Menebar Festival Menuai Wisatawan

Minggu, 07 Desember 2014 - 10:59 WIB
Menebar Festival Menuai...
Menebar Festival Menuai Wisatawan
A A A
Pada prinsipnya, setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal (local wisdom) yang beragam. Jika dibingkai secara apik bukan hal yang tidak mungkin bila potensi tersebut akan mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi pemerintah daerah.

Fakta tersebut yang kini mulai dirasakan pemerintahan Banyuwangi dan Jember. Siapa sangka jika dua daerah yang berada di sudut paling timur Provinsi Jawa Timur tersebut kini mulai sering didatangi wisatawan, baik yang berasal dari sejumlah daerah lain di dalam negeri maupun dari negara-negara tetangga.

Padahal, beberapa tahun ke belakang Banyuwangi dan Jember belum terlalu diminati sebagai pilihan destinasi wisatawan. Selain karena letak geografisnya yang tersembunyi, yakni dikelilingi hutan, dan tak berfungsinya bandar udara, daerah ini juga terpinggirkan akibat popularitas Surabaya dan Sidoarjo.

Namun kisah usang itu sudah tak berlaku lagi saat ini. Dua daerah yang dulunya masuk dalam daftar jumlah penduduk buta huruf terbesar itu mulai “merias diri” dalam beberapa tahun ini. Sepanjang 2014, misalnya, para turis berdatangan ke Banyuwangi dengan tujuan ingin menyaksikan Banyuwangi Festival.

Banyuwangi Festival mempromosikan beragam aneka kearifan lokal yang diangkat dalam sebuah pameran dan atraksi, di antaranya Banyuwangi Batik Festival (BBF), Festival Rujak Soto, Banyuwangi Art Week, Festival Gandrung Sewu, dan Agro Expo. Untuk melengkapi berbagai festival ini, Pemerintah Banyuwangi juga memikat pengunjung dengan keindahan pantai Pulau Merah dan Gunung Ijen.

Yang lebih menarik, rangkaian Banyuwangi Festival ini juga menyelenggarakan Banyuwangi Beach Jazz Festival dengan mengundang musisi Ibu Kota seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Trie Utami, Tohpati & Friends, Kahitna. Praktis, daerah berpenduduk 2,1 juta jiwa ini kian terdongkrak pertumbuhan ekonominya setiap tahun. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pelaksanaan festival yang digelar setiap tahun mendongkrak perekonomian warga setempat.

Geliat masyarakat untuk membuat UKM-UKM terus bertumbuh seiring dengan diselenggarakannya bermacam festival. Setelah beberapa tahun, festival-festival yang mengangkat potensi lokal ini bisa menarik pengunjung dalam jumlah besar. “Terjadi kenaikan 1.001% untuk per kapita penduduk Banyuwangi. Ekonomi kreatif terus tumbuh di Banyuwangi seiring digelarnya beragam festival.

Karena itu, festival ini akan selalu digelar,” papar Anas dalam konferensi pers yang diadakan di Pendapa Bupati Banyuwangi, Sabtu (6/12). Prestasi serupa juga ditorehkan Jember. Sejak 2001, Jember Fashion Carnival (JFC) diadakan di jalan utama Kota Jember. Pada tahun ini, JFC melibatkan sekitar 750 peserta berkarnaval yang menampilkan tema busana daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera.

Setiap kali diadakan, JFC menarik ribuan wisatawan setiap tahun. Diprediksi jumlah pengunjung akan terus mengalami peningkatan seiring dengan strategi promosi yang semakin ditingkatkan. Pada Agustus lalu, rangkaian acara JFC meliputi Kids Carnival, Artwear Carnival, Wonderful ArtChipelago Carnival, dan Grand Carnival. Diakui bahwa acara ini juga sukses meningkatkan perputaran uang di Jember.

Sebab hampir ribuan wisatawan datang ke Jember untuk melihat acara ini. Geliat wisata festival bukan hanya ada di Banyuwangi dan Jember, melainkan juga di Tenggarong, Kalimantan Timur. September lalu, pemerintah setempat menggagas Tenggarong Kutai Carnival (TKC).

Berbagai acara turut meramaikan festival ini seperti Pesta Lampion di langit kota dengan menerbangkan 10.000 lampion, workshop kebudayaan, dan beberapa acara lain yang menampilkan keunikan daerah setempat. Pengamat bisnis dan marketing dari Prasetiya Mulya Business School (PMBS) Agus W Soehadi mengatakan, tak bisa dimungkiri bahwa kini muncul kecenderungan baru pemerintah daerah menyelenggarakan festival-festival kebudayaan.

Tujuan mereka selain ingin mempromosikan budaya setempat juga supaya bisa mendongkrak perekonomian warga setempat. “Namun untuk menarik wisatawan, festival yang diselenggarakan haruslah punya ciri khas, unik, dan ada hal yang bisa diceritakan pengunjung ketika sampai di kampung halaman masingmasing,” kata Agus kepada KORAN SINDO kemarin.

Selain itu, pemerintah daerah juga harus pandai dalam strategi promosi. Makanya untuk menunjang efisiensi promosi, pemerintah daerah diharapkan punya semacam pusat-pusat informasi di mana wisatawan yang ingin mencari informasi awal bisa didapatkan dengan mudah melalui sentra-sentra promosi tersebut.

Nafi muthohirin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1059 seconds (0.1#10.140)