Rampok dalam Taksi Kembali Marak
A
A
A
JAKARTA - Dalam jangka waktu empat hari, dua karyawati di Ibu Kota menjadi korban perampokan sadis di dalam taksi. Modus dua perampokan tersebut sama persis.
Kesamaan dua perampokan tersebut yakni taksi yang digunakan pelaku berwarna putih dan merek sama. Aksi pelaku juga sama. Seorang pelaku sudah bersembunyi di bagasi ketika korban naik.
Dia muncul di jok penumpang saat taksi sudah berjalan. Setelah berjalan beberapa saat taksi berhenti dan menaikkan seorang pelaku lain yang sudah menunggu di pinggir jalan. Sopir taksi juga samasama terlibat. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Heru Pranoto belum berani menyimpulkan apakah dua peristiwa tersebut dilakukan komplotan yang sama. ”Namun, kalau dilihat dari modusnya, tidak menutup kemungkinan pelakunya sama,” katanya kemarin.
Senin (1/12) malam sekitar pukul 19.30 WIB, karyawati berinisial RP, 30, menjadi korban perampokan di dalam taksi berwarna putih di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Peristiwa itu bermula saat RP yang tinggal di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat menyetop taksi di kawasan SCBD. Setelah korban berada di dalam taksi tiba-tiba muncul seorang pelaku dari dalam bagasi. Korban kemudian dianiaya dan dicekik sambil diancam agar tidak berteriak.
”Pelaku berkomplot dengan sopirnya karena saat kejadian korban melihat sopir taksi menghubungi teman lain,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto. Tidak lama kemudian pelaku lain yang menunggu di pinggir jalan masuk ke dalam taksi. Total ada tiga pelaku saat itu, termasuk sopir.
Para pelaku kemudian menguras harta benda korban yang berada di dalam tasnya seperti iPhone 5S, laptop, kartu ATM, dan kalung emas. Selanjutnya para pelaku menguras isi ATM korban di minimarket di Jalan Ciniru, Jakarta Selatan. Setelah berhasil menguras harta korban, pelaku menurunkan RP di Jalan Daksa, Senopati, Jakarta Selatan. Korban selanjutnya melaporkan peristiwa itu ke Polda Metro Jaya.
Sebelumnya aksi perampokan dalam taksi menimpa RW, 27, Jumat (28/11). Tiga pelaku merampok dua handphone dan sejumlah uang milik karyawati tersebut. Peristiwa ini bermula saat RW naik taksi berwarna putih dari kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Baru beberapa menit berjalan tiba-tiba dari jok belakang muncul pelaku yang keluar dari bagasi.
Korban diajak berputarputar hingga akhirnya taksi berhenti dan masuk kembali seorang pria. Di dalam taksi korban menyerahkan dua ponsel dan uang tunai Rp80.000. Seusai menguras harta korban, para pelaku melepaskan RW di kompleks perumahan di Cikini, Jakarta Pusat. Korban melaporkan kejadian itu ke Polsek Setiabudi. Saat ini kasusnya masih dalam proses penyelidikan.
Kejadian tersebut menyebabkan sejumlah operator taksi lebih waspada, khususnya terkait pemilihan sopir. Sebagai antisipasi, operator taksi akan memperbanyak fitur keamanan bagi penumpang. Termasuk sosialisasi kepada calon penumpang agar memperhatikan berbagai ciri dari taksi yang ditumpangi. Corporate Secretary PT Express Transindo Utama Tbk Merry Anggraini mengatakan, perampokan di dalam taksi berpotensi merugikan operator secara keseluruhan.
Pihaknya pun turun mengecek taksi yang diduga digunakan pelaku perampokan. ”Kebetulan warna taksi yang digunakan merampok berwarna putih,” katanya. Namun, Merry menjelaskan, taksi Express Group telah menggunakan sekat bagasi permanen sehingga tidak bisa dibuka. Langkah tersebut sebagai antisipasi agar taksi yang dioperasikan Express Group tidak disalahgunakan oknum tertentu.
