Sentimen Anti-Islam Merebak, Umat Muslim Eropa dalam Ancaman

Senin, 19 Januari 2015 - 10:11 WIB
Sentimen Anti-Islam Merebak, Umat Muslim Eropa dalam Ancaman
Sentimen Anti-Islam Merebak, Umat Muslim Eropa dalam Ancaman
A A A
KASUS Charlie Hebdo pada akhirnya memunculkan gerakan anti-Islam di seantero Eropa. Pesan jihad yang diduga dikumandangkan saat penyerangan menyebabkan warga Eropa menaruh curiga yang luar biasa terhadap umat Islam.

Jerman, menjadi negara yang mampu memecahkan rekor dalam gerakan sayap kanan, Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA), yang saat ini tengah populer. Sedikitnya 18.000 warga berkumpul di kota Jerman timur, Dresden, untuk ambil bagian dalam gerakan melawan pengaruh Islam di negara-negara Barat.

Di Prancis, negara yang menjadi tempat aksi tak bertanggung jawab yang mengatasnamakan Islam berlangsung (serangan Charlie Hebdo), situasinya malah lebih ekstrem. Hingga Rabu (14/1),sebanyak 21 masjid yang tersebar di Negeri Romantis tersebut dilaporkan menjadi target serangan kelompok Islamophobia. Mulai bom api, tembakan, dan kepala babi menodai tempat suci peribadatan muslim.

Observatorium Nasional Prancis Melawan Islamophobia melaporkan, semenjak Rabu pekan lalu total 60 insiden yang berkaitan dengan gerakan anti- Islam telah terjadi. Termasuk dalam insiden adalah penyerangan dengan empat granat sebuah masjid di Le Mans dan tembakan langsung ke salah satu jendela masjid.

Insiden lainnya meliputi grafiti rasis dan intimidasi. Untuk menjamin keselamatan muslim di Prancis, polisi setempat melakukan penjagaan. Salah satunya dengan menempatkan pasukan khusus di depan pintu masuk Masjid Agung Paris, yang juga memiliki unit bisnis seperti restoran. Tempat tersebut juga menjadi target serangan bom.

Sentimenanti-Islam yang merebak dan mulai mengkhawatirkan membuat pejabat Prancis buka suara. Politisi senior Prancis mengingatkan warganya agar mampu membedakan antara pelaku kekerasan dengan muslim yang mencintai perdamaian. Apalagi, populasi muslim di Prancis masuk yang terbesar di Eropa.

Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius juga mengingatkan bahwa penggunaan “islamist “ tidak tepat disematkan kepada pelaku pembunuhan. Pelaku Charlie Hebdo, tegas dia, lebih pas disebut “teroris”. Gerakan yang semakin berkembang tersebut juga mulai mengancam kehidupan muslim di Prancis. Ledakan di salah satu kedai kebab menyusul kemudian dengan ledakan di dekat sebuah masjid di Villefranche- sur-Saone, timur Prancis, mengindikasikan bahwa gerakan ini juga mulai menyasar ke individu.

Kebab sendiri kebanyakan dimiliki warga keturunan Turki yang sebagian besar memeluk Islam. Muslim di Prancis pun meminta otoritas untuk melindungi mereka, seperti halnya peningkatan keamanan untuk wilayah-wilayah Yahudi di negeri tersebut.

“Seluruh organisasi muslim di Prancis menaruh perhatian terhadap sejumlah aksi anti-Islam yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Kami meminta otoritas waspada untuk memastikan keamanan masjid,” ungkap Dalil Boubakeur, imam Masjid Besar Paris sekaligus presiden Dewan Agama Islam Prancis.

Persatuan Organisasi Islam di Prancis atau UOIF sendiri meminta otoritas Prancis mengambil segala kebijakan untuk melindungi muslim dan masjid-masjid serta menolak segala kaitan dengan teroris.

“Terorisme dan kejahatan bukanlah agama,” bunyi pernyataan grup tersebut. Perdana Menteri (PM) Prancis Manuel Valls mengungkap, ribuan aparat kepolisian dan tentara sudah diturunkan untuk menjaga keamanan nasional semenjak serangan Charlie Hebdo. Petugas keamanan diperintahkan menjaga masjid-masjid, sekolah-sekolah Yahudi, dan tempat ibadah lain. “Prancis akan melindungi seluruh warga negaranya,” tegas Valls.

Sementara, imbauan agar warga Eropa tidak emosional memandang kasus Charlie Hebdo diserukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Juru bicara PBB Stephane Dujarric meminta sikap toleransi antaragama maupun etnis dipelihara. “Sekretaris Jenderal menentang situasi yang terjadi di Eropa. Pesannya jelas, toleransi dan penerimaan,” tegas Stephane.

Arvin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5347 seconds (0.1#10.140)