Program Unggulan Berasal dari Rakyat
A
A
A
Pemimpin daerah harus dekat dengan rakyat atau mengenal lingkungan lebih dekat. Jargon itu saya anggap cukup tepat dan nyata. Banyak keuntungan dan manfaat yang didapat saat pemimpin dekat dengan rakyatnya.
Itu saya rasakan sendiri selama menjabat Bupati Indramayu. Banyak ide, gagasan, dan program dari Pemerintah Kabupaten Indramayu ternyata berasal dari ide rakyat. Ide atau program unggulan dari rakyat kerap lebih tepat sasaran, bahkan lebih tajam dibandingkan gagasan dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Saya menilai keluh kesah, tangisan, dan jeritan masyarakat bisa menjadi awal pemikiran untuk membuat program unggulan. Sebagai bupati perempuan pertama di Kabupaten Indramayu, naluri keibuan cinta kasih saya lebih dominan dibandingkan dengan pendekatan formal seorang pejabat yang acap linier, kaku, dan rigid. Naluri keibuan ini kerap saya tuangkan dalam beberapa program seperti Ibu Sayang Rakyat (Isra) dan program Kartu Sehat dan Pintar (Kasep).
Dua program unggulan daerah ini muncul bermula dari pertemuan intensif dengan rakyat. Di Isra, saya memilih melakukan blusukan dari desa ke desa. Bertemu dengan rakyat, bercengkerama, berdialog, serta berdiskusi. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan yang saya lakukan selama beberapa tahun terakhir ini.
Saya bisa merespons dengan cepat setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan blusukan langsung ke lapangan, kendala dan hambatan pembangunan pada tataran konkret di lapangan menjadi terurai dan lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal sama juga terjadi saat saya menelurkan program Kartu Pintar yang ternyata hasil dari pemikiran atau ide masyarakat.
Saat masih ditemukan anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena faktor biaya, lahirlah program Kartu Pintar. Program yang bertujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu ini dianggarkan Rp32 miliar. Dengan memiliki Kartu Pintar, anak usia sekolah dapat mengenyam pendidikan dasar selama sembilan tahun. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, jumlah siswa tak mampu di Indramayu adalah 49.905 orang.
Jumlah ini terdiri atas siswa SMP 24.600 orang, SMK 18.022 orang, dan SMA 6.783 orang. Pada pendataan awal, data siswa miskin diambil berdasarkan usulan orang tua siswa dan diketahui oleh RT/RW, kuwu, dan camat. Selanjutnya diverifikasi oleh wali kelas, guru BK, dan diketahui oleh komite sekolah untuk kemudian disahkan kepala sekolah.
Dari kepala sekolah setelah ditandatangani di atas meterai, selanjutnya diserahkan ke Dinas Pendidikan. Masih banyaknya masyarakat Indramayu yang tidak ter-cover pada program Badan Perlindungan Jaminan Sosial (BPJS) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.
Naluri keibuan saya saat berinteraksi dengan rakyat lebih banyak bicara. Dari temuan riil di lapangan, akhirnya kembali melahirkan ide-ide baru. Program Kartu Sehat yang diluncurkan sejak 2014, sekali lagi berasal dari ide rakyat. Melalui Kartu Sehat ini, masyarakat tidak mampu dapat berobat ke puskesmas atau rumah sakit umum daerah (RSUD) seperti di RSUD Indramayu, RSUD Pantura MA Sentot, dan Rumah Sakit Bayangkara, tanpa dipungut biaya.
Selain itu, dengan rujukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, masyarakat tidak mampu juga dapat berobat ke RSUD Gunung Jati Cirebon, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Jiwa di Bogor, RS Jiwa Cimahi, dan RS Mata Cicendo Bandung. Bahkan, kini dirintis kerja sama dengan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Sebanyak 36.709 jiwa warga miskin di Kabupaten Indramayu dijamin oleh program ini. Program Isra dan Kasep diharapkan mampu memproteksi masyarakat Indramayu di bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.
Pembenahan infrastruktur seperti jalan dan jembatan pun tidak luput dari perhatian. Masalah kerusakan jalan juga terpantau dari blusukan dari desa ke desa. Saat menyambangi sejumlah desa, keluhan jalan rusak menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Sekali lagi, ide betonisasi yang dilakukan dalam kurun waktu dua tahun terakhir juga berasal dari keluhan rakyat.
Betonisasi jalan kabupaten dan dibangunnya jembatan penghubung antarkecamatan berasal dari aspirasi masyarakat. Tercatat sudah 183 kilometer jalan Kabupaten Indramayu dibeton dan tiga jembatan megah dibangun yang menjadi penghubung antarkecamatan di wilayah Indramayu. Dengan infrastruktur yang baik diharapkan dapat membuka serta meningkatkan akses-akses ekonomi, pendidikan, dan kesehatan untuk kemajuan masyarakat di wilayah tersebut.