Di sisi lain, Express Group juga terus melakukan sosialisasi melalui media sosial misalnya ciri-ciri taksi Express resmi. ”Pastikan logo taksi Express di pintu depan sesuai dengan yang asli. Mahkota berwarna kuning berlogo Express berwarna biru di bagian atas serta tulisan taksi berwarna hitam di bagian bawah,” paparnya.
Saat akan naik sebaiknya konsumen menghafal nomor lambung serta perusahaan taksi. Kemudian memastikan sopir taksi berseragam, dilengkapi kartu tanda pengenal di dashboard mobil, serta mencocokkan wajah sopir dengan foto di kartu pengenal. Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menduga pelaku merupakan pemain lama karena aksinya menggunakan modus lama. Agar kejadian ini tidak berulang, Reza berpendapat, sanksi tidak hanya diberikan kepada pelaku, namun juga perusahaan taksi.
Menurutnya, kejadian ini akibat perusahaan tidak menerapkan saringan yang ketat dalam menerima pekerja (sopir). Terlebih pengawasan terhadap pegawai sangat lemah. ”Sanksi juga harus tegas supaya efek jeranya juga kena,” ungkap konsultan United Nation Office on Drugs and Crime ini.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Muhammad Mustofa menilai, lemahnya pengawasan terhadap operator taksi membuat kejahatan ini kembali terulang. Apalagi jumlah taksi semakin bertambah ”Seharusnya pengawasan dilakukan rutin dan intensif sehingga kejahatan dalam taksi tidak terjadi,” tuturnya.
Dia menyayangkan langkah yang diambil pihak terkait perihal pengaturan operasional taksi baru bersifat normatif saja. Misalnya pengawasan baru intensif dilakukan jika ada kejahatan. Jika dirasa sudah aman, pengawasan kembali melemah. ”Banyak taksi tidak jelas dan banyak yang tidak laik jalan, tapi tetap beroperasi. Seharusnya ini dikendalikan,” ucapnya.
Helmi syarif/ R ratna purnama/ Herman sahputra
Kesamaan dua perampokan tersebut yakni taksi yang digunakan pelaku berwarna putih dan merek sama. Aksi pelaku juga sama. Seorang pelaku sudah bersembunyi di bagasi ketika korban naik.
Dia muncul di jok penumpang saat taksi sudah berjalan. Setelah berjalan beberapa saat taksi berhenti dan menaikkan seorang pelaku lain yang sudah menunggu di pinggir jalan. Sopir taksi juga samasama terlibat. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Heru Pranoto belum berani menyimpulkan apakah dua peristiwa tersebut dilakukan komplotan yang sama. ”Namun, kalau dilihat dari modusnya, tidak menutup kemungkinan pelakunya sama,” katanya kemarin.
Senin (1/12) malam sekitar pukul 19.30 WIB, karyawati berinisial RP, 30, menjadi korban perampokan di dalam taksi berwarna putih di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Peristiwa itu bermula saat RP yang tinggal di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat menyetop taksi di kawasan SCBD. Setelah korban berada di dalam taksi tiba-tiba muncul seorang pelaku dari dalam bagasi. Korban kemudian dianiaya dan dicekik sambil diancam agar tidak berteriak.
”Pelaku berkomplot dengan sopirnya karena saat kejadian korban melihat sopir taksi menghubungi teman lain,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto. Tidak lama kemudian pelaku lain yang menunggu di pinggir jalan masuk ke dalam taksi. Total ada tiga pelaku saat itu, termasuk sopir.
Para pelaku kemudian menguras harta benda korban yang berada di dalam tasnya seperti iPhone 5S, laptop, kartu ATM, dan kalung emas. Selanjutnya para pelaku menguras isi ATM korban di minimarket di Jalan Ciniru, Jakarta Selatan. Setelah berhasil menguras harta korban, pelaku menurunkan RP di Jalan Daksa, Senopati, Jakarta Selatan. Korban selanjutnya melaporkan peristiwa itu ke Polda Metro Jaya.
