Jauh di Mata, Dekat di Hati
A
A
A
SUDAH menjadi risiko Vita Indra Catri sebagai istri seorang bupati bahwa waktu sang suami lebih banyak digunakan untuk mengabdi demi kepentingan masyarakat.
Vita pun terbiasa untuk lebih banyak mengambil keputusan dalam urusan keluarga secara mandiri. “Seringkali keputusan harus segera diambil sementara situasinya tidak memungkinkan bagi saya untuk berkomunikasi panjang lebar dengan suami,” tutur alumnus Fakultas Pertanian Universitas Andalas ini. Sehari-hari, komunikasi Vita dan Indra serta anak-anak mereka lebih banyak mengandalkan ponsel.
Meski begitu, kata Vita, anak-anak mereka tidak merasa kekurangan perhatian orang tua terutama dari sang ayah. Putra dan putri mereka sudah duduk di perguruan tinggi, SMA, dan sekolah dasar. Tiga di antaranya belajar di luar kota dan diasramakan.
“Yang tinggal bersama kami hanya si bungsu yang masih SD. Setiap pagi, Bapak selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama. Setelah magrib, kalau Bapak tidak sedang ke luar kota atau ada kegiatan, kami selalu usahakan makan malam bersama meski hanya sebentar,” terang ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Agam ini. Vita sudah terbiasa dengan ritme kerja pejabat birokrasi seperti ini sejak Indra memulai kariernya sebagai PNS di Kota Padang.
Dengan anak-anaknya di luar kota pun pun Indra rutin berkomunikasi. “Bapak menanyakan kabar mereka masing-masing lewat telepon dan selalu memberi nasihat. Jauh di mata dekat di hati,” pungkas Vita. Beberapa waktu lalu, KORAN SINDOberkesempatan mengikuti blusukan Bupati Agam Indra Catri di sejumlah wilayah mulai dari gotong royong, menghadiri acara perkawinan (baralek), meninjau anakanak belajar mengaji di masjid hingga belajar silat (silek).
Pagi hari Indra mengawali kegiatannya dengan ikut bergotong royong di Nagari Sariak, Kecamatan Sungai Pua. Dia tampak antusias bersama warga mengayunkan cangkul untuk mempersiapkan lahan multiguna. Dalam setiap kunjungan, Indra juga selalu menyiapkan bibit tanaman dan ikan di mobilnya.
Kalau menyambangi lapau (warung), musala, atau pun rumah dia kerap meninjau bagian dapur dan WC. Tujuannya untuk memastikan sejauh mana warganya menerapkan hidup bersih. Menurut dia, sumber kesehatan berawal dari sanitasi.
Ilham safutra
Vita pun terbiasa untuk lebih banyak mengambil keputusan dalam urusan keluarga secara mandiri. “Seringkali keputusan harus segera diambil sementara situasinya tidak memungkinkan bagi saya untuk berkomunikasi panjang lebar dengan suami,” tutur alumnus Fakultas Pertanian Universitas Andalas ini. Sehari-hari, komunikasi Vita dan Indra serta anak-anak mereka lebih banyak mengandalkan ponsel.
Meski begitu, kata Vita, anak-anak mereka tidak merasa kekurangan perhatian orang tua terutama dari sang ayah. Putra dan putri mereka sudah duduk di perguruan tinggi, SMA, dan sekolah dasar. Tiga di antaranya belajar di luar kota dan diasramakan.
“Yang tinggal bersama kami hanya si bungsu yang masih SD. Setiap pagi, Bapak selalu menyempatkan diri untuk sarapan bersama. Setelah magrib, kalau Bapak tidak sedang ke luar kota atau ada kegiatan, kami selalu usahakan makan malam bersama meski hanya sebentar,” terang ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Agam ini. Vita sudah terbiasa dengan ritme kerja pejabat birokrasi seperti ini sejak Indra memulai kariernya sebagai PNS di Kota Padang.
Dengan anak-anaknya di luar kota pun pun Indra rutin berkomunikasi. “Bapak menanyakan kabar mereka masing-masing lewat telepon dan selalu memberi nasihat. Jauh di mata dekat di hati,” pungkas Vita. Beberapa waktu lalu, KORAN SINDOberkesempatan mengikuti blusukan Bupati Agam Indra Catri di sejumlah wilayah mulai dari gotong royong, menghadiri acara perkawinan (baralek), meninjau anakanak belajar mengaji di masjid hingga belajar silat (silek).
Pagi hari Indra mengawali kegiatannya dengan ikut bergotong royong di Nagari Sariak, Kecamatan Sungai Pua. Dia tampak antusias bersama warga mengayunkan cangkul untuk mempersiapkan lahan multiguna. Dalam setiap kunjungan, Indra juga selalu menyiapkan bibit tanaman dan ikan di mobilnya.
Kalau menyambangi lapau (warung), musala, atau pun rumah dia kerap meninjau bagian dapur dan WC. Tujuannya untuk memastikan sejauh mana warganya menerapkan hidup bersih. Menurut dia, sumber kesehatan berawal dari sanitasi.
Ilham safutra
(ars)