Setahun, 76.000 Orang Tewas di Suriah
A
A
A
BEIRUT - Lebih dari 76.000 orang tewas dalam konflik berdarah di Suriah sepanjang 2014. Konflik Suriah pun menjadi perang paling mematikan di dunia. Data tersebut diungkap Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau berbasis di Inggris, yang mencatat 76.021 orang meninggal pada tahun lalu.
Dari jumlah itu, 18.000 korban meninggal adalah warga sipil, 3.501 di antaranya anak-anak. Korban tewas lainnya adalah gerilyawan sebanyak 17.000 orang, 15.747 pasukan pemberontak, dan 22.627 pasukan pemerintah. Konflik Suriah pecah sejak Maret 2011 ketika muncul pemberontakan dari kelompok Sunni melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang berasal dari kubu Syiah.
Konflik itu juga memunculkan kelompok gerilyawan yang berkembang pesat seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ISIS telah menguasai sebagian wilayah Suriah dan Irak. Sebelumnya, pada 2013, korban tewas tercatat 73.447 orang, sebanyak 49.294 orang pada 2012 dan 7.841 orang pada 2011. Lebih dari 200.000 orang tewas sejak kemelut terjadi pada Maret 2011 saat unjuk rasa antipemerintah berubah menjadi perang. Tidak ada sinyal yang menunjukkan bahwa konflik di Suriah akan berhenti.
Apalagi belum ada pihak yang mengklaim menang dalam berbagai pertempuran di Suriah. Untuk memberikan semangat kepada para prajuritnya, Presiden Assad pada Kamis (1/1) lalu mengunjungi pasukan militer dan pasukan propemerintah di Distrik Jobar, Damaskus Timur. Itu merupakan kunjungan yang sangat jarang dilakukan. Kunjungan Assad itu diabadikan dalam foto yang diunggah pada akun Facebook dan Twitter .
Dalam foto itu, Assad yang menggunakan baju sipil tampak berdiskusi dengan dua tentara. “Jika ada kesenangan di Suriah, itu adalah ucapan terima kasih atas kemenangan Anda melawan terorisme,” kata Assad saat bertemu dengan para prajurit itu seperti dikutip AFP . Dalam momen itu, Assad juga berbagi makanan dengan pasukan tempur. Jobar merupakan basis pertahanan pemerintah.
Pasukan pemerintah berhasil memukul mundur pemberontak dalam beberapa bulan terakhir. Daerah itu sangat strategis karena berdekatan dengan Lapangan Abbasid di Damaskus yang menjadi pintu masuk untuk menguasai Damaskus. Jobar juga menjadi akses utama untuk menguasai pangkalan pemberontak di pinggiran Damaskus, Eastern Ghouta.
Sementara itu, dua perempuan yang mengidentifikasi diri sebagai pekerja kemanusiaan asal Italia muncul di video yang beredar di internet. Dua sandera itu adalah Vanessa Marzullo, 21, serta Greta Ramelli, 20. Mereka mengklaim sebagai korban penculikan. Mereka juga meminta Pemerintah Italia membebaskan mereka yang diculik kelompok pemberontak di Provinsi Aleppo, Suriah, pada Agustus lalu.
“Kami Gretta Ramelli dan Vanessa Marzullo. Kami memohon pemerintah dan mediator membawa pulang kami sebelum Natal,” kata Ramelli dalam video berdurasi 32 detik. “Kami dalambahayabesardandiancam akan dibunuh. Pemerintah dan mediator bertanggung jawab atas nyawa kami,” demikian seperti dikutip Reuters.
Video yang diunggah pada 31 Desember itu direkam pada pertengahan Desember lalu. Belum jelas kenapa video itu baru dibahas publik dalam beberapa hari terakhir. Kementerian Luar Negeri Italia belum memberikan tanggapan resmi. Tapi media-media Italia telah menampilkan informasi itu sebagai berita utama. Banyak pekerja kemanusiaan Italia diduga diculik dalam konflik di Suriah.
Sementara itu, serangan udara yang dilakukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) terus berlanjut ke basis pertahanan ISIS pada Kamis (1/1). Sebanyak 17 target serangan udara menerjang kota-kota di Suriah seperti Raqqa, Kobane, dan Deir al-Zour. Adapun 12 target serangan berada di kotakota Irak seperti Falluja, Mosul, Sinjar. Selain korban perang di Suriah yang mengalami peningkatan, Pemerintah Irak juga merilis jumlah korban dalam konflik sepanjang 2014.
Sebanyak 15.538 orang tewas dan 22.000 orang terluka selama konflik pada 2014. Adapun lembaga nirlaba asal Inggris, Iraq Body Count, mengungkapkan jumlah yang lebih tinggi, yaitu 17.073 warga sipil tewas. “Banyak korban karena kebrutalan di lapangan dan serangan udara yang memicu korban warga sipil,” demikian keterangan Iraq Body Count.
