Nyawa Sandera Menjadi Prioritas

Kamis, 22 Januari 2015 - 10:27 WIB
Nyawa Sandera Menjadi Prioritas
Nyawa Sandera Menjadi Prioritas
A A A
TOKYO - Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mengutuk keras ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang akan membunuh dua warga negaranya yang dijadikan sandera.

Dua tawanan bernama Kenji Goto, jurnalis lepas, dan Haruna Yukawa, pekerja swasta bidang militer. Ancaman dirilis dalam video yang disebar ISIS. Kelompok militan itu menandaskan akan membunuh sanderanya kecuali permintaan tebusan senilai USD200 juta dipenuhi. Abe yang mempercepat kunjungan ke Timur Tengah dan sekembalinya ke Tokyo langsung menggelar rapat kabinet mengungkap, ancaman itu sama sekali tak dapat diterima dan akan melakukan cara menyelamatkan sandera.

Dia menambahkan, nyawa sandera saat ini menjadi prioritas meski kembali menekankan bahwa pemerintahannya tak akan memberikan tebusan kepada teroris. “Kami tengah berpacu dengan waktu. Kami akan mencoba menggunakan setiap rute diplomasi untuk bisa membebaskan dua warga kami di Timur Tengah,” ungkap Abe. Sebelumnya sewaktu hendak bertolak ke Tokyo, Abe juga sudah menekankan upayanya menyelamatkan warganya.

“Saya meminta jangan lukai mereka (tawanan) dan mereka harus segera dibebaskan,” kata Abe dalam konferensi pers di Yerusalem sebelum bertolak ke Tokyo, dikutip AFP. Abe mempersingkat kunjungan ke Timur Tengah dari waktu yang awalnya dijadwalkan guna menyelesaikan kasus tersebut. “Dunia internasional tidak akan menyerah terhadap segala bentuk terorisme dan kami memastikan bahwa kami akan bekerja sama,” tambah Abe. Pernyataan Abe mendapat sambutan dari Washington.

Melalui juru bicara departemen luar negeri Jen Psaki, Amerika Serikat menandaskan dukungannya kepada Jepang untuk persoalan tersebut. Pihak ISIS dalam videonya mengungkap bahwa permintaantebusanUSD200jutauntuk menyelamatkan sandera asal Jepang sebagai aksi keras sikap Tokyo yang memberikan bantuan kemanusiaan. Dalam kunjungannya keTimurTengah, Abe memang menjanjikan untuk melanjutkan bantuan ke negaranegara Timur Tengah.

Sabtu (17/1), sewaktu di Kairo, Abe menjanjikan bantuan USD2,5 miliar untuk program nonmiliter kawasan dengan di dalamnya bantuan nonmiliter senilai USD200 juta untuk negara-negara yang berjuang memerangi ISIS. Pejabat resmi Jepang mengungkap dana bantuan senilai USD200 juta akan difokuskan membantu pengungsi dari Suriah dan Irak. Di Tokyo, upaya penyelamatan dua warga Jepang dilakukan kementerian luar negeri dengan mengecek video.

Dari hasil tayangan televisi Wakil Senior Parlemen-Kementerian Pertahanan Akira Sato mengatakan kepada reporter, setelah melihat tayangan, dia menyimpulkan kemungkinan video merupakan hasil gabungan. Sementara itu, dukungan kepada Abe menolak pemberian tebusan disuarakan anggota parlemen dari partai berkuasa, Partai Demokratik Liberal, Yoshiaki Harada.

“Saya pikir ini tidak akan banyak berpengaruh terhadap diplomasi Jepang. Penyanderaan dan insiden teror tidak akan mengubah kebijakan Abe,” kata Harada. “Teror seperti ini bisa terjadi kapan pun. Tetapi, berdasarkan karakter Abe, saya memastikan dia tidak akan menyerah atau melemahkan kebijakan fundamentalnya.”

Saat kembali memegang jabatan untuk periode keduanya pada 2012, Abe berjanji akan meningkatkan pertahanan Jepang dan meningkatkan peran Tokyo dalam panggung diplomasi dan keamanan. Abe mengunjungi hampir 50 negara untuk mempromosikan kebijakan, termasuk menghapus sanksi terhadap pelatihan pertahanan kolektif sendiri atau bantuan militer terhadap sekutunya yang tengah diserang.

Selain itu, Konstitusi Pasifis yang dijalankan Jepang membuat Abe harus tegas dengan kebijakannya. Di bawah konstitusi, militer Jepang dilarang melakukan penyelamatan meski itu memungkinkan. Menawarkan pembayaran tebusan akan menempatkan Tokyo berada dalam posisi ganjil dengan sekutu dekatnya, Washington, yang memiliki kebijakan menolak pembayaran tebusan untuk membebaskan tawanan.

Muh shamil
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6595 seconds (0.1#10.140)