Tuntut Perubahan Sikap dan Pandangan Rasial di Amerika Serikat
A
A
A
WASHINGTON - Ribuan demonstran antirasis menyerukan perubahan sikap dan pandangan rasial di Amerika Serikat (AS).
Seruan itu menguat setelah insiden kekerasan rasial terhadap warga kulit hitam oleh polisi yang menjadi isu nasional. Para demonstran memadati Pennsylvania Avenue dan berjalan dari Freedom Plaza ke gedung parlemen AS yang berjarak sekitar 2 kilometer pada Sabtu (13/12) waktu setempat.
Di antara para peserta pawai terdapat keluarga Michael Brown yang ditembak mati polisi kulit putih di Kota Ferguson, Negara Bagian Missouri. Ada pula kerabat Eric Garner yang tewas akibat dicekik saat ditahan di New York. ”Ini (demonstrasi) merupakan peristiwa yang bertujuan untuk menciptakan sejarah,” ungkap Gwenn Carr, ibunda Eric Garner, saat berorasi di depan puluhan ribu demonstran di Washington, dikutip CNN.
Garner dicekik polisi saat dia menjual rokok ilegal di New York pada Juli silam. ”Demonstrasi ini sungguh menakjubkan karena kita melihat semua orang datang bersama kita. Kerumunan massa baik hitam, putih, semua ras dan agama. Kita harus berdiri seperti ini sepanjang waktu,” tuturnya.
Demonstrasi Sabtu lalu merupakan bentuk kemarahan warga AS terhadap tindakan polisi yang merendahkan warga kulit hitam. Mereka memandang adanya ketidakadilan ras di AS. Tua, muda, hitam, serta putih turun ke jalanan di berbagai kota di AS, termasuk New York, Washington, Boston, San Francisco, dan Oakland, California. ”Lihatlah lautan manusia,” kata Lesley McSpadden, ibunda Michael Brown, yang ditembak polisi di Ferguson, Missouri, Agustus silam.
“Jika mereka (pemegang kebijakan) tidak melihat ini dan membuat perubahan, saya tidak mengetahui apa yang akan kami lakukan,” katanya dikutip AFP. Di New York, ribuan demonstran berkumpul di depan kantor polisi New York. Mereka berteriak, “Saya tidak dapat bernapas”. Itu merupakan katakata terakhir Garner saat dicekik polisi. Polisi setempat memperkirakan ada 25.000 orang yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi di New York.
Sementara penyelenggara aksi justru mengklaim jumlah pengunjuk rasa yang ikut turun ke jalanan mencapai 50.000 orang. “Kita harus mendesak setiap tindakan di setiap tingkatan pemerintah guna memastikan pembunuhan rasis oleh polisi dihentikan,” kata Umaara Elliott, aktivis hak-hak sipil di New York. Ribuan orang juga berdemonstrasi di Boston.
Polisi menangkap 23 orang yang melakukan tindakan anarkistis. Pendeta Al Sharpton yang dikenal sebagai pembela hak-hak sipil di Amerika Serikat, menyerukan aksi legislatif yang mendorong perubahan baik di kitab pidana maupun di jalan-jalan. Awal bulan ini dewan juri pengadilan New York memutuskan untuk tidak mendakwa polisi kulit putih, Daniel Pantaleo, terkait dengan kematian Eric Garner.
Garner tewas Juli lalu setelah Daniel Pantaleo mencekiknya. Keputusan dewan juri dalam kasus kematian Garner mencuat, setelah satu sepekan sebelumnya dewan juri di Negara Bagian Missouri juga menyatakan polisi berkulit putih, Darren Wilson, tidak bersalah. Padahal, Wilson terbukti menembak mati remaja kulit hitam Michael Brown di Ferguson, Agustus lalu.
Andika hendra m
Seruan itu menguat setelah insiden kekerasan rasial terhadap warga kulit hitam oleh polisi yang menjadi isu nasional. Para demonstran memadati Pennsylvania Avenue dan berjalan dari Freedom Plaza ke gedung parlemen AS yang berjarak sekitar 2 kilometer pada Sabtu (13/12) waktu setempat.
Di antara para peserta pawai terdapat keluarga Michael Brown yang ditembak mati polisi kulit putih di Kota Ferguson, Negara Bagian Missouri. Ada pula kerabat Eric Garner yang tewas akibat dicekik saat ditahan di New York. ”Ini (demonstrasi) merupakan peristiwa yang bertujuan untuk menciptakan sejarah,” ungkap Gwenn Carr, ibunda Eric Garner, saat berorasi di depan puluhan ribu demonstran di Washington, dikutip CNN.
Garner dicekik polisi saat dia menjual rokok ilegal di New York pada Juli silam. ”Demonstrasi ini sungguh menakjubkan karena kita melihat semua orang datang bersama kita. Kerumunan massa baik hitam, putih, semua ras dan agama. Kita harus berdiri seperti ini sepanjang waktu,” tuturnya.
Demonstrasi Sabtu lalu merupakan bentuk kemarahan warga AS terhadap tindakan polisi yang merendahkan warga kulit hitam. Mereka memandang adanya ketidakadilan ras di AS. Tua, muda, hitam, serta putih turun ke jalanan di berbagai kota di AS, termasuk New York, Washington, Boston, San Francisco, dan Oakland, California. ”Lihatlah lautan manusia,” kata Lesley McSpadden, ibunda Michael Brown, yang ditembak polisi di Ferguson, Missouri, Agustus silam.
“Jika mereka (pemegang kebijakan) tidak melihat ini dan membuat perubahan, saya tidak mengetahui apa yang akan kami lakukan,” katanya dikutip AFP. Di New York, ribuan demonstran berkumpul di depan kantor polisi New York. Mereka berteriak, “Saya tidak dapat bernapas”. Itu merupakan katakata terakhir Garner saat dicekik polisi. Polisi setempat memperkirakan ada 25.000 orang yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi di New York.
Sementara penyelenggara aksi justru mengklaim jumlah pengunjuk rasa yang ikut turun ke jalanan mencapai 50.000 orang. “Kita harus mendesak setiap tindakan di setiap tingkatan pemerintah guna memastikan pembunuhan rasis oleh polisi dihentikan,” kata Umaara Elliott, aktivis hak-hak sipil di New York. Ribuan orang juga berdemonstrasi di Boston.
Polisi menangkap 23 orang yang melakukan tindakan anarkistis. Pendeta Al Sharpton yang dikenal sebagai pembela hak-hak sipil di Amerika Serikat, menyerukan aksi legislatif yang mendorong perubahan baik di kitab pidana maupun di jalan-jalan. Awal bulan ini dewan juri pengadilan New York memutuskan untuk tidak mendakwa polisi kulit putih, Daniel Pantaleo, terkait dengan kematian Eric Garner.
Garner tewas Juli lalu setelah Daniel Pantaleo mencekiknya. Keputusan dewan juri dalam kasus kematian Garner mencuat, setelah satu sepekan sebelumnya dewan juri di Negara Bagian Missouri juga menyatakan polisi berkulit putih, Darren Wilson, tidak bersalah. Padahal, Wilson terbukti menembak mati remaja kulit hitam Michael Brown di Ferguson, Agustus lalu.
Andika hendra m
(ars)