Berlomba Hadirkan Terobosan

Senin, 15 Desember 2014 - 11:14 WIB
Berlomba Hadirkan Terobosan
Berlomba Hadirkan Terobosan
A A A
Setiap perusahaan tidak ingin terlindas dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan tahun 2015.

Mereka dituntut untuk siap menghadapi ketatnya persaingan dengan cara melakukan terobosan atau inovasi di setiap bidang. Inovasi diyakini akan menjadi juri yang menentukan siapa pemenangnya.

Di Indonesia sejumlah perusahaan sudah melakukan inovasi, namun jumlah mereka belum besar yaitu hanya sekitar 50% perusahaan di Indonesia yang siap melakukan inovasi dalam menghadapi persaingan.

Persentase perusahaan yang siap melakukan inovasi ini didapat dari hasil riset yang dikeluarkan Center of Innovation and Collaboration (CIC) PPM Manajemen yang melibatkan 230 responden perusahaan. Hasil riset yang dilakukan selama tujuh belan sejak Februari 2014 ini dinilai mencerminkan kekurangsiapan perusahaan Indonesia untuk bersaing.

Menurut Koordinator CIC-PPM Manajemen Erlinda N Yunus, inovasi seharusnya menjadi perhatian utama perusahaan dalam bersaing dalam kompetisi ketat tahun depan. Seharusnya lebih banyak perusahaan yang siap berinovasi. Jumlah 50% sebagaimana dalam survei dinilai terlalu sedikit yang bisa membuat perusahaan kalah bersaing. “Padahal, inovasi merupakan faktor utama untuk menghadapi persaingan di pasar bebas dan melebarkan sayap perusahaan,” kata Erlinda dalam sebuah diskusi di PPM Manajemen pada minggu lalu (10/12).

Kekurangsiapan perusahaan di Indonesia dalam melakukan inovasi di antaranya disebabkan faktor sumber daya, terutama sumber daya manusia. Dalam riset CIC-PPM Manajemen, sumber daya menjadi lemah yang paling banyak dihadapi oleh 230 perusahaan yang menjadi responden. Kekurangsiapan perusahaan ini berdampak pada nilai innovation quotient yang mereka miliki.

Menurut Erlinda, innovation quotient dapat diukur melalui tiga dimensi, yaitu budaya organisasi, lingkungan perusahaan, dan sumber daya yang dimiliki. Masalah SDM memang sering menjadi kendala di Indonesia. Masih besarnya SDM yang belum terdidik serta korelasi antara pendidikan dan dunia kerja telah lama menjadi pembahasan serius di Indonesia, namun belum juga menemukan formula yang ideal untuk memperbaikinya.

Permasalahan yang ada di sektor inovasi ini menjadi pekerjaan rumah di sejumlah kementerian, bukan hanya kementerian perindustrian, maupun perdagangan, namun juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi instansi yang paling bertanggung jawab di bidang pendidikan yang menyiapkan SDM.

Pentingnya SDM yang mumpuni ini juga disampaikan oleh Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Diplomasi Perdagangan Sondang Anggraini saat mewakili menteri dalam diskusi dengan tema “Angkat Daya Saing Melalui Inovasi” di PPM Manajemen. Menurutnya, sistem pendidikan di sisi lain harus semakin mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, dinamis, dan berdaya saing internasional.

“Pekerjaan rumah kita saat ini adalah visi, daya saing, dan inovasi untuk hadapi MEA,” ujar Sondang. Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional Kementerian Ristek dan Dikti Nada Marsudi menyebutkan, inovasi akan memberikan dampak nyata pada perekonomian sebuah negara.

Dia mencontohkan Swedia, sebuah negara yang hanya berpenduduk sekitar sembilan juta, namun berada di peringkat dua dalam daftar negara paling inovatif di Global Innovation Index. Negara ini menjadi pusat inovasi mutakhir seperti Bluetooth, Skype, dan Spotify. Menurutnya, dalam inovasi Indonesia juga perlu belajar ke Swedia.

“Semua kondisi ini menjadi daya tarik utama bagi Indonesia untuk belajar sistem inovasi dan entrepreneurship ke Swedia,” kata Nada sebagaimana yang dilansir Antara (6/12). Nada menyebutkan, pertumbuhan ekonomi dalam paradigma ekonomi inovasi merupakan produk akhir dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan beberapa wirausahawan baru dalam berbagai sektor.

Dia menyebutkan inovasi tidak hanya dalam teknologi, namun juga seni, budaya, manajemen seperti kultur, marketing, dan advertising . Kini Indonesia ditantang untuk melahirkan banyak inovasi, bisa saja dinilai dari perusahaan yang memang mempunyai tugas melakukan inovasi jika tidak ingin tergilas dalam persaingan bisnis di masa mendatang.

Nafi muthohirin /Islahuddin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0907 seconds (0.1#10.140)