Bantu Ngelap Kaca, Siap Jika Mobil Mogok
A
A
A
Ini adalah pengalaman kedua saya menjadi navigator di sebuah acara reli mobil-mobil antik. Tapi tetap saja, rasanya jantung ini berdebar kencang seperti saat pertama menjadi seorang navigator.
Pagi itu (15 November 2014), saya berjalan memasuki area parkir Hotel Horison Ultima Purwokerto yang telah disulap menjadi loading deckdari ratusan mobil-mobil kuno berbagai merk. Mulai Holden, VW, Chevrolet, Dodge, Ford, Chrysler, De Sotto, Bel air, Buick, Moriss, Fiat, Volvo Mercedes Benz dsb.
Kebayang nggak sih, kita berjalan diantara mobil-mobil yang “lahir” dari tahun 60an, tapi sampai sekarang mereka masih bisa menunjukan eksistensi dengan mengikuti acara reli yang didakan oleh PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia). Wow Amazing! Dengan berbekal alat tulis dasar seperti pulpen, kertas kosong serta bantalan stampel, saya bersiap memasuki mobil Holden Premier HK keluaran 1968 berwarna merah milik seorang anak muda yang bernama Aristho Pringgo Susanto.
Suara mobil yang disapa “Singa Merah” ini pun menggeram kencang menunggu giliran start pada pukul 08.40 WIB. Bunyi sirine memulai petualangan kami. Dan tugas saya sebagai navigator pun dimulai... Setelah melewati garis start dan menerima amplop berisi soal dan rute yang harus ditempuh dalam reli, saya membaca keseluruhan perintah yang ada didalam lembaran soal lalu mengarahkan driver, Aristho, untuk melewati jalan-jalan yang termasuk ke dalam rute reli.
Jumlah keseluruh trayek yang akan kami lewati berjumlah 4, dengan rute Purwokerto- Purbalingga-Baturaden. Untuk memecahkan soal petunjuk rute pun tidak gampang, karena didalamnya terdiri dari singkatansingkatan arah seperti IJU (ikuti jalan utama), X (simpang empat), singkatansingkatan desa seperti Kalur (kantor lurah), KKD ( kantor kepala desa) dan lainnya.
Setiap rute yang kami lewati juga memiliki pos-pos stampel berjumlah 17 perangko yang harus kita kumpulkan untuk menambah poin reli. Kesulitannya adalah ketika kita tidak membaca dengan benar petunjuk rute yang ada didalam soal. Kita bisa mengambil jalan yang salah, memasuki desa-desa terpencil dan melewatkan pos stempel yang akan berakibat berkurangnya poin reli.
Namanya juga mobil tua, kalau enggak mogok kurang enak rasanya. Beberapa kali saya melihat mobil peserta reli yang rewel dan ngambek dipinggir jalan. Tapi untungnya Singa Merah yang saya naiki ini dalam kondisi prima walaupun cuaca saat itu sedang hujan. Perjalanan reli menjadi menyenangkan dan tidak terlupakan sampai ke garis finis di Baturaden.
Yang saya pelajari, ternyata menjadi seorang navigator mobil tua bukan cuma dituntut memiliki keahlian dalam membaca rute petunjuk dan memcahkan soal saja, tetapi harus bisa bekerja sama dengan driver, membantu mengelap kaca yang berembun saat hujan turun, bahkan membantu mengeluarkan “peralatan perang” kalo si mobil sedang ngambek.
Amanda marchillyona
Pagi itu (15 November 2014), saya berjalan memasuki area parkir Hotel Horison Ultima Purwokerto yang telah disulap menjadi loading deckdari ratusan mobil-mobil kuno berbagai merk. Mulai Holden, VW, Chevrolet, Dodge, Ford, Chrysler, De Sotto, Bel air, Buick, Moriss, Fiat, Volvo Mercedes Benz dsb.
Kebayang nggak sih, kita berjalan diantara mobil-mobil yang “lahir” dari tahun 60an, tapi sampai sekarang mereka masih bisa menunjukan eksistensi dengan mengikuti acara reli yang didakan oleh PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia). Wow Amazing! Dengan berbekal alat tulis dasar seperti pulpen, kertas kosong serta bantalan stampel, saya bersiap memasuki mobil Holden Premier HK keluaran 1968 berwarna merah milik seorang anak muda yang bernama Aristho Pringgo Susanto.
Suara mobil yang disapa “Singa Merah” ini pun menggeram kencang menunggu giliran start pada pukul 08.40 WIB. Bunyi sirine memulai petualangan kami. Dan tugas saya sebagai navigator pun dimulai... Setelah melewati garis start dan menerima amplop berisi soal dan rute yang harus ditempuh dalam reli, saya membaca keseluruhan perintah yang ada didalam lembaran soal lalu mengarahkan driver, Aristho, untuk melewati jalan-jalan yang termasuk ke dalam rute reli.
Jumlah keseluruh trayek yang akan kami lewati berjumlah 4, dengan rute Purwokerto- Purbalingga-Baturaden. Untuk memecahkan soal petunjuk rute pun tidak gampang, karena didalamnya terdiri dari singkatansingkatan arah seperti IJU (ikuti jalan utama), X (simpang empat), singkatansingkatan desa seperti Kalur (kantor lurah), KKD ( kantor kepala desa) dan lainnya.
Setiap rute yang kami lewati juga memiliki pos-pos stampel berjumlah 17 perangko yang harus kita kumpulkan untuk menambah poin reli. Kesulitannya adalah ketika kita tidak membaca dengan benar petunjuk rute yang ada didalam soal. Kita bisa mengambil jalan yang salah, memasuki desa-desa terpencil dan melewatkan pos stempel yang akan berakibat berkurangnya poin reli.
Namanya juga mobil tua, kalau enggak mogok kurang enak rasanya. Beberapa kali saya melihat mobil peserta reli yang rewel dan ngambek dipinggir jalan. Tapi untungnya Singa Merah yang saya naiki ini dalam kondisi prima walaupun cuaca saat itu sedang hujan. Perjalanan reli menjadi menyenangkan dan tidak terlupakan sampai ke garis finis di Baturaden.
Yang saya pelajari, ternyata menjadi seorang navigator mobil tua bukan cuma dituntut memiliki keahlian dalam membaca rute petunjuk dan memcahkan soal saja, tetapi harus bisa bekerja sama dengan driver, membantu mengelap kaca yang berembun saat hujan turun, bahkan membantu mengeluarkan “peralatan perang” kalo si mobil sedang ngambek.
Amanda marchillyona
(bbg)