300 Ulama Kumpul Terkait Terorisme
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 300 ulama di bawah pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikam, KH Hasyim Muzadi, akan dilibatkan dalam pencegahan dan penanggulangan aksi terorisme.
Para ulama tersebut akan melakukan gerakan penanggulangan terorisme dari hulu ke hilir bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Kegiatan ini akan menghasilkan rekomendasi sekaligus evaluasi penanganan terorisme," kata pengasuh Ponpes Al-Hikam KH Hasyim Muzadi di daerah Jakarta Selatan, Rabu (3/12/2014).
"Tidak sebatas seminar, setelah kegiatan ini selesai akan dibuat rencana aksi secara formal sekaligus penanganan terorisme mulai dari akarnya," imbuhnya.
Hasyim berpendapat, di Indonesia sedang berkembang ideologi keagamaan radikal yang mengancam eksistensi NKRI. Namun, menurutnya pemerintah terkesan lemah dan membiarkan bibit terorisme yang bersifat hulu.
"Misalnya ada organisasi yang ideologinya bertentangan dengan Pancasila dan NKRI tetapi dibiarkan berdiri," tuturnya.
"Karena dianggap bukan ancaman aktual, masih berupa ancaman potensial, organisasi semacam itu dilindungi oleh pemerintah untuk kepentingan politik sesaat," ucapnya.
Menurut Hasyim, pemerintah baru bergerak setelah ada ancaman nyata di tataran hilir. Padahal cara-cara tersebut tidak memadai dan membahayakan.
"Setiap ajaran agama memiliki sisi doktrin yang bila disalahtafsirkan bisa menjadi paham radikal," ungkapnya.
Sehingga menurutnya, itulah pentingnya melibatkan ulama untuk memberantas terorisme.
"Akar masalah terorisme tersebut akan dibahas sejumlah pakar, mulai dari BNPT, akademisi, hingga mantan pelaku terorisme. Kegiatan tersebut akan digelar di pesantren Al-Hikam Depok, enam sampai delapan Desember 2014," pungkasnya.
Para ulama tersebut akan melakukan gerakan penanggulangan terorisme dari hulu ke hilir bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
"Kegiatan ini akan menghasilkan rekomendasi sekaligus evaluasi penanganan terorisme," kata pengasuh Ponpes Al-Hikam KH Hasyim Muzadi di daerah Jakarta Selatan, Rabu (3/12/2014).
"Tidak sebatas seminar, setelah kegiatan ini selesai akan dibuat rencana aksi secara formal sekaligus penanganan terorisme mulai dari akarnya," imbuhnya.
Hasyim berpendapat, di Indonesia sedang berkembang ideologi keagamaan radikal yang mengancam eksistensi NKRI. Namun, menurutnya pemerintah terkesan lemah dan membiarkan bibit terorisme yang bersifat hulu.
"Misalnya ada organisasi yang ideologinya bertentangan dengan Pancasila dan NKRI tetapi dibiarkan berdiri," tuturnya.
"Karena dianggap bukan ancaman aktual, masih berupa ancaman potensial, organisasi semacam itu dilindungi oleh pemerintah untuk kepentingan politik sesaat," ucapnya.
Menurut Hasyim, pemerintah baru bergerak setelah ada ancaman nyata di tataran hilir. Padahal cara-cara tersebut tidak memadai dan membahayakan.
"Setiap ajaran agama memiliki sisi doktrin yang bila disalahtafsirkan bisa menjadi paham radikal," ungkapnya.
Sehingga menurutnya, itulah pentingnya melibatkan ulama untuk memberantas terorisme.
"Akar masalah terorisme tersebut akan dibahas sejumlah pakar, mulai dari BNPT, akademisi, hingga mantan pelaku terorisme. Kegiatan tersebut akan digelar di pesantren Al-Hikam Depok, enam sampai delapan Desember 2014," pungkasnya.
(maf)