Meninggal Setelah Menolak Kemoterapi demi Jabang Bayi

Kamis, 18 Desember 2014 - 10:59 WIB
Meninggal Setelah Menolak...
Meninggal Setelah Menolak Kemoterapi demi Jabang Bayi
A A A
Tangisan duka mengiringi proses pemakaman Qiu Yuanyuan, Jumat (12/12) lalu di Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, China. Perempuan yang berprofesi sebagai presenter televisi itu meninggal setelah berjuang melindungi janin dari serangan kanker yang dideritanya.

Kematian Yuanyuan diratapi keluarga dan kerabat. Kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam karena satu alasan yang teramat menyentuh. Perempuan 27 tahun itu meninggal pada Rabu (10/12) lalu, tepat 100 hari setelah melahirkan anak pertamanya, Niannian.

Keluarga yang baru saja merayakan acara makanmakan guna merayakan 100 hari kelahiran anak, sesuai tradisi turun temurun di China, dipaksa mengganti senyum merekah menjadi tangisan pilu. Mereka sangat sedih karena tahu perjuangan Yuanyuan tak mudah.

“Menjadi seorang ibu adalah harapan terbesar darinya setelah menikah. Dia memilih menyelamatkan anak kami. Dia mengerti bahwa tak semua dalam kehidupan itu sempurna. Dan dia tak pernah menyesali keputusannya,” kata suami Yuanyuan, Zhang Qixuan, kepada Zhengzhou Evening News.

Ya, jalan hidup yang ditempuh Yuanyuan memang rumit. Saat mengetahui dirinya hamil pada Maret, bersamaan pula kabar duka menghampiri. Sesuai hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya tumor ganas stadium akhir dalam tubuhnya. Berdasarkan hasil tes tersebut, pilihan yang harus ditempuh adalah kemoterapi.

Menjalani kemoterapi berarti ada yang harus dikorbankan mantanhost pertandingan catur tersebut, yakni keselamatan janinnya. Yuanyuan akhirnya memutuskan menghentikan perawatannya demi melindungi calon bayinya. Pilihan ini membawa konsekuensi pahit lainnya.

Kanker yang menggerogoti tubuhnya semakin menyebar. Hingga akhirnya pada September dia dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya semakin memburuk. Bersamaan dengan itu, dokter mengambil tindakan operasi Caesar. Melalui operasi ini, lahirlah Niannian. Kelahiran yang prematur karena baru tujuh bulan di dalam kandungan.

Saat lahir berat bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut hanya berkisar 1,7 kilogram. Sang ibu lalu menjalani operasi untuk mengangkat tumor dan 20 hari kemoterapi. Sayang, tindakan ini sudah sangat terlambat. Upaya medis tak mampu menolong hingga akhirnya Yuanyuan meninggal.

“Saat ini yang bisa saya lakukan adalah merawat anak kami dan keluarga. Saya harap semua orang mendoakanya dan anak kami. Dan senyum seperti itu hanya Yuanyuan yang memilikinya,” ujar Qixuan. Kepergian Yuanyuan mengundang perdebatan di seantero China. Situs jejaring sosial lokal, Sina Weibo , Twitter-nya China, yang memiliki 10 juta pengguna banjir komentar. Ada yang simpati, ada pula menyalahkan.

Sugeng wahyudi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0868 seconds (0.1#10.140)