Marah, Pakistan Siap Balas Taliban
A
A
A
PESHAWAR - Duka mendalam menyelimuti Pakistan. Serangan keji yang dilakukan Taliban pada Selasa (16/12) atas sebuah sekolah milik militer di Peshawar, Army Public School, telah menewaskan 141 orang, 132 di antaranya siswa yang berusia antara 10-12 tahun dan sembilan lainnya staf sekolah.
Mulai kemarin negeri tersebut menjalani hari berkabung nasional selama tiga hari. Sebagian besar sekolah juga diliburkan untuk memberikan penghormatan dan menggelar doa bersama. Sedangkan keluarga korban juga mulai menguburkan jenazah anggota keluarga mereka yang tewas. Isak tangis dan amarah mewarnai prosesi tersebut.
”Keponakan tertua di kelas 10 menjadi korban tewas,” ujar Syed Jameel Shah yang kehilangan seorang keponakannya. Amarah juga ditunjukkan Pemerintah Pakistan. Kemarin, pemerintah mengancam akan melancarkan serangan terhadap basis Taliban di perbatasan Afghanistan, tepatnya di Waziristan Utara, musim panas nanti.
”Serangan akan terus dilanjutkan hingga terorisme tercabut dari tanah air kita,” ujar Perdana Menteri (PM) Pakistan Nawaz Sharif, dikutip Boston Globe. Untuk mengonkretkan langkah tersebut, Pemerintah Pakistan dan militer akan bekerja sama lebih erat untuk memperkuat operasi militer Zarb-e-Azb.
PM Sharif kemarin juga sudah menggelar pertemuan dengan semua partai politik membahas langkah yang akan diambil. Pakistan juga akan merangkul Afghanistan yang beberapa tahun belakangan mengalami kerenggangan. PM Sharif meluapkan amarahnya dengan mencabut moratorium hukuman mati untuk kasus-kasus terorisme. Pencabutan itu terkait desakan publik agar hukuman berat dijatuhkan kepada pelaku serangan terorisme.
”Telah diputuskan bahwa moratorium harus dicabut. PM Pakistan (Nawaz Sharif) telah menyetujui itu,” kata juru bicara pemerintah, Mohiuddin Wan, dikutip Reuters . Pemerintah juga akan mengumumkan perintah eksekusi mati. Namun, dia tidak memberikan informasi mengenai siapa yang akan dieksekusi pada satu hari atau dua hari mendatang.
Pakistan melaksanakan moratorium hukuman mati sejak 2008. Sebanyak lebih dari 8.000 tahanan telah divonis mati dan hanya 10% yang terkait terorisme. Harian ternama Pakistan, Dawn, mengutip sumber rahasia, memberitakan bahwa serangan dilakukan atas perintah langsung para pemimpin mereka di Afghanistan yakni Komandan Taliban Umar Naray.
Sebelumnya juru bicara Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) Muhammad Khorasani mengungkapkan serangan ke sekolah itu sebagai balasan terhadap operasi militer Pakistan. ”Kita ingin militer juga merasakan penderitaan yang dirasakan ketika kehilangan orang yang dicintai,” kata Khorasani.
Militer Pakistan dalam enam bulan terakhir memang intensif melakukan serangan besar-besar ke basis TTP dan gerilyawan lain di Waziristan Utara, dekat Peshawar. Operasi militer Pakistan itu telah menewaskan 1.600 gerilyawan dan dianggap sukses. Namun, serangan balasan dari TTP telah diprediksi jauh hari.
Walau serangan dilancarkan sebagai aksi balas dendam, Taliban di Afghanistan justru mengutuk serangan mematikan itu. Mereka mengatakan itu bertentangan dengan ajaran Islam. ”Pembunuhan terhadap orang tak bersalah, anak-anak, dan perempuan bertentangan dengan dasar-dasar Islam,” kata juru bicara Taliban Afghanistan, Zabihullah Mujahid.
Serangan Taliban tersebut dianggap sebagai pembantaian paling mengerikan yang pernah terjadi di negara ini selama bertahun- tahun. Para saksi menggambarkan bagaimana ledakan besar itu mengguncang Army Public Schooldikotabarat lautPeshawar dan orang-orang bersenjata pergi dari kelas ke kelas melakukan penembakan brutal terhadap anak-anak yang tak bersalah.
