Korban Jangmi Menjadi 54 Orang

Jum'at, 02 Januari 2015 - 10:29 WIB
Korban Jangmi Menjadi...
Korban Jangmi Menjadi 54 Orang
A A A
MANILA - Badai tropis Jangmi meninggalkan Filipina kemarin. Badai tersebut total menewaskan 54 warga, 13 lainnya hilang. Korban rata-rata terbawa arus banjir dan longsor, dampak dari Jangmi.

Stasiun cuaca pemerintah menyatakan Jangmi yang memiliki kecepatan mencapai 80 km per jam, saat ini melemah di area dengan tekanan rendah saat bergerak memasuki wilayah barat perairan Sulu dengan kecepatan angin hanya 30 km/jam. Banyaknya korban tewas, mendekati tiga kali lipat dari badai terakhir Super Topan Hagupit, yang menerjang Filipina bulan lalu membuat pemerintah dituntut untuk lebih sigap lagi dalam menangani bencana.

Kepala Pertahanan Sipil Alexander Pama menandaskan, pengumuman peringatan dengan intensitas yang lebih sering seharusnya dilakukan melalui media. “Kemungkinan kami tidak cukup memberikan peringatan melalui media,” ungkapnya kepada Radio DZMM, dikutip AFP. Pama menambahkan, warga dengan mudah mengindahkan peringatan dan menolak untuk dievakuasi atau tetap memilih ke laut meski badai tengah menerjang.

“Mungkin ini yang harus kami sampaikan kepada warga bahwa sesuatunya berbeda sekarang. Mungkin sekarang, saat warga diminta evakuasi, mereka tidak menolak,” terangnya. Persoalan berikutnya yang harus diselesaikan setelah redanya badai Jangmi adalah proses rehabilitasi, karena sejumlah wilayah dikabarkan rusak berat. Salah satu wilayah yang paling terdampak, Cebu, saat ini bisa dikatakan terisolasi dengan wilayah lain akibat ambruknya dua jembatan penghubung.

Wali Kota Ronald Cesante mengatakan, dia akan bertemu dengan pejabat wali kota lainnya di Argao, Alcoy, Boljoon, Oslob, Santander, Samboan, dan Ginatilan untuk mendiskusikan langkah yang bisa diambil guna mengatasi efek dari ambruknya jembatan penghubung wilayah mereka.

Keberadaan jembatan tersebut dirasa penting karena menjadi jalur truk pengangkut barang dan moda transportasi penting lainnya. Direktur Departemen Pekerjaan Umum dan Jalan-Central Visayas (DPWH) Ador Canlas mengatakan akan segera mungkin memasang baja sebagai cara penanganan sementara di Jembatan Dumlog di Sibonga. “Saya berusia 51 tahun sekarang dan jembatan itu (Dumlog) dibangun saat saya lahir,” kata Wali Kota Sibonga Lionel Bacaltos.“

Jembatan sendiri cukup kuat dan tidak terpengaruh banjir. Saya pikir jembatan runtuh karena hal lainnya,” imbuhnya. Kantor Pertahanan Sipil 7 sendiri saat ini tengah mendata seberapa parah kerusakan infrastruktur akibat Seniang, istilah lokal Jangmi. Tim sudah dikirim ke Kota Anda di Bohol, juga ke Ronda dan Kota Dumanjug di Cebu.

Polisi di Ronda dan Sibonga juga masih mencari lima warga yang dilaporkan hilang di Cebu. 12 dari 15 warga yang meninggal di Cebu dilaporkan berasal dari Kota Ronda. Hujan lebat yang disebabkan Seniang sejak Senin lalu membuat sejumlah ribuan rencana perjalanan terganggu, terutama warga yang hendak merayakan Tahun Baru. Di selatan Cebu, terminal bus, yang melayani 10.000 penumpang, tampak sepi dari biasanya.

Kurang dari separuh saja bus yang bisa melayani rute perjalanan. Filipina memang menjadi negara yang kerap diterjang badai, dengan frekuensi rata-rata 20 badai setiap tahunnya, dengan sejumlah kategori mematikan. Tahun lalu, Haiyan, paling kuat menghantam negeri itu sejauh ini, menyebabkan sedikitnya 7.350 orang tewas atau hilang.

Sugeng wahyudi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0781 seconds (0.1#10.140)