Semua program unggulan ini terbantu berkat dukungan APBD yang setiap tahunnya mengalami kenaikan signifikan. Dalam kurun empat tahun terhitung sejak 2010- 2014, APBD Indramayu mengalami kenaikan sebesar Rp1,3 triliun, yaitu dari semula Rp1,35 triliun menjadi Rp2,65 triliun. Meski hasil kerja keras berbuah penghargaan, hal itu saya anggap sebagai bonus.
Penghargaan terbaik secara hakiki bukan berasal dari lembaga resmi dan pemerintahan lebih tinggi. Penghargaan terbaik adalah penghargaan dari rakyat. Meski begitu, rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya tetap saya sampaikan atas pengakuan kinerja saya selama ini. Seperti penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sebagai pemenang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kategori “Sedang” Kabupaten/ Kota seJawa Barat 2014.
Penghargaan itu diberikan pada HUT Provinsi Jawa Barat 2014. Selain itu, ada penghargaan dari gubernur Jawa Barat bahwa Indramayu menjadi Kabupaten/ Kota Sehat Kategori Swasti Saba Padapa Jawa Barat 2014. Ada lagi penghargaan dari gubernur Jawa Barat atas peran aktif dalam rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Anies Baswedan berupa Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Appreciation 2014.
Penghargaan-penghargaan lain yang diterima Kabupaten Indramayu di antaranya juara I Lomba Perpustakaan Desa/Kelurahan tingkat Provinsi Jawa Barat untuk Desa Majasari Kecamatan Sliyeg; Penghargaan Terbaik I Desa Mundak Jaya Kecamatan Sliyeg, Apresiasi Pengurangan Kemiskinan Berbasis Kelompok Masyarakat di Kabupaten/Kota; penghargaan gubernur Jawa Barat untuk Masyarakat Peduli Lingkungan kelompok “Sigra Mangso” Desa Brondong 2014; juga penghargaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) terbaik kategori kabupaten/kota tingkat Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, SMA Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu juga mendapat penghargaan Adiwiyata Tingkat Nasional Tahun 2014 dari menteri lingkungan hidup. Penghargaan-penghargaan yang diterima tersebut merupakan cambuk kecil untuk terus mengabdikan diri membangun Kabupaten Indramayu ke arah lebih baik menuju visi Indramayu Remaja.
Apresiasi bukan tujuan utama dalam karier saya. Yang terpenting adalah bagaimana mengabdi, berkarya, dan bekerja untuk kemajuan masyarakat Kabupaten Indramayu. Dan yang pasti, program rakyat bukanuntukpejabatatausiapasiapa, namun diperuntukkan untuk rakyat karena berasal dari jeritan dan suara hati rakyat.
Anna sophanah
Bupati Indramayu
Itu saya rasakan sendiri selama menjabat Bupati Indramayu. Banyak ide, gagasan, dan program dari Pemerintah Kabupaten Indramayu ternyata berasal dari ide rakyat. Ide atau program unggulan dari rakyat kerap lebih tepat sasaran, bahkan lebih tajam dibandingkan gagasan dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Saya menilai keluh kesah, tangisan, dan jeritan masyarakat bisa menjadi awal pemikiran untuk membuat program unggulan. Sebagai bupati perempuan pertama di Kabupaten Indramayu, naluri keibuan cinta kasih saya lebih dominan dibandingkan dengan pendekatan formal seorang pejabat yang acap linier, kaku, dan rigid. Naluri keibuan ini kerap saya tuangkan dalam beberapa program seperti Ibu Sayang Rakyat (Isra) dan program Kartu Sehat dan Pintar (Kasep).
Dua program unggulan daerah ini muncul bermula dari pertemuan intensif dengan rakyat. Di Isra, saya memilih melakukan blusukan dari desa ke desa. Bertemu dengan rakyat, bercengkerama, berdialog, serta berdiskusi. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan yang saya lakukan selama beberapa tahun terakhir ini.
Saya bisa merespons dengan cepat setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dengan blusukan langsung ke lapangan, kendala dan hambatan pembangunan pada tataran konkret di lapangan menjadi terurai dan lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal sama juga terjadi saat saya menelurkan program Kartu Pintar yang ternyata hasil dari pemikiran atau ide masyarakat.
Saat masih ditemukan anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena faktor biaya, lahirlah program Kartu Pintar. Program yang bertujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu ini dianggarkan Rp32 miliar. Dengan memiliki Kartu Pintar, anak usia sekolah dapat mengenyam pendidikan dasar selama sembilan tahun. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, jumlah siswa tak mampu di Indramayu adalah 49.905 orang.
Jumlah ini terdiri atas siswa SMP 24.600 orang, SMK 18.022 orang, dan SMA 6.783 orang. Pada pendataan awal, data siswa miskin diambil berdasarkan usulan orang tua siswa dan diketahui oleh RT/RW, kuwu, dan camat. Selanjutnya diverifikasi oleh wali kelas, guru BK, dan diketahui oleh komite sekolah untuk kemudian disahkan kepala sekolah.
