilema. Kini ISIS sudah tidak meminta tebusan uang USD200 juta lagi setelah tenggat waktu 72 jam berakhir pada pekan lalu atau setelah satu sandera asal Jepang, Haruna Yukawa, dipenggal. Mereka justru meminta pembebasan tahanan tentara Al-Qaeda, Sajida Mubarak Atrous al-Rishawi, di salah satu LP Yordania.
Sajida merupakan terdakwa bom bunuh diri yang akan dihukum mati. ISIS ingin menukar Sajida dengan sandera asal Jepang, Kenji Goto. Sandera asal Yordania, Muath al Kasaesbeh, juga ditampilkan dan diancam akan diberi konsekuensi yang berat. Yordania sudah terlanjur berjanji akan membantu Jepang menyelamatkan Haruna.
Namun, kondisi ini tidak mungkin mereka penuhi dengan alasan apa pun. Sebab, hubungan antara Yordania, begitu pun Jepang, dengan AS diyakini akan memburuk jika mereka sampai melakukan barter. Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS Jen Psaki mengatakan, penukaran sandera dengan tahanan sama saja dengan membayar uang tebusan. “Itu masih satu kategori,” kata Psaki, dikutip AFP.
Keselamatan Goto juga tetap menjadi prioritas pemerintah Jepang. Sebelumnya Haruna tewas di tangan ISIS setelah Jepang gagal memenuhi tuntutan ISIS yang meminta tebusan USD200 juta. Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe pun dikritik pahit masyarakat Jepang, terutama mengenai keputusannya yang ingin ikut campur dalam urusan sensitif di Timur Tengah.
Pada skenario penyelamatan Haruna, Jepang juga bekerja sama dengan Yordania. Namun, upaya tersebut gagal. Kini permasalahan semakin rumit karena ISIS juga mengeluarkan sandera asal Yordania, Muath. Muath merupakan seorang pilot. Pesawatnya jatuh pada Desember lalu saat ikut melakukan operasi pengeboman yang dipimpin koalisi AS.
Muh shamil
Kendati sepakat bekerja sama, permintaan yang dilayangkan ISIS kembali membuat dilema. Kini ISIS sudah tidak meminta tebusan uang USD200 juta lagi setelah tenggat waktu 72 jam berakhir pada pekan lalu atau setelah satu sandera asal Jepang, Haruna Yukawa, dipenggal. Mereka justru meminta pembebasan tahanan tentara Al-Qaeda, Sajida Mubarak Atrous al-Rishawi, di salah satu LP Yordania.
Sajida merupakan terdakwa bom bunuh diri yang akan dihukum mati. ISIS ingin menukar Sajida dengan sandera asal Jepang, Kenji Goto. Sandera asal Yordania, Muath al Kasaesbeh, juga ditampilkan dan diancam akan diberi konsekuensi yang berat. Yordania sudah terlanjur berjanji akan membantu Jepang menyelamatkan Haruna.
Namun, kondisi ini tidak mungkin mereka penuhi dengan alasan apa pun. Sebab, hubungan antara Yordania, begitu pun Jepang, dengan AS diyakini akan memburuk jika mereka sampai melakukan barter. Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS Jen Psaki mengatakan, penukaran sandera dengan tahanan sama saja dengan membayar uang tebusan. “Itu masih satu kategori,” kata Psaki, dikutip AFP.
Keselamatan Goto juga tetap menjadi prioritas pemerintah Jepang. Sebelumnya Haruna tewas di tangan ISIS setelah Jepang gagal memenuhi tuntutan ISIS yang meminta tebusan USD200 juta. Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe pun dikritik pahit masyarakat Jepang, terutama mengenai keputusannya yang ingin ikut campur dalam urusan sensitif di Timur Tengah.
Pada skenario penyelamatan Haruna, Jepang juga bekerja sama dengan Yordania. Namun, upaya tersebut gagal. Kini permasalahan semakin rumit karena ISIS juga mengeluarkan sandera asal Yordania, Muath. Muath merupakan seorang pilot. Pesawatnya jatuh pada Desember lalu saat ikut melakukan operasi pengeboman yang dipimpin koalisi AS.
Muh shamil
(ars)