Jalan Nasional Sulawesi Terputus

Senin, 12 Januari 2015 - 11:26 WIB
Jalan Nasional Sulawesi Terputus
Jalan Nasional Sulawesi Terputus
A A A
PALU - Arus lalu lintas di poros jalan nasional Tawaeli- Toboli atau lebih dikenal dengan jalur “Kebun Kopi” di Palu, Sulawesi Tengah, terputus total karena tertutup longsoran tanah dan bebatuan pada pukul 05.00 Wita kemarin.

Bencana longsor yang terjadi di kawasan itu membuat sejumlah kendaraan, terutama truk, terpaksa antre menunggu terbukanya jalan. Sebagian kendaraan lain memilih berbalik arah dan menempuh jalur alternatif Tambu-Kasimbar sekitar 80 km di utara Toboli, Kabupaten Parigi Moutong.

Para pengguna jasa angkutan dari arah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara melalui Poso ke Palu terpaksa harus menempuh jarak tambahan sekitar 200 km bila harus menempuh jalur alternatif Tambu-Kasimbar itu. Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Saut P Munthe mengatakan, longsor tersebut hingga saat ini belum bisa ditangani.

Longsoran terjadi pada dua titik yakni di Km 38 dan Km 48 dari Kota Palu ke arah Toboli. Longsoran bebatuan bahkan masih terus berjatuhan hingga kemarin petang sehingga penanganan belum bisa dimulai. “Sebenarnya kami memiliki peralatan berat cukup dan selalu siaga. Namun, mereka belum bisa bekerja sampai saat ini karena longsoran masih berlangsung. Tidak mungkin mereka bekerja sementara bebatuan besar masih terus berjatuhan dari tebing-tebing,” ucap Saut.

Menurut dia, volume longsoran sebenarnya tidak terlalu besar dan dengan peralatan yang dimiliki, pembersihan tidak akan memakan waktu lebih dari satu jam bila situasi telah memungkinkan untuk bekerja menggusur longsoran. “Kami punya sebuah ekskavator, tiga loader, dan tiga buah truk di sana. Kalau mereka bisa turun, hanya dalam beberapa menit, jalan sudah akan bisa terbuka kembali,” ucapnya.

Kondisi jalan nasional di poros Kebun Kopi saat ini sudah sangat memadai, beraspal beton dan aspal hotmix yang mulus dan lebar. Namun, masih terus terancam longsoran di musim hujan dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Karena itu, baik musim panas maupun musim hujan, Satker Pelaksana Jalan Nasional Ditjen Bina Marga Kementerian PU selaku penanggung jawab pembangunan dan pemeliharaan jalan ini selalu menyiagakan alat-alat berat untuk menghadapi bencana alam dan musibah di poros yang terkenal dengan 3.000-an kelokan pada jarak sekitar 30 km di pegunungan Kebun Kopi itu.

Poros Kebun Kopi merupakan jalur jalan nasional terpenting yang menghubungkan Kota Palu dengan berbagai kota di pantai barat Sulawesi Tengah seperti Parigi, Poso, Ampana, Morowali dan Luwuk, serta kotakota penting lain di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Warga Manado Ketakutan

Sementara itu, banjir yang terus mengancam warga Manado, Sulawesi Utara (Sulut), menjadi hal yang menakutkan. Setiap kali hujan yang terus menerus mengguyur sering menjadi pertanda banjir akan tiba. “Kami trauma dengan banjir pada 15 Januari tahun lalu. Airnya meluap cepat sehingga barang- barang berharga tak bisa diselamatkan,” kata Fatimah Supardi, warga Dendengan Dalam, kemarin.

Rasa takut juga dialami warga lain. Menurut Kisman, keluarganya memilih menyelamatkan diri sejak pukul 02.20 Minggu (11/1) dini hari sejak pengumuman dari menara masjid dikumandangkan ke-pala lingkungan. Sejak saat itu seluruh warga bahkan sibuk dan tidak tidur karena berusaha menyelamatkan barang-barang berharga sebelum air terus meninggi. Saat ini bencana banjir seperti menjadi program tahunan Kota Manado.

Ketika diguyur hujan deras sejak Sabtu (10/1) pagi hingga kemarin dini hari, tujuh kecamatan dengan 3.400 jiwa menjadi korban peristiwa tersebut. Tujuh kecamatan itu adalah Kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Paal 2, Tikala, Wenang, dan Kecamatan Sario. Sedangkan tanah longsor terjadi di dua kelurahan yakni kelurahan Taas lingkungan V dan Kelurahan Ternate Baru lingkungan IV.

Ancaman luapan air di bantaran daerah aliran sungai (DAS) Tondano dan Sawangan memang cukup serius. Apalagi, saat hujan deras diikuti angin bertiup kencang dengan debit air yang terus mengalami peningkatan signifikan, membuat aliran air sepanjang DAS Tondano naik setinggi 3 meter, bahkan kemudian bertambah dan mencapai 3,6 m pada pukul 06.00 pagi.

Asisten III Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut Christian Talumepa mengatakan, Pemprov Sulut langsung bergerak cepat setelah mendapat informasi ini. Langkah awal yang dilakukan adalah membangun posko-posko pengungsian yang ditindaklanjuti dengan pembangunan dapur umum. Posko pengungsian dibangun di beberapa titik yakni Paal 2, Kampung Tubir, depan pompa bensin Paal 2, dan Dendengan Luar.

Posko ini semua berada di bantaran sungai dan akan menjadi lokasi tempat dropping makanan dan kebutuhan pokok lainnya. “Sedangkan dapur umum kami bangun di dua tempat yang pengungsinya terbanyak yakni Kelurahan Ternate Tanjung, tepatnya di Masjid Darul Istiqamah dan Kantor Dinas Sosial Sulut Dendengan Luar. Dapur umum akan mengalokasikan kebutuhan-kebutuhan ke posko yang telah dibangun,” sebutnya.

Christian menambahkan, kemungkinan untuk banjir susulan tidak akan terjadi karena informasi yang didapat dari BMKG, curah hujan paling tinggi terjadi sampai kemarin subuh. “Tapi, kami tetap akan waspada karena keadaan alam tidak dapat dipastikan. Jika hujan lagi, kami sudah punya posko-posko pengungsian dan dapur umum kemudian dari sektor kesehatan, tagana, dan Dinas Sosial telah berada di lapangan sekarang,” tambahnya.

Kepala BPBD Manado Max Tatahede menyampaikan, Pemkot Manado sejak pukul 00.00 sudah bergerak dan telah menginformasikan ke seluruh lurah bahwa akan terjadi banjir dini hari, termasuk titik-titik banjir. Wakil Wali Kota Manado Harley Mangindaan menyampaikan, dia juga telah meninjau daerah Banjer, Taas yang terjadi tanah longsor Komo Luar dan Sumompo.

Dia juga terus monitor daerah ketinggian Tondano dan warga di aliran sungai Manado. “Setelah melihat kondisi yang ada, kami akan segera menginformasikan status apa yang akan di hadapi warga Manado,” ungkap Wawali.

Sahrul setiawan/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6655 seconds (0.1#10.140)