Kalkun Jadi Hidangan Utama Natal di Inggris
A
A
A
Inggris sangat terkenal dengan sajian kalkun pada malam Natal. Kalkun dianggap sebagai daging terbaik dan memiliki rasa paling lezat dibandingkan sapi, ayam atau ikan. Bagi masyarakat Inggris, malam Natal tidak akan ada artinya tanpa olahan unggas asal Amerika Utara tersebut.
Inggris selalu menjadikan kalkun sebagai hidangan utama pada malam Natal layaknya opor ayam pada saat Lebaran di Indonesia. Daging kalkun selalu mendominasi meja makan keluarga-keluarga seantero Inggris bahkan kerap memaksa pemerintah Inggris untuk mengimpor daging unggas tersebut dari Amerika Serikat (AS).
The British Information Turkey Service (BTIS) mengemukakan pada 2013 lalu ada sekitar 10 juta kalkun yang terjual di seluruh negeri menjelang Natal. Tahun ini BTIS memprediksi 71% keluarga di Inggris akan menyajikan kalkun untuk pesta malam Natalnya.
“Daging domba, sapi, dan bebek memiliki rasa yang berbeda, tapi kalkun yang terbaik, paling lezat karena penuh rasa,” kata Daniela Bowker, seorang fotografer dari Newmarket, Suffolk. Bowker mengaku setiap Natal selalu memasak kalkun untuk dinikmati bersama temanteman pada saat malam Natal.
Menurut sejarawan Mark Connelly dari University of Kent, makan malam Natal sudah menjadi tradisi wajib sejak 1920-an. Daging sapi, ayam, angsa, dan burung panggang atau yang disebut sebagai sajian yorkshire pie ini adalah pemandangan umum yang terlihat di jalanan Kota Inggris tiap malam Natal.
Padahal sebelum ada tradisi makan malam Natal, kepala babi hutan dan plum bubur atau sup kental adalah hidangan paling populer di abad ke-14 atau sekitar 1570-an. Namun beberapa ratus tahun kemudian para aristokrat mulai menggemari sapi panggang dan akhirnya mencoba angsa atau kalkun panggang yang ternyata menjadi menu favorit hingga saat ini.
Tidak ada yang tahu bagaimana kalkun bisa mendominasi, tetapi masyarakat Inggris percaya bahwa unggas ini diperkenalkan ke Kepulauan Inggris oleh William Strickland yang tengah menempuh perjalanan dalam misi pencarian dunia baru pada 1529. Strickland memperoleh kalkun dari penduduk asli Amerika. Setelah unggas dibawa ke London, Strickland memberikannya kepada keluarga kerajaan dan Henry VIII adalah orang pertama yang menyantap kalkun pada malam Natal.
Di Amerika sendiri Kalkun diyakini sudah menjadi sajian wajib di setiap malam Thanksgiving. Suku Wampanoag di Amerika Utara adalah kelompok yang disebut- sebut sebagai manusia yang pertama kali mengonsumsi kalkun. Mereka disinyalir sudah mengetahui cara memasak kalkun sejak tahun 1621. Munculnya kalkun dalam perayaan Natal terjadi karena konsekuensi ekonomi.
Saat itu, pada akhir abad ke-19 Amerika mengalami penurunan harga sereal yang sangat drastis sehingga memungkinkan untuk memberi sereal tersebut kepada unggas peliharaannya. Orang-orang pun mulai berpikir untuk memasak kalkun itu daripada hanya menikmati sereal pada saat malam Natal.
Selanjutnya medialah yang berperan dalam menjadikan kalkun sebagai menu utama Natal. Dalam setiap malam Natal televisi selalu menampilkan potongan gambar keceriaan keluarga dengan sajian kalkun di dalamnya sehingga membuat orang-orang berpendapat bahwa kalkun adalah menu wajib dalam meja makan malam Natal umat kristiani.
Namun selain karena populer dan lebih lezat, kalkun juga dipilih karena memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih kecil dibanding daging merah seperti sapi. Karena itulah kalkun kini begitu dicintai dan dinikmati oleh semua kalangan mulai dari pejabat, anggota kerajaan sampai rakyat biasa.