Kecaman Internasional
Aksi brutal Taliban menuai kecaman internasional. Sekretaris Jenderal PBB Ban Kimoon menilai apa yang dilakukan Taliban sebagai tindakan horor dan pengecut karena menyerang anak-anak yang tidak berdaya saat mereka sedang belajar. ”Tidak ada yang dapat membenarkan kebrutalan seperti itu. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan aksi mengerikan itu,” kata Ban.
Presiden India Shri Pranab Mukherjee menyatakan kesedihan yang mendalam atas serangan teroris di satu sekolah militer di Kota Peshawar, Pakistan. Dia mengajak semua negara harus bersatu untuk melawan terorisme dan menghentikan tindakan keji terhadap kemanusiaan. Kementerian Luar Negeri Iran juga menyebut apa yang dilakukan Taliban sebagai tindakan yang sama sekali tak manusiawi.
”Aksi teror, ekstremisme yang membuat nyawa orang yang tak berdosa terancam dalam segala bentuk dan dengan setiap tujuan adalah perbuatan tercela,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham, sebagaimana dikutip Xinhua . Jerman juga menyebut serangan tersebut sebagai serangan ”kejam dan pengecut”.
Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier menandaskan, penyanderaan dan pembunuhan anak-anak melebihi pengecut kejam di semua Pakistan. ”Kami berduka dengan rakyat Pakistan korban serangan teroris ini. Hati kita pergi ke keluarga korban. Untuk mereka yang luka, kami berharap segera sembuh,” ucapnya.
Ekspresi keras juga disampaikan Presiden Prancis Francois Hollande. Dia mendukung Pemerintah Pakistan dalam perjuangan mereka melawan terorisme. ”Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan aib seperti serangan terhadap anak-anak di sekolah mereka,” kata dia dalam satu pernyataan. Dari Tanah Air, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menilai tindakan Taliban tak berperikemanusiaan dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun.
Pemerintah Indonesia menyampaikan dukungan dan solidaritas kepada rakyat dan Pemerintah Pakistan dalam situasi yang sulit ini. Berdasarkan koordinasi dengan perwakilan RI di Pakistan, tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden tersebut. Kemenlu mengimbau kepada WNI di Pakistan untuk tetap waspada dan berhati-hati.
Andika hendra m/Ant
Mulai kemarin negeri tersebut menjalani hari berkabung nasional selama tiga hari. Sebagian besar sekolah juga diliburkan untuk memberikan penghormatan dan menggelar doa bersama. Sedangkan keluarga korban juga mulai menguburkan jenazah anggota keluarga mereka yang tewas. Isak tangis dan amarah mewarnai prosesi tersebut.
”Keponakan tertua di kelas 10 menjadi korban tewas,” ujar Syed Jameel Shah yang kehilangan seorang keponakannya. Amarah juga ditunjukkan Pemerintah Pakistan. Kemarin, pemerintah mengancam akan melancarkan serangan terhadap basis Taliban di perbatasan Afghanistan, tepatnya di Waziristan Utara, musim panas nanti.
”Serangan akan terus dilanjutkan hingga terorisme tercabut dari tanah air kita,” ujar Perdana Menteri (PM) Pakistan Nawaz Sharif, dikutip Boston Globe. Untuk mengonkretkan langkah tersebut, Pemerintah Pakistan dan militer akan bekerja sama lebih erat untuk memperkuat operasi militer Zarb-e-Azb.
PM Sharif kemarin juga sudah menggelar pertemuan dengan semua partai politik membahas langkah yang akan diambil. Pakistan juga akan merangkul Afghanistan yang beberapa tahun belakangan mengalami kerenggangan. PM Sharif meluapkan amarahnya dengan mencabut moratorium hukuman mati untuk kasus-kasus terorisme. Pencabutan itu terkait desakan publik agar hukuman berat dijatuhkan kepada pelaku serangan terorisme.
”Telah diputuskan bahwa moratorium harus dicabut. PM Pakistan (Nawaz Sharif) telah menyetujui itu,” kata juru bicara pemerintah, Mohiuddin Wan, dikutip Reuters . Pemerintah juga akan mengumumkan perintah eksekusi mati. Namun, dia tidak memberikan informasi mengenai siapa yang akan dieksekusi pada satu hari atau dua hari mendatang.
