Siap Bertemu Jong-un Bahas Unifikasi
A
A
A
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye mengatakan siap bertemu tanpa syarat dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un untuk membicarakan rencana unifikasi (penyatuan dua negara).
Pernyataan tersebut jawaban atas permintaan Jong-un dalam pidato tahun barunya yang meminta ada pertemuan tingkat tinggi untuk membahas unifikasi. Berbicara dalam konferensi pers Geun-hye juga mengatakan pada Tahun Baru Imlek bulan depan, dirinya ingin melihat keluarga- keluarga yang terpaksa terpisah karena perselisihan Korsel-Korut dapat bersua kembali. Geun-hye akan menyerahkan sepenuhnya tugas ini kepada Menteri Unifikasi Korea Selatan Ryoo Kihl-jae .
“Kami akan berusaha untuk mengatasi berbagai masalah kemanusiaan dasar dan mencari tahu para anggota keluarga yang masih hidup. Korsel dan Korut bisa saling bertukar surat maupun pesan melalui video,” ungkap Kihl-jae, dilansirChannelnewsasia . Presiden Geun-hye menginginkan intensitas pertemuan warga dua negara bisa ditingkatkan. Bagi presiden berusia 62 tahun ini, kebahagiaan warga adalah yang paling penting.
Sebagai perempuan yang memiliki perasaan lebih sensitif dibanding laki-laki, Geun-hye tahu bagaimana sakitnya perpisahan antara ibu dan anak. Sosok yang dimasukkan Forbes ke dalam daftar 11 wanita paling berpengaruh di Asia Timur pada 2013 dan 2014 ini memiliki filsafat unik dalam menjalankan negaranya.
Lulusan Sogang University itu memilih filsafat administrasi sebagai fondasi untuk membuka era baru bagi Korsel sehingga bisa menciptakan kebahagiaan bagi semua orang. Dia mengakui model pembangunan yang selama ini dikejar banyak perusahaan harus segera diubah. Negara harus mengalihkan fokus pemerintahan dari negara ke warga negara.
Melalui filsafat ini, Geun-hye meyakini bahwa orang, kebahagiaan, dan kepercayaan merupakan prinsip dasar kemakmuran. Sebagai presiden ke-11 Korsel, Geun-hye membawa napas baru bagi Negeri Ginseng untuk menyinergiskan antara kemajuan teknologi dan kemakmuran. Perempuan pertama yang menjadi presiden Korsel ini sejak muda memang sudah berhasrat membawa perubahan untuk Korsel.
Langkahnya dimulai dengan menjadi ketua Partai Grand National (GNP) atau yang kini bernama Partai Saenuri antara 2004 dan 2006 dan 2011-2012. Selama berkarier di dunia politik, Geun-hye dianggap sebagai salah satu politisi paling berpengaruh di Korsel sejak era Presiden Kim Young-sam dan Kim Dae-jung.
Bakat kepemimpinan Geun-hye kemungkinan didapat dari sang ayah, Park Chung-hee, yangmerupakanpresidenKorsel pada era 1963-1979. Majalah Forbes bahkan menilai kekuatan kepemimpinan Geun-hye melebihi sang ayah.
Atas dasar itu pula, pada 2014 Forbes memasukkan nama Geunhye dalam daftar 52 orang paling kuat di dunia bersama pemimpin Korea lain, Ban Ki-moon, Lee Kun-hee, dan Kim Jong-un.
Rini agustina
Pernyataan tersebut jawaban atas permintaan Jong-un dalam pidato tahun barunya yang meminta ada pertemuan tingkat tinggi untuk membahas unifikasi. Berbicara dalam konferensi pers Geun-hye juga mengatakan pada Tahun Baru Imlek bulan depan, dirinya ingin melihat keluarga- keluarga yang terpaksa terpisah karena perselisihan Korsel-Korut dapat bersua kembali. Geun-hye akan menyerahkan sepenuhnya tugas ini kepada Menteri Unifikasi Korea Selatan Ryoo Kihl-jae .
“Kami akan berusaha untuk mengatasi berbagai masalah kemanusiaan dasar dan mencari tahu para anggota keluarga yang masih hidup. Korsel dan Korut bisa saling bertukar surat maupun pesan melalui video,” ungkap Kihl-jae, dilansirChannelnewsasia . Presiden Geun-hye menginginkan intensitas pertemuan warga dua negara bisa ditingkatkan. Bagi presiden berusia 62 tahun ini, kebahagiaan warga adalah yang paling penting.
Sebagai perempuan yang memiliki perasaan lebih sensitif dibanding laki-laki, Geun-hye tahu bagaimana sakitnya perpisahan antara ibu dan anak. Sosok yang dimasukkan Forbes ke dalam daftar 11 wanita paling berpengaruh di Asia Timur pada 2013 dan 2014 ini memiliki filsafat unik dalam menjalankan negaranya.
Lulusan Sogang University itu memilih filsafat administrasi sebagai fondasi untuk membuka era baru bagi Korsel sehingga bisa menciptakan kebahagiaan bagi semua orang. Dia mengakui model pembangunan yang selama ini dikejar banyak perusahaan harus segera diubah. Negara harus mengalihkan fokus pemerintahan dari negara ke warga negara.
Melalui filsafat ini, Geun-hye meyakini bahwa orang, kebahagiaan, dan kepercayaan merupakan prinsip dasar kemakmuran. Sebagai presiden ke-11 Korsel, Geun-hye membawa napas baru bagi Negeri Ginseng untuk menyinergiskan antara kemajuan teknologi dan kemakmuran. Perempuan pertama yang menjadi presiden Korsel ini sejak muda memang sudah berhasrat membawa perubahan untuk Korsel.
Langkahnya dimulai dengan menjadi ketua Partai Grand National (GNP) atau yang kini bernama Partai Saenuri antara 2004 dan 2006 dan 2011-2012. Selama berkarier di dunia politik, Geun-hye dianggap sebagai salah satu politisi paling berpengaruh di Korsel sejak era Presiden Kim Young-sam dan Kim Dae-jung.
Bakat kepemimpinan Geun-hye kemungkinan didapat dari sang ayah, Park Chung-hee, yangmerupakanpresidenKorsel pada era 1963-1979. Majalah Forbes bahkan menilai kekuatan kepemimpinan Geun-hye melebihi sang ayah.
Atas dasar itu pula, pada 2014 Forbes memasukkan nama Geunhye dalam daftar 52 orang paling kuat di dunia bersama pemimpin Korea lain, Ban Ki-moon, Lee Kun-hee, dan Kim Jong-un.
Rini agustina
(ars)