Dari Fortune 500 Ke Sindo 50

Senin, 29 Desember 2014 - 12:48 WIB
Dari Fortune 500 Ke...
Dari Fortune 500 Ke Sindo 50
A A A
Dalam era globalisasi dan transparansi seperti saat ini, baik negara, korporasi, maupun individu yang hebat atau berkuasa kerap diurutkan dan dipublikasikan setiap tahun.

Di tingkat nasional, pada era Orde Baru kita membaca daftar 200 korporasi dan 200 individu pembayar pajak terbesar. Sayang, pemerintah kita sekarang tidak menyebarluaskan dua daftar di atas lagi. Namun, kita masih menyaksikan pengumuman daftar 100 orang terkaya Indonesia, 50 saham berkapitalisasi terbesar, 20 saham yang memberikan keuntungan terbesar (top gainers) setiap tahunnya.

Negara, Individu, dan Korporasi Diperingkat

Di tingkat dunia, lembagalembaga internasional seperti PBB, Bank Dunia, atau International Monetary Fund (IMF) mengurutkan negaranegara berdasarkan produk domestik bruto (PDB) dengan Amerika Serikat (AS) di pucuk pimpinan.

Karenanya, kita menjadi familier dengan istilah G-20 sejak 2008 lalu, yaitu 20 negara terbesar dilihat dari PDBnya karena negara kita termasuk di dalamnya, yaitu di posisi 16. Dihitung dari PDB paritas daya beli atau PPP, negara kita bahkan berperingkat lebih baik lagi, yaitu di posisi 9 besar dunia dengan China sebagai jawaranya.

Selain itu, masih ada pemeringkatan negara berdasarkan pendapatan per kapita, indeks korupsi, kemudahan berbisnis atau berinvestasi, kemakmuran atau kesejahteraan, harapan hidup, tingkat pendidikan sumber daya manusia, dan lain-lain. Untuk orang-orang hebat, secara periodik majalah Forbes dan Fortune menerbitkan 500 orang paling berpengaruh di dunia ini, 500 wanita paling terkemuka, dan 500 orang terkaya dunia.

Cukup banyak tokoh dari Indonesia yang masuk kelompok-kelompok prestisius di atas. Seseorang perlu menjadi presiden, perdana menteri, menteri, pengusaha besar, pemimpin multinasional, gubernur sukses, wali kota/bupati tersohor, ketua umum partai politik berpengaruh, bintang film/TV/penyanyi terkenal, penulis ternama, atau bintang olahraga favorit, untuk dapat berada dalam daftar itu.

Untuk korporasi, majalah Fortune juga melakukannya setiap tahun. Karena itu, kita mengenal Fortune 500, yaitu korporasi-korporasi terbesar di bumi ini berdasarkan omzet penjualannya dalam satuan dolar Amerika Serikat (AS).

Fortune 500

Awalnya majalah ini ingin membuat daftar korporasi bagus atau hebat untuk tingkat nasional dan global. Untuk itu, Fortune melakukan survei dan wawancara terhadap 8.000 eksekutif senior dari 311 perusahaan di 32 industri.

Kesimpulan yang didapat berdasarkan jawaban para pimpinan korporasi ini, perusahaan bagus adalah perusahaan yang mempunyai sifat berikut. Manajemen bermutu, produk dan jasa yang dihasilkan berkualitas, inovasi tinggi, keuangan sehat, tanggung jawab sosial tinggi, penggunaan harta perusahaan bijak (good governance), dan sumber daya manusia yang kompeten.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, Fortune juga menemukan perusahaan yang memiliki sifat-sifat di atas umumnya perusahaan besar, baik nilai penjualannya maupun total asetnya. Karenanya, secara tidak langsung korporasi dalam Top 500 dari sisi penjualan ini dapat juga dipandang sebagai perusahaan-perusahaan terbagus dunia.

Untuk laporan tahun 2014 ini yang dipublikasikan dalam majalah terbitan 7 Juli 2014, Fortune mencatat 500 korporasi terbesar ini membukukan penjualan sebesar USD31,1 triliun sepanjang 2013, naik 2,5% dari tahun 2012 dengan laba bersih hampir USD2 triliun. Walmart, sebuah toko grosir AS, masih memimpin di posisi puncak dengan pendapatan sebesar USD476,3 miliar, laba bersih USD16 miliar, dan aset USD204,8 miliar.

Walmart kembali mengambil posisi puncak setelah sebelumnya pada 2012 dan 2013 harus puas di peringkat kedua di bawah Royal Dutch Shell. Seperti tahun-tahun sebelumnya, AS kembali menunjukkan dominasi dengan menempatkan 128 korporasi (25,6%), turun dari 132 korporasi pada 2013, dengan total penjualan sebesar USD8,6 triliun.

Di peringkat kedua negara dengan korporasi terbanyak dalam Fortune 500 adalah China. Jika tahun lalu ada 89 korporasi negara ini, tahun ini angkanya meningkat menjadi 95 perusahaan dengan omzet pendapatan USD5,8 triliun. Sama seperti peringkatnya dalam PDB, Jepang berada di urutan tiga di bawah AS dan China dengan 57 korporasi. Bagaimana dengan posisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lain?

Hingga 2012 belum ada satu pun perusahaan kita yang masuk dalam daftar Fortune 500. Kiprah korporasi kita dalam daftar ini dimulai tahun lalu, saat Pertamina untuk pertama kalinya tercatat di posisi 122 sehingga Indonesia menjadi satu dari 38 negara yang mempunyai korporasi dunia versi Fortune.

