Suasana Haru Sambut Kedatangan Jenazah Lutfiah

Jum'at, 02 Januari 2015 - 10:11 WIB
Suasana Haru Sambut...
Suasana Haru Sambut Kedatangan Jenazah Lutfiah
A A A
Suasana haru menyelimuti kedatangan jenazah Hayati Lutfiah Hamid di rumahnya, Jalan Nala Nomor 14 Desa Sawotratap, Sidoarjo. Tangis sanak keluarga dan tetangga korban AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata (28/12) itu langsung pecah begitu laju sirene mobil ambulans yang membawa jenazah Lutfiah terdengar dan mendekat.

Kedatangan jenazah Lutfiah, korban pertama yang berhasil diidentifikasi, disambut dengan hujan deras yang mengguyur kawasan tempat tinggal almarhumah. Bukan hanya keluarga Lutfiah yang merasakan kepedihan. Para tetangga yang turut menyambut pun tak kuasa menahan kesedihan. Suara isak tangis kian nyaring terdengar kala jenazah disemayamkan di rumah duka.

Suasana serupa juga terasa saat AirAsia menyerahkan jenazah ke keluarga di RS Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso Polda Jatim Jalan Ahmad Yani, Surabaya. Sebelumnya, jenazah Lutfiah yang dimasukkan dalam kotak berwarna cokelat bertuliskan B001 berhiaskan bunga berhasil diidentifikasi tim Disaster and Victim Identification (DVI).

Setelah diidentifikasi di kamar jenazah, almarhum Lutfiah kemudian dibawa ke ruang dokter RS Bayangkara. Begitu peti jenazah diletakkan tepat di depan pintu, keluarga yang sudah menanti mulai mendekat, tak lama kemudian keluarga mulai meneteskan air mata. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini turun tangan berusaha menenangkan dan menguatkan hati wanita paruh baya keluarga Lutfiah itu.

Sekali kali, tangan Risma mengusap-usap pundak wanita itu, tetapi air mata tetap bercucuran. Tak lama kemudian Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf menyerahkan jenazah dan dokumen kematian serta properti korban ke pihak Air-Asia yang diwakili Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko. Sunu langsung menyerahkan korban ke keluarga yang diwakili Sirat, paman tertua Lutfiah.

Keluarga Lutfiah pantas berduka. Selain kehilangan Lutfiah, tragedi juga merenggut suami, anak, dan mertua Lutfiah. Hingga kemarin, nasib mereka belum diketahui. Untuk diketahui, Lutfiah menjadi korban saat bersama Djoko Suseno (suami) dan Naura Kanita Rosada Suseno (anak) serta Soemarnik Saerah (ibu mertua, sebelumnya tertulis Sumami) saat hendak berlibur ke Singapura.

Selama ini, Djoko dan istrinya mempunyai usaha jual beli mobil. Selain itu, Djoko juga menjadi guru di MI Darul Ulum, Waru. Sedangkan Naura masih duduk di bangku MI Darul Ulum. ”Keluarga sangat berduka, tapi semua ini sudah menjadi takdir,” kata Agung, adik Lutfiah. Dia lantas menuturkan, Djoko merupakan kelahiran Sawotratap.

Atas permintaan keluarga, Lutfiah juga dimakamkan di kampung halaman suaminya itu. Mereka sebenarnya punya rumah di Jalan Ketintang Baru Selatan 5 B Nomor 16. Sementara Soemarmik selama ini masih tinggal di Sawotratap. ”Kakak saya ingin mengajak ibu jalan-jalan, karena sejak kecil hidup susah,” ujar Agung. Duka mendalam juga dirasakan seluruh keluarga menumpang AirAsia QZ8501.

Di antaranya Sugiarti. Wanita 35 tahun asal Kediri dan tinggal di Surabaya ini harus kehilangan kakaknya, Susiyah. Dia datang ke Posko DVI di Polda Jatim bersama dengan suami, Aris Siswanto. ”Kakak saya ada dalam pesawat itu, saya ke sini untuk mencari kabar tentang kakak saya, Susiyah,” ucapnya.

Sugiarti dan keluarga Susiyah sudah tidak berharap banyak ada mukjizat. Mereka hanya berharap Susiyah bisa ditemukan secepatnya. ”Kasihan kakak saya, sudah lima hari ini,” katanya. Sampai saat ini, dia dan keluarga besar Susiyah belum ada rencana untuk pemakaman. Yang dilakukan di rumah Susiyah di Kediri hanya sebatas tahlilan. Sugiarti kemudian menjelaskan bahwa Susiyah bekerja sebagai baby sitter.

Dia berangkat ke Singapura karena diajak majikannya. Menurutnya, majikan Susiyah berangkat bersama istri dan anaknya yang masih berusia sekitar dua tahun. Diketahui bahwa majikan Susiyah adalah Marthinus Djomi, istrinya bernama Ria Ratna Sari, dan anaknya yang masih berusia sekitar dua tahun bernama Kaylee C Djomi.

Duka mendalam juga dirasakan oleh Bernard. Warga Makassar ini mengaku kehilangan anak, menantu, dan dua cucunya yang ikut dalam penerbangan AirAsia QZ8501. ”Kami bersembilan akan berlibur di Singapura. Yang lima sudah sampai di Bandara Changi karena kami janjian ketemu di sana. Tapi yang empat belum datang juga,” katanya.

Yang dimaksud empat orang itu adalah anak Bernard Sheane Josal, kemudian suami Sheane Josal, Hendra Theodorus, serta dua anak mereka, Reynaldy Theodorus dan Winoya Theodorus. ”Ternyata kami mendapat kabar ada pesawat hilang kontak, waduh mati anak saya ini,” kata Bernard. Kedatangan Bernard ke Posko DVI adalah untuk mencari kabar tentang anak, menantu, dan dua cucunya.

Namun sampai saat ini dia mengaku belum mendapat kabar sama sekali dari pihak DVI tentang keberadaan anaknya. Sementara itu, Konsul Republik Filipina untuk Jatim dan Bali Edi Surohadi mewakili seorang warga Filipina yang istri dan anaknya menjadi penumpang AirAsia QZ8501.Orang tersebut adalah Santiago, sedangkan istrinya yang ikut menjadi korban adalah Siti Romlah serta anaknya berusia 15 tahun, Jasmine Rose Ann Santiago.

”Santiago hanya boleh 30 hari saja karena dia tetap warga Filipina. Dia meminta tolong bagaimana dengan jenazah istri dan anaknya, sedangkan dia hanya punya waktu 30 hari di sini. Kami hanya menolong apa yang dibutuhkannya saja,” kata Edi. Perihal akan dibawa ke mana Siti Romlah dan Jasmine Rose Ann Santiago ketika ditemukan nanti, Edi mengatakan kemungkinan dibawa ke Pasuruan, tempat asal Siti Romlah. Namun sampai saat ini dia belum mendapatkan kepastian. ”Sekarang kami masih mencari informasi, katanya masih ada dua lagi warga Filipina, cuma namanya saya belum tahu, masih ada di kedutaan,” tandas Edi.

Lutfi Yuhandi
Surabaya
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8354 seconds (0.1#10.140)