Tiga Kader Bersaing Jadi Sekjen Golkar
A
A
A
BALI - Munas IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, mulai memunculkan sejumlah nama calon sekretaris jenderal (sekjen) untuk mendampingi Aburizal Bakrie (ARB) yang berpeluang terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum.
Terdapat tiga nama kader Golkar yang mulai disebut-sebut di arena munas kemarin, yakni Idrus Marham yang menjabat sebagai sekjen DPP Golkar periode 2009-2014, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Ade Komarudin, dan Ketua DPP Golkar Nurdin Halid yang juga bertindak sebagai steering committee (SC) di Munas Bali.
Ketua DPD I Golkar Banten Ratu Tatu Chasanah menilai ketiga nama tersebut memang menjadi kandidat terkuat untuk menduduki jabatan sekjen. “Tiga-tiganya masuk kriteria. Tapi untuk sekjen saya rasa banyak kandidat di Golkar yang mumpuni,” katanya di arena munas di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, kemarin.
Sebagai syarat menjabat sekjen, Ratu Tatu Chasanah mengatakan, selain harus loyal kepada partai, yang bersangkutan juga harus mampu memberikan seluruh waktunya kepada partai karena tugasnya adalah menggerakkan roda organisasi. Ketua DPD I Golkar Sulawesi Utara Stefanus Vreeke Runtu mengatakan, Idrus Marham, Ade Komarudin, dan Nurdin Halid memang tidak diragukan kapasitasnya untuk menjadi orang nomor 2 di partai beringin.
Selain faktor pengalaman, mereka dinilai selama ini sejalan dengan ARB yang bisa dipastikan akan terpilih sebagai ketua umum untuk kedua kalinya. “Nama-nama calon sekjen tersebut masih dalam pembahasan di antara para peserta munas,” ujarnya kemarin. Sementara itu, ARB mengaku, belum menentukan siapa yang bakal mendampinginya sebagai sekjen.Penentuan posisi tersebut akan diketahui setelah formatur yang akan menyusun kepengurusan terbentuk nanti.
Saat ditanya soal peluang tiga nama yang dimunculkan sejumlah pimpinan DPD, Ical menjawab santai. “Ini ibaratnya belum punya anak sudah mau berbesan. Belum ditetapkan sebagai ketua umum, belum ada fomaturnya, sudah mengulas sekjen,” ucapnya. Dijagokan menjabat sebagai sekjen, Nurdin Halid mengaku sama sekali tidak menargetkan posisi tersebut.
Dia bahkan merasa tidak cocok untuk duduk sebagai pendamping ARB. “Enggaklah, enggak. Saya bukan tipikal seorang sekjen. Saya tipikalnya seorang striker,” kata Nurdin sebelum mengikuti pandangan umum DPD mengenai laporan pertanggungjawaban ARB sebagai ketua umum. Nurdin mengaku tidak siap karena tidak memiliki karakter untuk menjabat posisi strategis di partai itu.
“Tidaklah, tidak siap, bukan watak saya itu,” ujar politikus Golkar asal Sulawesi Selatan itu. Sementara itu, Idrus Marham mengatakan untuk posisi sekjen semua diserahkan sepenuhnya kepada ketua umum yang terpilih di munas. Menurutnya, penentuan sekjen merupakan bagian otoritas ketua umum.
“Terserah ketua umum saja. Sebab ada banyak kandidat yang bagus di Partai Golkar yang cocok duduk di posisi itu,” ujarnya. Namun Idrus memberikan kriteria umum bagi kader yang dinilai layak untuk menempati jabatan sekjen, yakni kader yang betul-betul memiliki ideologi yang kuat. Selain itu punya kecerdasan dan seorang konseptor yang baik.
“Tapi siapa pun yang terpilih nanti intinya dia harus bisa membawa Golkar menjadi lebih baik,” paparnya. Wakil Ketua Organizing Committee (OC) Munas IX Golkar Firman Soebagyo mengatakan, penunjukan sekjen baru bisa dilakukan apabila ketua umum sudah terpilih. Selanjutnya akan dibentuk sebuah formatur yang terdiri atas lima orang. Perinciannya, formatur terdiri atas perwakilan provinsi dari wilayah barat, tengah, dan timur.