Andika hendra m
Dari jumlah itu, 18.000 korban meninggal adalah warga sipil, 3.501 di antaranya anak-anak. Korban tewas lainnya adalah gerilyawan sebanyak 17.000 orang, 15.747 pasukan pemberontak, dan 22.627 pasukan pemerintah. Konflik Suriah pecah sejak Maret 2011 ketika muncul pemberontakan dari kelompok Sunni melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang berasal dari kubu Syiah.
Konflik itu juga memunculkan kelompok gerilyawan yang berkembang pesat seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ISIS telah menguasai sebagian wilayah Suriah dan Irak. Sebelumnya, pada 2013, korban tewas tercatat 73.447 orang, sebanyak 49.294 orang pada 2012 dan 7.841 orang pada 2011. Lebih dari 200.000 orang tewas sejak kemelut terjadi pada Maret 2011 saat unjuk rasa antipemerintah berubah menjadi perang. Tidak ada sinyal yang menunjukkan bahwa konflik di Suriah akan berhenti.
Apalagi belum ada pihak yang mengklaim menang dalam berbagai pertempuran di Suriah. Untuk memberikan semangat kepada para prajuritnya, Presiden Assad pada Kamis (1/1) lalu mengunjungi pasukan militer dan pasukan propemerintah di Distrik Jobar, Damaskus Timur. Itu merupakan kunjungan yang sangat jarang dilakukan. Kunjungan Assad itu diabadikan dalam foto yang diunggah pada akun Facebook dan Twitter .
Dalam foto itu, Assad yang menggunakan baju sipil tampak berdiskusi dengan dua tentara. “Jika ada kesenangan di Suriah, itu adalah ucapan terima kasih atas kemenangan Anda melawan terorisme,” kata Assad saat bertemu dengan para prajurit itu seperti dikutip AFP . Dalam momen itu, Assad juga berbagi makanan dengan pasukan tempur. Jobar merupakan basis pertahanan pemerintah.
Pasukan pemerintah berhasil memukul mundur pemberontak dalam beberapa bulan terakhir. Daerah itu sangat strategis karena berdekatan dengan Lapangan Abbasid di Damaskus yang menjadi pintu masuk untuk menguasai Damaskus. Jobar juga menjadi akses utama untuk menguasai pangkalan pemberontak di pinggiran Damaskus, Eastern Ghouta.
Sementara itu, dua perempuan yang mengidentifikasi diri sebagai pekerja kemanusiaan asal Italia muncul di video yang beredar di internet. Dua sandera itu adalah Vanessa Marzullo, 21, serta Greta Ramelli, 20. Mereka mengklaim sebagai korban penculikan. Mereka juga meminta Pemerintah Italia membebaskan mereka yang diculik kelompok pemberontak di Provinsi Aleppo, Suriah, pada Agustus lalu.
“Kami Gretta Ramelli dan Vanessa Marzullo. Kami memohon pemerintah dan mediator membawa pulang kami sebelum Natal,” kata Ramelli dalam video berdurasi 32 detik. “Kami dalambahayabesardandiancam akan dibunuh. Pemerintah dan mediator bertanggung jawab atas nyawa kami,” demikian seperti dikutip Reuters.
Video yang diunggah pada 31 Desember itu direkam pada pertengahan Desember lalu. Belum jelas kenapa video itu baru dibahas publik dalam beberapa hari terakhir. Kementerian Luar Negeri Italia belum memberikan tanggapan resmi. Tapi media-media Italia telah menampilkan informasi itu sebagai berita utama. Banyak pekerja kemanusiaan Italia diduga diculik dalam konflik di Suriah.
Sementara itu, serangan udara yang dilakukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) terus berlanjut ke basis pertahanan ISIS pada Kamis (1/1). Sebanyak 17 target serangan udara menerjang kota-kota di Suriah seperti Raqqa, Kobane, dan Deir al-Zour. Adapun 12 target serangan berada di kotakota Irak seperti Falluja, Mosul, Sinjar. Selain korban perang di Suriah yang mengalami peningkatan, Pemerintah Irak juga merilis jumlah korban dalam konflik sepanjang 2014.
Sebanyak 15.538 orang tewas dan 22.000 orang terluka selama konflik pada 2014. Adapun lembaga nirlaba asal Inggris, Iraq Body Count, mengungkapkan jumlah yang lebih tinggi, yaitu 17.073 warga sipil tewas. “Banyak korban karena kebrutalan di lapangan dan serangan udara yang memicu korban warga sipil,” demikian keterangan Iraq Body Count.
Andika hendra m
(bbg)