49 Polisi Filipina Tewas
A
A
A
MANILA - Kontak senjata antara satuan khusus kepolisian Filipina dan kelompok separatis di Mamasapano, Maguindanao, Filipina Selatan pada Minggu (25/1) menyebabkan 49 personel polisi tewas.
Insiden tersebut mencoreng kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak Maret 2014 lalu. Polisi Aksi Khusus Filipina disebut telah menyalahi protokol dengan tidak melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan otoritas gabungan pemerintah dan panel gencatan senjata dari pihak Front Pembebasan Islam Moro (MILF) saat mencoba menangkap dua tersangka teroris, Zulkifli bin Hir dan Basit Usman di Mamasapano.
Terlebih lagi, Mamasapano merupakan salah satu wilayah yang berbahaya bagi polisi karena masih dikuasai MILF. MILF diyakini terkejut dengan hadirnya Polisi Aksi Khusus dini hari waktu setempat. Baku tembak pun tidak terelakkan sekitar pukul 03.00 yang berlangsung hampir 11 jam.
Prajurit Angkatan Darat (AD) pun dikerahkan untuk mencari dan mengevakuasi jasad personel polisi yang tewas. Juru bicara (jubir) polisi lokal Judith Ambong mengatakan, sampai kemarin tim pencari telah menemukan 49 jenazah personel Polisi Aksi Khusus. Namun, dia tidak mengetahui berapa jumlah korban tewas dari pihak MILF. Kepala tim negosiasi perdamaian dari pihak MILF, Mohagher Iqbal, menyayangkan terjadinya baku tembak selama 11 jam ini.
Dia memperingatkan risiko yang akan ditanggung kedua belah pihak jika gencatan senjata kembali dinodai. “Kenyataannya, ini akan menjadi masalah yang besar dalam menempuh proses perdamaian,” katanya, dikutip AFP . Iqbal menambahkan, peristiwa ini merupakan bentrokan pertama antara pasukan pemerintah dengan MILF yang terjadi tahun ini.
“Mudah-mudahan ini akan menjadi bentrokan yang terakhir. Kami akan berkomitmen terhadap proses perdamaian yang sudah disepakati. MILF juga akan tetap menghargai gencatan senjata,” ujarnya. Operasi rencana penangkapan tersangka teroris yang dilancarkan Polisi Aksi Khusus secara sepihak mendapat sorotan. Mereka dinilai perlu lebih memperkuat koordinasi de-ngan otoritas terkait, sebab situasi di Filipina Selatan masih rawan dan sensitif.
Setiap gerakan kepolisian yang bersifat mengancam berpotensi memicu perlawanan. Awalnya, Polisi Aksi Khusus berniat menangkap Zulkifli dan Basit. Zulkifli juga termasuk buron Amerika Serikat (AS) bernilai USD5 juta (Rp62,5 miliar). Tingginya nilai Zulkifli tak lepas dari keahliannya merancang bom. Anggota Jamaah Islamiah (JI) itu dinilai beberapa pihak berbahaya karena memiliki pengaruh besar.
Berdasarkan catatan militer Filipina, Zulkifli tidak hanya menambah kekuatan MILF sejak bersembunyi di Filipina Selatan pada 2003. Dia juga bisa meningkatkan keahlian para militan. Polisi juga mencoba menangkap Basit, komandan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF) yang sudah lama menjadi target.
Kepala Polisi Nasional Leonardo Espina, sekretaris presiden, dan menteri dalam negeri (mendagri) telah terbang menuju Maguindanao, kemarin. Dalam siaran pers, Leonardo mengatakan Pasukan Aksi Khusus telah memburu target papan atas yang diyakini menjadi dalang di balik pengeboman di wilayah selatan beberapa waktu lalu. Kepala panel perdamaian dari pihak pemerintah, Miriam Coroner-Ferrer, mengatakan bahwa bentrokan berdarah itu membuat proses perdamaian semakin menantang.
Meski demikian, Miriam yakin proses negosiasi tidak akan mengendur dan akan tetap berjalan sesuai rencana. Tahun lalu sekitar 10.000 anggota MILF sepakat untuk mengakhiri perang di Filipina.