Untuk tahun ini peringkat Pertamina turun setingkat menjadi 123 dengan penjualan USD71,1 miliar, tetapi ada satu pendatang baru lagi dari Indonesia, yaitu PLN, di urutan 477 yang mencatatkan pendapatan sebesar USD49,3 miliar. Kinerja dua BUMN terbesar kita ini masih kalah dengan Petronas Malaysia yang berada di posisi 69 (USD100,7 miliar) dan PTT Thailand yang ada di 84 (USD92,6 miliar).

Masih ada dua korporasi lain di Asia Tenggara yang masuk Fortune 500, yaitu Wilmar International di nomor 239 dan Flextronics di urutan 459. Keduanya dari Singapura. Hanya enam korporasi dari empat negara ASEAN di atas yang masuk Fortune 500.

Top 50 KORAN SINDO

Untuk tujuan yang hampir sama seperti majalah Fortune, sejak 2013 KORAN SINDO ingin memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan pertumbuhan korporasi di negeri ini dengan mengumumkan 50 perusahaan paling berpengaruh.

KORAN SINDO termotivasi untuk mendorong BUMN dan korporasi kita menjadi terbesar di Asia Tenggara mengalahkan Petronas Malaysia dan PTT Thailand. Sudah sewajarnya BCA, Bank BRI, Bank Mandiri, dan Astra International mengharumkan bumi pertiwi ini dengan masuk dalam Fortune 500.

Pencapaian ini penting mengingat Indonesia adalah negara terluas dan terbesar secara ekonomi di tingkat regional dan tahun depan kita akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan perdagangan bebasnya. Pemikiran awal, kami ingin menilai seluruh korporasi yang ada baik BUMN maupun swasta, baik yang sudah terbuka maupun yang masih tertutup.

Berbeda dengan Fortune 500 yang hanya didasarkan pada satu kriteria kuantitatif yaitu penjualan, pemilihan Top 50 SINDO berusaha memasukkan faktor kualitatif juga. Meskipun demikian, faktor kuantitatif terutama pertumbuhan aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar tetap menjadi necessary condition, sementara aspek kualitatif menjadi sufficient condition.

Dalam perjalanannya, keinginan untuk melibatkan seluruh korporasi menemui hambatan. Tidak seperti perusahaan terbuka, kami sulit mendapatkan data dan laporan keuangan dari perusahaan tertutup. Tidak ada kewajiban mereka untuk memberikan kami informasi yang diperlukan.

Daripada hanya mengambil sebagian saja dari perusahaan tertutup, kami memutuskan untuk membatasi hanya pada perusahaan terbuka yang datanya mudah diakses untuk menobatkan 50 yang paling berpengaruh. Diumumkanlah Top 50 Perusahaan Terbuka Paling Berpengaruh tahun lalu melalui koran, radio, dan televisi SINDO. Saat itu tidak ada award untuk yang terbaik dari 50 terbaik (the best of the bests) atau terbaik di masing-masing industri.

Tiga Terbaik

Belajar dari pengalaman tahun lalu, kami menyempurnakannya pada tahun ini dengan memilih tiga terbaik dari Top 50. Setelah penilaian dua tahap yaitu kinerja keuangan dan ukuran kualitatif, kami mendapatkan 50 perusahaan terbuka yang paling berpengaruh.

Kami kemudian memilah korporasi terbaik di masing-masing sektor dan mengundang berbagai korporasi itu untuk melakukan presentasi di depan dewan juri dan tanya-jawab selama kurang lebih 40 menit.

Untuk menyisir yang paling baik dari yang terbaik, belasan hingga dua puluhan poin penilaian disiapkan mulai dari pemberdayaan masyarakat, inovasi produk, pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM), pemanfaatan teknologi, hingga pembentukan budaya korporasi dan potensi pertumbuhan ke depan.

Tanpa melalui perdebatan sengit, dewan juri sepakat untuk menetapkan Unilever, BCA, dan Astra International sebagai tiga terbaik. Siapa di antara kita yang tidak mengenal nama atau meragukan kualitas produk korporasi-korporasi ini. Hampir pasti Anda pernah mengonsumsi produk atau menjadi pelanggan satu dari ketiga korporasi di atas.

Unilever dikenal dengan inovasi produknya dengan meluncurkan sekitar 50 produk tiap tahunnya dan pemimpin pasar untuk sebagian besar produk yang dihasilkan. BCA, yang saat ini menjadi saham berkapitalisasi terbesar di BEI, memimpin industri perbankan dengan keunggulan dalam pemanfaatan teknologi dan pengembangan SDM.

Terakhir, Astra International yang selama beberapa tahun pernah menjadi jawara dalam kapitalisasi pasar adalah pelopor dalam pembentukan budaya korporasi dan etos kerja kelas dunia serta pelayanan konsumen yang sangat prima. Selamat untuk Unilever, BCA, dan Astra International dan semua perusahaan terbuka yang terpilih dalam SINDO Top 50. Semoga Top 50 ini tidak menjadi ajang apresiasi dan prestise semata.

Harapan kita, adanya pengakuan ini dapat lebih memotivasi perusahaan pemenang dan yang belum menang untuk terus meningkatkan kinerjanya dalam usaha memberikan kontribusi besar untuk pembangunan perekonomian nasional di bidangnya masing-masing.

Selamat Tahun Baru 2015 kepada seluruh pembaca setia KORAN SINDO. Semoga tahun depan Anda semua lebih sehat, lebih bahagia, lebih bijak, dan lebih sejahtera.

Budi Frensidy
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9740 seconds (0.1#10.140)