“Kemudian dari unsur organisasi yang mendirikan dan dirikan serta terakhir ketua umum terpilih,” ujarnya. Ketua DPP Golkar itu menjelaskan, formatur tersebut akan menyusun kepengurusan DPP secara menyeluruh untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) untuk disahkan. “Jadi nunggu ketua umum terpilih dulu. Kalau sudah terpilih besok malam (nanti malam) sudah akan terbentuk kepengurusan,” kata Firman.
Baginya, sosok yang tepat untuk menduduki jabatan tersebut adalah orang yang sejalan dan bisa bekerja sama dengan ketua umum. “Orang tersebut harus banyak duduk di dapur organisasi, sebab yang bersangkutanlah yang memahami apa yang dibutuhkan organisasi,” ucapnya.
ARB-Akbar Siap Dipilih
Duet Aburizal Bakrie (ARB) dan Akbar Tanjung sebagai ketua umum DPP Golkar dan ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Golkar kemungkinan akan berlanjut. Keduanya menyatakan kesediaannya dan menerima dukungan DPD I-DPD II untuk dicalonkan kembali pada munas kali ini.
“Saya sangat terharu atas permintaan untuk memimpin Partai Golkar untuk lima tahun ke depan. Bismillah, saya bersedia dan menerima dukungan saudara,” kata ARB dalam sambutan seusai mendengarkan pandangan DPD I dan DPD II kemarin.
Dalam kesempatan itu, ARB berjanji akan mengakomodasi generasi muda Golkar dalam kepengurusannya. “Komposisinya 70% kepengurusan adalah kaum muda dan 30% keterwakilan perempuan,” kata dia. Lebih lanjut ARB menambahkan, dirinya bersama Akbar (sebagai bakal calon ketua Dewan Pertimbangan) telah berdiskusi soal keinginan DPD I dan II tersebut. Hal yang sama juga disampaikan Akbar yang menyatakan bersedia untuk berduet bersama ARB memimpin Golkar untuk periode 2014-2019.
“Tadi Pak Aburizal Bakrie sudah memberikan catatan penting bahwa siap menjadi ketua umum dan bersedia untuk terus dengan saya. Maka dengan ucapan bismillah saya menerima dan siap,” kata mantan Ketua Umum DPP Golkar itu.
Sucipto/ant
Terdapat tiga nama kader Golkar yang mulai disebut-sebut di arena munas kemarin, yakni Idrus Marham yang menjabat sebagai sekjen DPP Golkar periode 2009-2014, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Ade Komarudin, dan Ketua DPP Golkar Nurdin Halid yang juga bertindak sebagai steering committee (SC) di Munas Bali.
Ketua DPD I Golkar Banten Ratu Tatu Chasanah menilai ketiga nama tersebut memang menjadi kandidat terkuat untuk menduduki jabatan sekjen. “Tiga-tiganya masuk kriteria. Tapi untuk sekjen saya rasa banyak kandidat di Golkar yang mumpuni,” katanya di arena munas di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, kemarin.
Sebagai syarat menjabat sekjen, Ratu Tatu Chasanah mengatakan, selain harus loyal kepada partai, yang bersangkutan juga harus mampu memberikan seluruh waktunya kepada partai karena tugasnya adalah menggerakkan roda organisasi. Ketua DPD I Golkar Sulawesi Utara Stefanus Vreeke Runtu mengatakan, Idrus Marham, Ade Komarudin, dan Nurdin Halid memang tidak diragukan kapasitasnya untuk menjadi orang nomor 2 di partai beringin.
Selain faktor pengalaman, mereka dinilai selama ini sejalan dengan ARB yang bisa dipastikan akan terpilih sebagai ketua umum untuk kedua kalinya. “Nama-nama calon sekjen tersebut masih dalam pembahasan di antara para peserta munas,” ujarnya kemarin. Sementara itu, ARB mengaku, belum menentukan siapa yang bakal mendampinginya sebagai sekjen.Penentuan posisi tersebut akan diketahui setelah formatur yang akan menyusun kepengurusan terbentuk nanti.
Saat ditanya soal peluang tiga nama yang dimunculkan sejumlah pimpinan DPD, Ical menjawab santai. “Ini ibaratnya belum punya anak sudah mau berbesan. Belum ditetapkan sebagai ketua umum, belum ada fomaturnya, sudah mengulas sekjen,” ucapnya. Dijagokan menjabat sebagai sekjen, Nurdin Halid mengaku sama sekali tidak menargetkan posisi tersebut.