Muh shamil
Insiden tersebut mencoreng kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian antara kedua belah pihak Maret 2014 lalu. Polisi Aksi Khusus Filipina disebut telah menyalahi protokol dengan tidak melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan otoritas gabungan pemerintah dan panel gencatan senjata dari pihak Front Pembebasan Islam Moro (MILF) saat mencoba menangkap dua tersangka teroris, Zulkifli bin Hir dan Basit Usman di Mamasapano.
Terlebih lagi, Mamasapano merupakan salah satu wilayah yang berbahaya bagi polisi karena masih dikuasai MILF. MILF diyakini terkejut dengan hadirnya Polisi Aksi Khusus dini hari waktu setempat. Baku tembak pun tidak terelakkan sekitar pukul 03.00 yang berlangsung hampir 11 jam.
Prajurit Angkatan Darat (AD) pun dikerahkan untuk mencari dan mengevakuasi jasad personel polisi yang tewas. Juru bicara (jubir) polisi lokal Judith Ambong mengatakan, sampai kemarin tim pencari telah menemukan 49 jenazah personel Polisi Aksi Khusus. Namun, dia tidak mengetahui berapa jumlah korban tewas dari pihak MILF. Kepala tim negosiasi perdamaian dari pihak MILF, Mohagher Iqbal, menyayangkan terjadinya baku tembak selama 11 jam ini.
Dia memperingatkan risiko yang akan ditanggung kedua belah pihak jika gencatan senjata kembali dinodai. “Kenyataannya, ini akan menjadi masalah yang besar dalam menempuh proses perdamaian,” katanya, dikutip AFP . Iqbal menambahkan, peristiwa ini merupakan bentrokan pertama antara pasukan pemerintah dengan MILF yang terjadi tahun ini.
“Mudah-mudahan ini akan menjadi bentrokan yang terakhir. Kami akan berkomitmen terhadap proses perdamaian yang sudah disepakati. MILF juga akan tetap menghargai gencatan senjata,” ujarnya. Operasi rencana penangkapan tersangka teroris yang dilancarkan Polisi Aksi Khusus secara sepihak mendapat sorotan. Mereka dinilai perlu lebih memperkuat koordinasi de-ngan otoritas terkait, sebab situasi di Filipina Selatan masih rawan dan sensitif.
Setiap gerakan kepolisian yang bersifat mengancam berpotensi memicu perlawanan. Awalnya, Polisi Aksi Khusus berniat menangkap Zulkifli dan Basit. Zulkifli juga termasuk buron Amerika Serikat (AS) bernilai USD5 juta (Rp62,5 miliar). Tingginya nilai Zulkifli tak lepas dari keahliannya merancang bom. Anggota Jamaah Islamiah (JI) itu dinilai beberapa pihak berbahaya karena memiliki pengaruh besar.
Berdasarkan catatan militer Filipina, Zulkifli tidak hanya menambah kekuatan MILF sejak bersembunyi di Filipina Selatan pada 2003. Dia juga bisa meningkatkan keahlian para militan. Polisi juga mencoba menangkap Basit, komandan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF) yang sudah lama menjadi target.
Kepala Polisi Nasional Leonardo Espina, sekretaris presiden, dan menteri dalam negeri (mendagri) telah terbang menuju Maguindanao, kemarin. Dalam siaran pers, Leonardo mengatakan Pasukan Aksi Khusus telah memburu target papan atas yang diyakini menjadi dalang di balik pengeboman di wilayah selatan beberapa waktu lalu. Kepala panel perdamaian dari pihak pemerintah, Miriam Coroner-Ferrer, mengatakan bahwa bentrokan berdarah itu membuat proses perdamaian semakin menantang.
Meski demikian, Miriam yakin proses negosiasi tidak akan mengendur dan akan tetap berjalan sesuai rencana. Tahun lalu sekitar 10.000 anggota MILF sepakat untuk mengakhiri perang di Filipina.
Muh shamil
(ars)