Demo Terus Berlangsung
A
A
A
NEW YORK - Gelombang protes terkait pembunuhan pria kulit hitam tak bersenjata masih mengalir kemarin. Protes dilakukan bersamaan upacara pemakaman Akai Gurley, korban terakhir dari kulit hitam.
Di bawah hujan deras puluhan demonstran berkumpul di Times Square dan menuju Union Square, di mana puluhan orang lainnya dari berbagai kota di Amerika Serikat (AS) berkumpul di bawah payung dan meneriakkan kata-kata “I can’t breath “.
“I can’t breath” atau saya tak bisa bernapas merupakan kata terakhir yang diteriakkan Eric Garner, korban penembakan, sebelum meninggal. Garner adalah seorang ayah 43 tahun berkulit hitam yang dicekik oleh seorang polisi Juli silam. Garner menjadi pembuka kasus pembunuhan polisi terhadap pria kulit hitam.
Sebulan setelah kematian Garner, kasus serupa muncul kembali setelah seorang remaja berusia 18 tahun, Michael Brown, tewas ditembak oleh polisi. Kasus tersebut disusul kemudian oleh kematian Akai Gurley November lalu. Kemarahan publik muncul ketika juri memutuskan ketiga polisi yang terkait pembunuhan tersebut dinyatakan tidak bersalah.
Keputusan ini pun memicu demonstrasi empat malam berturut- turut di New York dan berbagai kota besar lainnya yang memobilisasi ribuan warga AS untuk menuntut adanya penegakan keadilan. Sayangnya, semakin hari jumlah demonstran semakin menyusut terutama kemarin. Tercatat, hanya ada sejumlah aksi kecil di beberapa kota seperti Atlanta, Dallas, Houston dan Tampa Bay.
Kemarin aktivis hak-hak sipil yang tergabung dalam Al Sharpton’s National Action Network mengadakan acara di Harlem yang dihadiri oleh aktor Spike Lee. Sehari sebelumnya para demonstran menggelar “die-ins “, dengan berbaring di tanah di depan Columbia University, Grand Central Stadion dan ke toko utama Macy di Herald Square dan toko Apple di Fifth Avenue.
Menurut kabar yang beredar, demonstran baru akan kembali menggelar aksi besarbesarannya hari ini. Pihak kepolisian berpandangan, penurunan jumlah demonstran terjadi setelah adanya penangkapan 20 demonstran pada Sabtu (6/12). Menurut para perwira yang bertugas, para demonstran kini lebih bisa dikendalikan. Polisi dan demonstran samasama menahan diri untuk tidak menciptakan konflik, “Tampaknya cuaca yang buruk ini benarbenar membuat langkah mereka (demonstran) sulit,” ujar salah seorang perwira polisi di Times Square, dilansir Reuters.
Para demonstran menegaskan tidak akan menghentikan aksinya jika tuntutan mereka tidak dikabulkan. Pemerintah AS sendiri belum melakukan upaya lebih jauh untuk menangani kasus tersebut. Upaya positif baru ditunjukkan oleh Wali Kota New york Bill de Blasio yang membayar seluruh biaya pemakaman Gurley. Namun menurut aktivis Kevin Powell, upaya De Blasio ini belum memuaskan dahaga masyarakat Afro-Amerika terhadap keadilan.
Mereka menyeru de Blasio untuk melakukan perubahan dan menegakkan keadilan. “Akai Gurley adalah korban terbaru dari ketidakadilan. Mari kita lakukan segala yang kami bisa agar tragedi ini tak lagi terulang,” kata Powell.
Rini agustina
Di bawah hujan deras puluhan demonstran berkumpul di Times Square dan menuju Union Square, di mana puluhan orang lainnya dari berbagai kota di Amerika Serikat (AS) berkumpul di bawah payung dan meneriakkan kata-kata “I can’t breath “.
“I can’t breath” atau saya tak bisa bernapas merupakan kata terakhir yang diteriakkan Eric Garner, korban penembakan, sebelum meninggal. Garner adalah seorang ayah 43 tahun berkulit hitam yang dicekik oleh seorang polisi Juli silam. Garner menjadi pembuka kasus pembunuhan polisi terhadap pria kulit hitam.
Sebulan setelah kematian Garner, kasus serupa muncul kembali setelah seorang remaja berusia 18 tahun, Michael Brown, tewas ditembak oleh polisi. Kasus tersebut disusul kemudian oleh kematian Akai Gurley November lalu. Kemarahan publik muncul ketika juri memutuskan ketiga polisi yang terkait pembunuhan tersebut dinyatakan tidak bersalah.
Keputusan ini pun memicu demonstrasi empat malam berturut- turut di New York dan berbagai kota besar lainnya yang memobilisasi ribuan warga AS untuk menuntut adanya penegakan keadilan. Sayangnya, semakin hari jumlah demonstran semakin menyusut terutama kemarin. Tercatat, hanya ada sejumlah aksi kecil di beberapa kota seperti Atlanta, Dallas, Houston dan Tampa Bay.
Kemarin aktivis hak-hak sipil yang tergabung dalam Al Sharpton’s National Action Network mengadakan acara di Harlem yang dihadiri oleh aktor Spike Lee. Sehari sebelumnya para demonstran menggelar “die-ins “, dengan berbaring di tanah di depan Columbia University, Grand Central Stadion dan ke toko utama Macy di Herald Square dan toko Apple di Fifth Avenue.
Menurut kabar yang beredar, demonstran baru akan kembali menggelar aksi besarbesarannya hari ini. Pihak kepolisian berpandangan, penurunan jumlah demonstran terjadi setelah adanya penangkapan 20 demonstran pada Sabtu (6/12). Menurut para perwira yang bertugas, para demonstran kini lebih bisa dikendalikan. Polisi dan demonstran samasama menahan diri untuk tidak menciptakan konflik, “Tampaknya cuaca yang buruk ini benarbenar membuat langkah mereka (demonstran) sulit,” ujar salah seorang perwira polisi di Times Square, dilansir Reuters.
Para demonstran menegaskan tidak akan menghentikan aksinya jika tuntutan mereka tidak dikabulkan. Pemerintah AS sendiri belum melakukan upaya lebih jauh untuk menangani kasus tersebut. Upaya positif baru ditunjukkan oleh Wali Kota New york Bill de Blasio yang membayar seluruh biaya pemakaman Gurley. Namun menurut aktivis Kevin Powell, upaya De Blasio ini belum memuaskan dahaga masyarakat Afro-Amerika terhadap keadilan.
Mereka menyeru de Blasio untuk melakukan perubahan dan menegakkan keadilan. “Akai Gurley adalah korban terbaru dari ketidakadilan. Mari kita lakukan segala yang kami bisa agar tragedi ini tak lagi terulang,” kata Powell.
Rini agustina
(ars)