Dia bahkan merasa tidak cocok untuk duduk sebagai pendamping ARB. “Enggaklah, enggak. Saya bukan tipikal seorang sekjen. Saya tipikalnya seorang striker,” kata Nurdin sebelum mengikuti pandangan umum DPD mengenai laporan pertanggungjawaban ARB sebagai ketua umum. Nurdin mengaku tidak siap karena tidak memiliki karakter untuk menjabat posisi strategis di partai itu.
“Tidaklah, tidak siap, bukan watak saya itu,” ujar politikus Golkar asal Sulawesi Selatan itu. Sementara itu, Idrus Marham mengatakan untuk posisi sekjen semua diserahkan sepenuhnya kepada ketua umum yang terpilih di munas. Menurutnya, penentuan sekjen merupakan bagian otoritas ketua umum.
“Terserah ketua umum saja. Sebab ada banyak kandidat yang bagus di Partai Golkar yang cocok duduk di posisi itu,” ujarnya. Namun Idrus memberikan kriteria umum bagi kader yang dinilai layak untuk menempati jabatan sekjen, yakni kader yang betul-betul memiliki ideologi yang kuat. Selain itu punya kecerdasan dan seorang konseptor yang baik.
“Tapi siapa pun yang terpilih nanti intinya dia harus bisa membawa Golkar menjadi lebih baik,” paparnya. Wakil Ketua Organizing Committee (OC) Munas IX Golkar Firman Soebagyo mengatakan, penunjukan sekjen baru bisa dilakukan apabila ketua umum sudah terpilih. Selanjutnya akan dibentuk sebuah formatur yang terdiri atas lima orang. Perinciannya, formatur terdiri atas perwakilan provinsi dari wilayah barat, tengah, dan timur.
“Kemudian dari unsur organisasi yang mendirikan dan dirikan serta terakhir ketua umum terpilih,” ujarnya. Ketua DPP Golkar itu menjelaskan, formatur tersebut akan menyusun kepengurusan DPP secara menyeluruh untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) untuk disahkan. “Jadi nunggu ketua umum terpilih dulu. Kalau sudah terpilih besok malam (nanti malam) sudah akan terbentuk kepengurusan,” kata Firman.
Baginya, sosok yang tepat untuk menduduki jabatan tersebut adalah orang yang sejalan dan bisa bekerja sama dengan ketua umum. “Orang tersebut harus banyak duduk di dapur organisasi, sebab yang bersangkutanlah yang memahami apa yang dibutuhkan organisasi,” ucapnya.
ARB-Akbar Siap Dipilih
Duet Aburizal Bakrie (ARB) dan Akbar Tanjung sebagai ketua umum DPP Golkar dan ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Golkar kemungkinan akan berlanjut. Keduanya menyatakan kesediaannya dan menerima dukungan DPD I-DPD II untuk dicalonkan kembali pada munas kali ini.
“Saya sangat terharu atas permintaan untuk memimpin Partai Golkar untuk lima tahun ke depan. Bismillah, saya bersedia dan menerima dukungan saudara,” kata ARB dalam sambutan seusai mendengarkan pandangan DPD I dan DPD II kemarin.
Dalam kesempatan itu, ARB berjanji akan mengakomodasi generasi muda Golkar dalam kepengurusannya. “Komposisinya 70% kepengurusan adalah kaum muda dan 30% keterwakilan perempuan,” kata dia. Lebih lanjut ARB menambahkan, dirinya bersama Akbar (sebagai bakal calon ketua Dewan Pertimbangan) telah berdiskusi soal keinginan DPD I dan II tersebut. Hal yang sama juga disampaikan Akbar yang menyatakan bersedia untuk berduet bersama ARB memimpin Golkar untuk periode 2014-2019.
“Tadi Pak Aburizal Bakrie sudah memberikan catatan penting bahwa siap menjadi ketua umum dan bersedia untuk terus dengan saya. Maka dengan ucapan bismillah saya menerima dan siap,” kata mantan Ketua Umum DPP Golkar itu.
Sucipto/ant
(ars)