Menikmati Hanami di Kyoto
A
A
A
Hampir setiap tahun Kyoto menjadi salah satu pusat kawasan turis di Jepang. Baik turis lokal maupun manca negara. Tidak ada perasaan bosan dalam benak saya untuk mengabadikan keindahan bunga Sakura meski telah berulang kali saya lakukan.
Saya adalah salah satu mahasiswa yang beruntung menerima Beasiswa Unggulan (BU) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendibud RI) sejak 2012 dalam program kerja sama Lembaga Nan-unggul Indonesa (LNI) dan Universitas Kyoto. Beruntung karena melalui beasiswa itu pula saya bisa menikmati kegiatan menikmati keindahan bunga sakura yang biasa disebut hanami itu.
Kegiatan hanami secara tak langsung menjadi acara tahunan yang dirayakan hampir di seluruh Jepang, tak terkecuali di Kyoto. Kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh para pecinta fotografi ataupun sebagai ladang bisnis. Sekumpulan orang tampak terlihat pada spotspot tertentu untuk mengambil gambar, bersantai dan berkumpul bersama di bawah pohon Sakura yang tengah mekar.
Seperti yang telah saya katakan, tidak sedikit kuil-kuil dan kios sederhana yang “kebanjiran” pengunjung. Namun, seperti halnya hukum “aksi-reaksi”, ketika ada suatu aksi positif, pasti ada reaksi negatif yang senilai dengan aksi positif tersebut. Salah satu reaksi negatif yang harus diterima oleh pengunjung, termasuk saya, adalah sulitnya mengabadikan gambar Sakura dan penuhnya spot untuk hanya sekedar duduk dan menikmati indahnya bunga Sakura yang bermekaran.
Hanya di tempat-tempat (terutama taman) yang jauh dari kawasan kota. Namun, meski harus menempuh perjalanan hampir selama 2 jam, hasil gambar dan pemandangan yang saya raih terbayar dengan sangat memuaskan seketika tiba di lokasi. Dan meski tidak ada yang banyak berubah dari segi tempat, waktu dan variasi dari bunga itu sendiri, hanami selalu menjadi daya tarik bagi para turis untuk mengunjungi kota Kyoto.
Setiap tahunnya lebih dari ratusan orang berpose dengan bunga Sakura hingga mengabadikannya dengan kamera, atau hanya menikmati keindahannya dengan hanami. Hal ini menurut saya merupakan hasil “hipnotis” dari keindahan bunga Sakura yang menjadi salah satu ikon Jepang.
Bermekarannya bunga Sakura adalah pertanda bahwa musim dingin telah berganti dengan musim semi. Dan ketika bunga Sakura berguguran, maka hilanglah efek “hipnotis” hal tersebut menandakan bahwa liburan segera berakhir, dan saatnya kembali ke dunia perkuliahan.
Bagaspati Wasi
Saya adalah salah satu mahasiswa yang beruntung menerima Beasiswa Unggulan (BU) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendibud RI) sejak 2012 dalam program kerja sama Lembaga Nan-unggul Indonesa (LNI) dan Universitas Kyoto. Beruntung karena melalui beasiswa itu pula saya bisa menikmati kegiatan menikmati keindahan bunga sakura yang biasa disebut hanami itu.
Kegiatan hanami secara tak langsung menjadi acara tahunan yang dirayakan hampir di seluruh Jepang, tak terkecuali di Kyoto. Kesempatan ini pun tidak disia-siakan oleh para pecinta fotografi ataupun sebagai ladang bisnis. Sekumpulan orang tampak terlihat pada spotspot tertentu untuk mengambil gambar, bersantai dan berkumpul bersama di bawah pohon Sakura yang tengah mekar.
Seperti yang telah saya katakan, tidak sedikit kuil-kuil dan kios sederhana yang “kebanjiran” pengunjung. Namun, seperti halnya hukum “aksi-reaksi”, ketika ada suatu aksi positif, pasti ada reaksi negatif yang senilai dengan aksi positif tersebut. Salah satu reaksi negatif yang harus diterima oleh pengunjung, termasuk saya, adalah sulitnya mengabadikan gambar Sakura dan penuhnya spot untuk hanya sekedar duduk dan menikmati indahnya bunga Sakura yang bermekaran.
Hanya di tempat-tempat (terutama taman) yang jauh dari kawasan kota. Namun, meski harus menempuh perjalanan hampir selama 2 jam, hasil gambar dan pemandangan yang saya raih terbayar dengan sangat memuaskan seketika tiba di lokasi. Dan meski tidak ada yang banyak berubah dari segi tempat, waktu dan variasi dari bunga itu sendiri, hanami selalu menjadi daya tarik bagi para turis untuk mengunjungi kota Kyoto.
Setiap tahunnya lebih dari ratusan orang berpose dengan bunga Sakura hingga mengabadikannya dengan kamera, atau hanya menikmati keindahannya dengan hanami. Hal ini menurut saya merupakan hasil “hipnotis” dari keindahan bunga Sakura yang menjadi salah satu ikon Jepang.
Bermekarannya bunga Sakura adalah pertanda bahwa musim dingin telah berganti dengan musim semi. Dan ketika bunga Sakura berguguran, maka hilanglah efek “hipnotis” hal tersebut menandakan bahwa liburan segera berakhir, dan saatnya kembali ke dunia perkuliahan.
Bagaspati Wasi
(bbg)