Hatta-Zulkifli Rentan Picu Konflik
A
A
A
JAKARTA - Dua calon ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan yang bersaing ketat dinilai bisa memunculkan konflik internal baru. Karena itu, partai sebaiknya menyiapkan calon alternatif yang bisa diterima kedua kubu.
Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan saat ini sudah muncul dua calon ketua umum, tapi tidak menutup kemungkinan muncul calon lain yang berniat ikut berkompetisi. ”Mungkin saja ada calon lain, last minute (menit akhir) menyatakan diri menjadi kandidat, (semisal) Pak Dradjad Wibowo,” ujar Viva Yoga di Jakarta kemarin.
Namun dia menegaskan bahwa hingga saat ini hanya ada dua nama yang muncul dan telah menyatakan kesediaan maju sebagai calon ketua umum. Dia berharap dalam kongres mendatang tidak muncul dinamika yang destruktif. Menurut dia, kompetisi dan regenerasi merupakan proses yang wajar dalam internal partai. Karena itu, siapa pun nantinya tetap menerima siapa saja yang dipilih menjadi ketua umum oleh peserta kongres.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PolcoMM Institute Heri Budianto mengatakan untuk mencegah kebuntuan perlu ada calon lain. ”Sejak awal saya sampaikan bahwa PAN jangan hanya tergantung kepada dua kandidat itu (Hatta dan Zulkifli) dan (arahnya) mengerucut pada Zulkifli. Karena PAN memiliki kader-kader potensial lain,” kata Heri Budianto.
Heri berpendapat, ada pertimbangan lain dalam memilih ketua umum PAN seperti misalnya, calon ketua umum yang tidak berurusan dengan penegak hukum manapun, walaupun hanya disebut namanya. Karena masa depan PAN akan dipertaruhkan. ”Sebab kita belum tahu, jangan sampai kasus (seperti pada) Budi Gunawan (calon tunggal kapolri) yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terjadi di PAN,” sebut pakar Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana itu.
Heri menegaskan, sejak awal dirinya menyarankan agar PAN semestinya membuka ruang bagi kader-kader PAN lain sehingga calon ketua umum PAN akan lebih variatif dan berwarna. ”Kalau hanya dua calon saja pilihannya terbatas dan rawan kebuntuan,” imbuhnya. Menurut dia, biarlah dinamika internal PAN berjalan sebagaimana dinamika demokrasi.
Menurut dia, sepanjang PAN masih mendengar petuah Ketua MPP PAN Amien Rais, PAN tidak akan pecah. Lebih jauh Heri menerangkan kriteria calon ketua umum untuk PAN. Menurut dia, calon tersebut harus memiliki leadership , track record yang baik, telah teruji di PAN, dikenal pengurus wilayah PAN seluruh Indonesia, dan dikenal publik. ”Banyak kader PAN yang menjadi kepala daerah dan mantan pejabat negara,” imbuh dia.
Dihubungi terpisah, Ketua DPP PAN yang juga tim sukses Hatta Rajasa, Didi Supriyanto, mengakui memang benar banyak kader potensial PAN di luar dua kandidat tersebut. Bahkan, awalnya semua kader PAN diberi kesempatan yang sama untuk maju. ”Ada mungkin yang waktu itu berkeinginan maju, tapi enggak menyatakan diri maju,” kata Didi.
Namun, lanjut Didi, kenyataannya hanya tiga kandidat yang berani maju, yakni Hatta, Zulkifli, dan Dradjad Wibowo. Namun ketika masih di awal, Dradjad memilih untuk mundur dari pencalonan karena alasannya sendiri. ”Tadinya ada Mas Drajad mau maju, ya jadi tinggal dua itu saja,” jelas dia.
kiswondari
Ketua DPP PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan saat ini sudah muncul dua calon ketua umum, tapi tidak menutup kemungkinan muncul calon lain yang berniat ikut berkompetisi. ”Mungkin saja ada calon lain, last minute (menit akhir) menyatakan diri menjadi kandidat, (semisal) Pak Dradjad Wibowo,” ujar Viva Yoga di Jakarta kemarin.
Namun dia menegaskan bahwa hingga saat ini hanya ada dua nama yang muncul dan telah menyatakan kesediaan maju sebagai calon ketua umum. Dia berharap dalam kongres mendatang tidak muncul dinamika yang destruktif. Menurut dia, kompetisi dan regenerasi merupakan proses yang wajar dalam internal partai. Karena itu, siapa pun nantinya tetap menerima siapa saja yang dipilih menjadi ketua umum oleh peserta kongres.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PolcoMM Institute Heri Budianto mengatakan untuk mencegah kebuntuan perlu ada calon lain. ”Sejak awal saya sampaikan bahwa PAN jangan hanya tergantung kepada dua kandidat itu (Hatta dan Zulkifli) dan (arahnya) mengerucut pada Zulkifli. Karena PAN memiliki kader-kader potensial lain,” kata Heri Budianto.
Heri berpendapat, ada pertimbangan lain dalam memilih ketua umum PAN seperti misalnya, calon ketua umum yang tidak berurusan dengan penegak hukum manapun, walaupun hanya disebut namanya. Karena masa depan PAN akan dipertaruhkan. ”Sebab kita belum tahu, jangan sampai kasus (seperti pada) Budi Gunawan (calon tunggal kapolri) yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terjadi di PAN,” sebut pakar Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana itu.
Heri menegaskan, sejak awal dirinya menyarankan agar PAN semestinya membuka ruang bagi kader-kader PAN lain sehingga calon ketua umum PAN akan lebih variatif dan berwarna. ”Kalau hanya dua calon saja pilihannya terbatas dan rawan kebuntuan,” imbuhnya. Menurut dia, biarlah dinamika internal PAN berjalan sebagaimana dinamika demokrasi.
Menurut dia, sepanjang PAN masih mendengar petuah Ketua MPP PAN Amien Rais, PAN tidak akan pecah. Lebih jauh Heri menerangkan kriteria calon ketua umum untuk PAN. Menurut dia, calon tersebut harus memiliki leadership , track record yang baik, telah teruji di PAN, dikenal pengurus wilayah PAN seluruh Indonesia, dan dikenal publik. ”Banyak kader PAN yang menjadi kepala daerah dan mantan pejabat negara,” imbuh dia.
Dihubungi terpisah, Ketua DPP PAN yang juga tim sukses Hatta Rajasa, Didi Supriyanto, mengakui memang benar banyak kader potensial PAN di luar dua kandidat tersebut. Bahkan, awalnya semua kader PAN diberi kesempatan yang sama untuk maju. ”Ada mungkin yang waktu itu berkeinginan maju, tapi enggak menyatakan diri maju,” kata Didi.
Namun, lanjut Didi, kenyataannya hanya tiga kandidat yang berani maju, yakni Hatta, Zulkifli, dan Dradjad Wibowo. Namun ketika masih di awal, Dradjad memilih untuk mundur dari pencalonan karena alasannya sendiri. ”Tadinya ada Mas Drajad mau maju, ya jadi tinggal dua itu saja,” jelas dia.
kiswondari
(ars)