“Kalkun memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih kecil dibanding daging merah sehingga ini menjadi menu utama tiap malam Natal, tujuannya agar orang-orang dapat memanjakan dan memuaskan dirinya akan daging melalui kalkun yang rendah lemak,” urai Connelly.
Rini agustina
Inggris selalu menjadikan kalkun sebagai hidangan utama pada malam Natal layaknya opor ayam pada saat Lebaran di Indonesia. Daging kalkun selalu mendominasi meja makan keluarga-keluarga seantero Inggris bahkan kerap memaksa pemerintah Inggris untuk mengimpor daging unggas tersebut dari Amerika Serikat (AS).
The British Information Turkey Service (BTIS) mengemukakan pada 2013 lalu ada sekitar 10 juta kalkun yang terjual di seluruh negeri menjelang Natal. Tahun ini BTIS memprediksi 71% keluarga di Inggris akan menyajikan kalkun untuk pesta malam Natalnya.
“Daging domba, sapi, dan bebek memiliki rasa yang berbeda, tapi kalkun yang terbaik, paling lezat karena penuh rasa,” kata Daniela Bowker, seorang fotografer dari Newmarket, Suffolk. Bowker mengaku setiap Natal selalu memasak kalkun untuk dinikmati bersama temanteman pada saat malam Natal.
Menurut sejarawan Mark Connelly dari University of Kent, makan malam Natal sudah menjadi tradisi wajib sejak 1920-an. Daging sapi, ayam, angsa, dan burung panggang atau yang disebut sebagai sajian yorkshire pie ini adalah pemandangan umum yang terlihat di jalanan Kota Inggris tiap malam Natal.
Padahal sebelum ada tradisi makan malam Natal, kepala babi hutan dan plum bubur atau sup kental adalah hidangan paling populer di abad ke-14 atau sekitar 1570-an. Namun beberapa ratus tahun kemudian para aristokrat mulai menggemari sapi panggang dan akhirnya mencoba angsa atau kalkun panggang yang ternyata menjadi menu favorit hingga saat ini.
Tidak ada yang tahu bagaimana kalkun bisa mendominasi, tetapi masyarakat Inggris percaya bahwa unggas ini diperkenalkan ke Kepulauan Inggris oleh William Strickland yang tengah menempuh perjalanan dalam misi pencarian dunia baru pada 1529. Strickland memperoleh kalkun dari penduduk asli Amerika. Setelah unggas dibawa ke London, Strickland memberikannya kepada keluarga kerajaan dan Henry VIII adalah orang pertama yang menyantap kalkun pada malam Natal.
Di Amerika sendiri Kalkun diyakini sudah menjadi sajian wajib di setiap malam Thanksgiving. Suku Wampanoag di Amerika Utara adalah kelompok yang disebut- sebut sebagai manusia yang pertama kali mengonsumsi kalkun. Mereka disinyalir sudah mengetahui cara memasak kalkun sejak tahun 1621. Munculnya kalkun dalam perayaan Natal terjadi karena konsekuensi ekonomi.
Saat itu, pada akhir abad ke-19 Amerika mengalami penurunan harga sereal yang sangat drastis sehingga memungkinkan untuk memberi sereal tersebut kepada unggas peliharaannya. Orang-orang pun mulai berpikir untuk memasak kalkun itu daripada hanya menikmati sereal pada saat malam Natal.
Selanjutnya medialah yang berperan dalam menjadikan kalkun sebagai menu utama Natal. Dalam setiap malam Natal televisi selalu menampilkan potongan gambar keceriaan keluarga dengan sajian kalkun di dalamnya sehingga membuat orang-orang berpendapat bahwa kalkun adalah menu wajib dalam meja makan malam Natal umat kristiani.
Namun selain karena populer dan lebih lezat, kalkun juga dipilih karena memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih kecil dibanding daging merah seperti sapi. Karena itulah kalkun kini begitu dicintai dan dinikmati oleh semua kalangan mulai dari pejabat, anggota kerajaan sampai rakyat biasa.
“Kalkun memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih kecil dibanding daging merah sehingga ini menjadi menu utama tiap malam Natal, tujuannya agar orang-orang dapat memanjakan dan memuaskan dirinya akan daging melalui kalkun yang rendah lemak,” urai Connelly.
Rini agustina
(bbg)