Pakistan melaksanakan moratorium hukuman mati sejak 2008. Sebanyak lebih dari 8.000 tahanan telah divonis mati dan hanya 10% yang terkait terorisme. Harian ternama Pakistan, Dawn, mengutip sumber rahasia, memberitakan bahwa serangan dilakukan atas perintah langsung para pemimpin mereka di Afghanistan yakni Komandan Taliban Umar Naray.
Sebelumnya juru bicara Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) Muhammad Khorasani mengungkapkan serangan ke sekolah itu sebagai balasan terhadap operasi militer Pakistan. ”Kita ingin militer juga merasakan penderitaan yang dirasakan ketika kehilangan orang yang dicintai,” kata Khorasani.
Militer Pakistan dalam enam bulan terakhir memang intensif melakukan serangan besar-besar ke basis TTP dan gerilyawan lain di Waziristan Utara, dekat Peshawar. Operasi militer Pakistan itu telah menewaskan 1.600 gerilyawan dan dianggap sukses. Namun, serangan balasan dari TTP telah diprediksi jauh hari.
Walau serangan dilancarkan sebagai aksi balas dendam, Taliban di Afghanistan justru mengutuk serangan mematikan itu. Mereka mengatakan itu bertentangan dengan ajaran Islam. ”Pembunuhan terhadap orang tak bersalah, anak-anak, dan perempuan bertentangan dengan dasar-dasar Islam,” kata juru bicara Taliban Afghanistan, Zabihullah Mujahid.
Serangan Taliban tersebut dianggap sebagai pembantaian paling mengerikan yang pernah terjadi di negara ini selama bertahun- tahun. Para saksi menggambarkan bagaimana ledakan besar itu mengguncang Army Public Schooldikotabarat lautPeshawar dan orang-orang bersenjata pergi dari kelas ke kelas melakukan penembakan brutal terhadap anak-anak yang tak bersalah.
Kecaman Internasional
Aksi brutal Taliban menuai kecaman internasional. Sekretaris Jenderal PBB Ban Kimoon menilai apa yang dilakukan Taliban sebagai tindakan horor dan pengecut karena menyerang anak-anak yang tidak berdaya saat mereka sedang belajar. ”Tidak ada yang dapat membenarkan kebrutalan seperti itu. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan aksi mengerikan itu,” kata Ban.
Presiden India Shri Pranab Mukherjee menyatakan kesedihan yang mendalam atas serangan teroris di satu sekolah militer di Kota Peshawar, Pakistan. Dia mengajak semua negara harus bersatu untuk melawan terorisme dan menghentikan tindakan keji terhadap kemanusiaan. Kementerian Luar Negeri Iran juga menyebut apa yang dilakukan Taliban sebagai tindakan yang sama sekali tak manusiawi.
”Aksi teror, ekstremisme yang membuat nyawa orang yang tak berdosa terancam dalam segala bentuk dan dengan setiap tujuan adalah perbuatan tercela,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham, sebagaimana dikutip Xinhua . Jerman juga menyebut serangan tersebut sebagai serangan ”kejam dan pengecut”.
Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier menandaskan, penyanderaan dan pembunuhan anak-anak melebihi pengecut kejam di semua Pakistan. ”Kami berduka dengan rakyat Pakistan korban serangan teroris ini. Hati kita pergi ke keluarga korban. Untuk mereka yang luka, kami berharap segera sembuh,” ucapnya.
Ekspresi keras juga disampaikan Presiden Prancis Francois Hollande. Dia mendukung Pemerintah Pakistan dalam perjuangan mereka melawan terorisme. ”Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan aib seperti serangan terhadap anak-anak di sekolah mereka,” kata dia dalam satu pernyataan. Dari Tanah Air, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menilai tindakan Taliban tak berperikemanusiaan dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun.
Pemerintah Indonesia menyampaikan dukungan dan solidaritas kepada rakyat dan Pemerintah Pakistan dalam situasi yang sulit ini. Berdasarkan koordinasi dengan perwakilan RI di Pakistan, tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden tersebut. Kemenlu mengimbau kepada WNI di Pakistan untuk tetap waspada dan berhati-hati.
Andika hendra m/Ant
(bbg)