Banjir Kiriman Landa Labuhanbatu

Selasa, 13 Januari 2015 - 14:03 WIB
Banjir Kiriman Landa Labuhanbatu
Banjir Kiriman Landa Labuhanbatu
A A A
RANTAUPRAPAT - Banjir kiriman melanda daerah pesisir pantai Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara (Sumut). Ribuan rumah warga pun terendam air hingga setinggi satu meter.

Curah hujan tinggi di pegunungan cukup berimbas terhadap kawasan di dataran rendah. Terbukti, beberapa lokasi di pesisir pantai Kabupaten Labuhanbatu terkena dampak kiriman air yang berasal dari hujan di pegunungan.

Akibatnya, tak kurang 2.000 rumah warga terendam banjir, di antaranya di Desa Negeri Lama Seberang, Negeri Lama, Negeri Baru, Kampung Bilah, Perkebunan Bilah, dan Desa Perkebunan Negeri Lama, Kecamatan Bilah Hilir. Ketinggian air mencapai 60 cm.

“Hujan yang terus mengguyur mengakibatkan enam wilayah pedesaan mendapat banjir kiriman dari berbagai daerah, termasuk meluapnya Sungai Bilah serta air pasang laut,” kata Camat Bilah Hilir Safaruddin kemarin.

Dia menegaskan ketinggian air memang cukup bervariasi. Namun, di sejumlah dusun di Desa Negeri Lama Seberang diperkirakan ketinggian air mencapai 1 meter. “Di Desa Negeri Lama Seberang, tingginya sepinggang orang dewasa. Tapi kalau ke dalam rumahnya sekitar 20 sentimeter, apalagi model rumahnya panggung agak tinggi,” ujarnya.

Menurut Safaruddin, pihaknya memang belum membuat posko pengungsi. Namun, pihak kecamatan terus memantau perkembangan wilayah dan kondisi warga yang pemukimannya terendam air, termasuk masalah kesehatan masyarakat pascabanjir.

“Kami terus meminta warga bersabar karena di sini hampir setiap tahunnya langganan banjir. Semua keluhan warga tentu kami tampung. Yang pasti, warga masih belum mau mengungsi,” sebut Safaruddin.

Salah satu warga Dusun Purwosari, Desa Negeri Lama Seberang, Joko Warsito, 39, mengaku, sejumlah warga saat ini membuat anjang-anjang (susunan kayu untuk lantai) sebagai alas tempat tidur. Hal itu dilakukan agar kasur-kasur tidak ikut terendam banjir dan mereka masih bisa tidur di atasnya.

“Langkah itu dilakukan khususnya bagi warga yang belum meninggikan lantai rumahnya, karena dikhawatirkan air setinggi satu meter akan masuk ke dalam rumah. Untuk tidur, ya di atas anjang-anjang itu. Di sini saja ada sekitar 800-an rumah yang terendam air,” tandasnya.

Selain Labuhanbatu, banjir kiriman juga terjadi di Tanjungbalai. Akibat tingginya curah hujan di kawasan hulu Sungai Asahan, yaitu Kabupaten Toba Samosir, Kota Tanjungbalai yang berada di hilir Danau Toba, juga dilanda banjir kiriman. Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tanjungbalai Mahdin Siregar menjelaskan, banjir kiriman melanda tiga kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar dan tiga kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar Timur.

“Ketinggian air bervariasi, diperkirakan 30 hingga 70 cm. Pada titik-titik tertentu ada yang mencapai satu meter lebih,” kata Mahdin. Dia mengatakan, banjir kiriman itu sudah merendam Kelurahan Sijambi serta Pahang dan Gading, Kecamatan Datuk Bandar. Banjir juga meluas ke Kelurahan Bunga Tanjung, Selat Lancang, dan Selat Tanjung Medan, Kecamatan Datuk Bandar Timur.

Air yang turun ke Tanjungbalai bukan karena pintu Bendungan Sigura-gura dibuka, akan tetapi akibat tingginya curahhujandihuluSungaiAsahan. Jika pintu bendungan Siguragura dibuka, pihak Inalum lebih dulu memberikan informasi kepada Pemkot Tanjungbalai.

Mahdin menambahkan, untuk menanggulangi atau mengevakuasi korban banjir, pihaknya telah menyiapkan sejumlah perlengkapan seperti tenda dan perahu karet. Alat-alat itu disiapkan di beberapa titik yang dianggap rawan dan siap digunakan apabila ada warga membutuhkannya.

Sebagian Warga Manado Masih Mengungsi

Sementara itu, warga Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), yang menjadi korban banjir pada Minggu (11/1) masih menempati mesjid dan gereja, sekolah, serta rumah sanak keluarga terdekat. Sebagian memang sudah ada yang kembali ke rumah masing-masing.

Kepala Pusat Pengendalian Operasi (pusdalops) BPBD Provinsi Sulawesi Utara Christian Laotangan mengatakan, saat terjadi banjir, Pemerintah Provinsi Sulut telah membagikan selimut, matras, makanan siap saji, pakaian orang dewasa, dan peralatan dapur umum ke sejumlah lokasi banjir.

“Tidak ada korban jiwa saat terjadi banjir. Hal ini tidak lepas dari makin meningkatnya kesadaran warga yang bermukim di daerah rawan banjir, sehingga langsung mengungsi ke tempat lebih aman sebelum air sungai meluap,” katanya.

Christian mengatakan, sebelum terjadi banjir, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Manado telah mengeluarkan peringatan dini hujan lebat dan angin kencang yang akan menerjang sejumlah wilayah di Sulut. Informasi ini telah disampaikan ke pemerintah kabupaten/ kota melalui BPBD dan diteruskan ke warga yang bermukim di daerah bantaran sungai serta lokasi rawan longsor.

Banjir yang melanda Kota Manado itu telah mengungsikan sekitar 3.000 warga di sejumlah kecamatan. Saat itu ketinggian banjir mencapai 3,5 meter sehingga sebagian rumah warga terendam.

Sartana Nasution/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7285 seconds (0.1#10.140)