Sebelumnya aksi perampokan dalam taksi menimpa RW, 27, Jumat (28/11). Tiga pelaku merampok dua handphone dan sejumlah uang milik karyawati tersebut. Peristiwa ini bermula saat RW naik taksi berwarna putih dari kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Baru beberapa menit berjalan tiba-tiba dari jok belakang muncul pelaku yang keluar dari bagasi.
Korban diajak berputarputar hingga akhirnya taksi berhenti dan masuk kembali seorang pria. Di dalam taksi korban menyerahkan dua ponsel dan uang tunai Rp80.000. Seusai menguras harta korban, para pelaku melepaskan RW di kompleks perumahan di Cikini, Jakarta Pusat. Korban melaporkan kejadian itu ke Polsek Setiabudi. Saat ini kasusnya masih dalam proses penyelidikan.
Kejadian tersebut menyebabkan sejumlah operator taksi lebih waspada, khususnya terkait pemilihan sopir. Sebagai antisipasi, operator taksi akan memperbanyak fitur keamanan bagi penumpang. Termasuk sosialisasi kepada calon penumpang agar memperhatikan berbagai ciri dari taksi yang ditumpangi. Corporate Secretary PT Express Transindo Utama Tbk Merry Anggraini mengatakan, perampokan di dalam taksi berpotensi merugikan operator secara keseluruhan.
Pihaknya pun turun mengecek taksi yang diduga digunakan pelaku perampokan. ”Kebetulan warna taksi yang digunakan merampok berwarna putih,” katanya. Namun, Merry menjelaskan, taksi Express Group telah menggunakan sekat bagasi permanen sehingga tidak bisa dibuka. Langkah tersebut sebagai antisipasi agar taksi yang dioperasikan Express Group tidak disalahgunakan oknum tertentu.
Di sisi lain, Express Group juga terus melakukan sosialisasi melalui media sosial misalnya ciri-ciri taksi Express resmi. ”Pastikan logo taksi Express di pintu depan sesuai dengan yang asli. Mahkota berwarna kuning berlogo Express berwarna biru di bagian atas serta tulisan taksi berwarna hitam di bagian bawah,” paparnya.
Saat akan naik sebaiknya konsumen menghafal nomor lambung serta perusahaan taksi. Kemudian memastikan sopir taksi berseragam, dilengkapi kartu tanda pengenal di dashboard mobil, serta mencocokkan wajah sopir dengan foto di kartu pengenal. Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menduga pelaku merupakan pemain lama karena aksinya menggunakan modus lama. Agar kejadian ini tidak berulang, Reza berpendapat, sanksi tidak hanya diberikan kepada pelaku, namun juga perusahaan taksi.
Menurutnya, kejadian ini akibat perusahaan tidak menerapkan saringan yang ketat dalam menerima pekerja (sopir). Terlebih pengawasan terhadap pegawai sangat lemah. ”Sanksi juga harus tegas supaya efek jeranya juga kena,” ungkap konsultan United Nation Office on Drugs and Crime ini.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Muhammad Mustofa menilai, lemahnya pengawasan terhadap operator taksi membuat kejahatan ini kembali terulang. Apalagi jumlah taksi semakin bertambah ”Seharusnya pengawasan dilakukan rutin dan intensif sehingga kejahatan dalam taksi tidak terjadi,” tuturnya.
Dia menyayangkan langkah yang diambil pihak terkait perihal pengaturan operasional taksi baru bersifat normatif saja. Misalnya pengawasan baru intensif dilakukan jika ada kejahatan. Jika dirasa sudah aman, pengawasan kembali melemah. ”Banyak taksi tidak jelas dan banyak yang tidak laik jalan, tapi tetap beroperasi. Seharusnya ini dikendalikan,” ucapnya.
Helmi syarif/ R ratna purnama/ Herman sahputra
(ars)