Dari kepala sekolah setelah ditandatangani di atas meterai, selanjutnya diserahkan ke Dinas Pendidikan. Masih banyaknya masyarakat Indramayu yang tidak ter-cover pada program Badan Perlindungan Jaminan Sosial (BPJS) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.
Naluri keibuan saya saat berinteraksi dengan rakyat lebih banyak bicara. Dari temuan riil di lapangan, akhirnya kembali melahirkan ide-ide baru. Program Kartu Sehat yang diluncurkan sejak 2014, sekali lagi berasal dari ide rakyat. Melalui Kartu Sehat ini, masyarakat tidak mampu dapat berobat ke puskesmas atau rumah sakit umum daerah (RSUD) seperti di RSUD Indramayu, RSUD Pantura MA Sentot, dan Rumah Sakit Bayangkara, tanpa dipungut biaya.
Selain itu, dengan rujukan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, masyarakat tidak mampu juga dapat berobat ke RSUD Gunung Jati Cirebon, RS Hasan Sadikin Bandung, RS Jiwa di Bogor, RS Jiwa Cimahi, dan RS Mata Cicendo Bandung. Bahkan, kini dirintis kerja sama dengan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Sebanyak 36.709 jiwa warga miskin di Kabupaten Indramayu dijamin oleh program ini. Program Isra dan Kasep diharapkan mampu memproteksi masyarakat Indramayu di bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.
Pembenahan infrastruktur seperti jalan dan jembatan pun tidak luput dari perhatian. Masalah kerusakan jalan juga terpantau dari blusukan dari desa ke desa. Saat menyambangi sejumlah desa, keluhan jalan rusak menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Sekali lagi, ide betonisasi yang dilakukan dalam kurun waktu dua tahun terakhir juga berasal dari keluhan rakyat.
Betonisasi jalan kabupaten dan dibangunnya jembatan penghubung antarkecamatan berasal dari aspirasi masyarakat. Tercatat sudah 183 kilometer jalan Kabupaten Indramayu dibeton dan tiga jembatan megah dibangun yang menjadi penghubung antarkecamatan di wilayah Indramayu. Dengan infrastruktur yang baik diharapkan dapat membuka serta meningkatkan akses-akses ekonomi, pendidikan, dan kesehatan untuk kemajuan masyarakat di wilayah tersebut.
Semua program unggulan ini terbantu berkat dukungan APBD yang setiap tahunnya mengalami kenaikan signifikan. Dalam kurun empat tahun terhitung sejak 2010- 2014, APBD Indramayu mengalami kenaikan sebesar Rp1,3 triliun, yaitu dari semula Rp1,35 triliun menjadi Rp2,65 triliun. Meski hasil kerja keras berbuah penghargaan, hal itu saya anggap sebagai bonus.
Penghargaan terbaik secara hakiki bukan berasal dari lembaga resmi dan pemerintahan lebih tinggi. Penghargaan terbaik adalah penghargaan dari rakyat. Meski begitu, rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya tetap saya sampaikan atas pengakuan kinerja saya selama ini. Seperti penghargaan dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sebagai pemenang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kategori “Sedang” Kabupaten/ Kota seJawa Barat 2014.
Penghargaan itu diberikan pada HUT Provinsi Jawa Barat 2014. Selain itu, ada penghargaan dari gubernur Jawa Barat bahwa Indramayu menjadi Kabupaten/ Kota Sehat Kategori Swasti Saba Padapa Jawa Barat 2014. Ada lagi penghargaan dari gubernur Jawa Barat atas peran aktif dalam rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Anies Baswedan berupa Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Appreciation 2014.
Penghargaan-penghargaan lain yang diterima Kabupaten Indramayu di antaranya juara I Lomba Perpustakaan Desa/Kelurahan tingkat Provinsi Jawa Barat untuk Desa Majasari Kecamatan Sliyeg; Penghargaan Terbaik I Desa Mundak Jaya Kecamatan Sliyeg, Apresiasi Pengurangan Kemiskinan Berbasis Kelompok Masyarakat di Kabupaten/Kota; penghargaan gubernur Jawa Barat untuk Masyarakat Peduli Lingkungan kelompok “Sigra Mangso” Desa Brondong 2014; juga penghargaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) terbaik kategori kabupaten/kota tingkat Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, SMA Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu juga mendapat penghargaan Adiwiyata Tingkat Nasional Tahun 2014 dari menteri lingkungan hidup. Penghargaan-penghargaan yang diterima tersebut merupakan cambuk kecil untuk terus mengabdikan diri membangun Kabupaten Indramayu ke arah lebih baik menuju visi Indramayu Remaja.
Apresiasi bukan tujuan utama dalam karier saya. Yang terpenting adalah bagaimana mengabdi, berkarya, dan bekerja untuk kemajuan masyarakat Kabupaten Indramayu. Dan yang pasti, program rakyat bukanuntukpejabatatausiapasiapa, namun diperuntukkan untuk rakyat karena berasal dari jeritan dan suara hati rakyat.
Anna sophanah
Bupati Indramayu
(bbg)