Jatim Waspada Angin dan Banjir
A
A
A
MALANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat Jawa Timur waspada terhadap hujan deras dan angin kencang.
Menurut Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Malang, Jawa Timur (Jatim) Rachmatullah Adji, kondisi ini merupakan dampak masa peralihan dari kemarau ke musim penghujan.
“Kondisi ini dipicu adanya pembentukan awan konfektif, salah satunya awan cumulonimbus (CB). Biasanya juga disertai dengan petir,” ujar Rachmatullah. Faktanya begitu, Jatim memang dalam kondisi rawan bencana. Puting beliung misalnya, menerjang wilayah Jatim sejak Jumat (28/11) hingga Minggu (30/11). Setidaknya ada tiga kabupaten yang terdampak puting beliung, yakni Tuban, Gresik, dan Bojonegoro.
Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, puluhan rumah warga rusak. Angin tersebut merusak bagian atap rumah dan teras. Seperti dilansir laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat adanya peningkatan kejadian puting beliung pada akhir November lalu. Ini karena adanya pergeseran musim kemarau ke musim penghujan.
Pusdalops BPBD Jatim mencatat, lima rumah rusak berat dan dua lainnya rusak sedang di Kabupaten Tuban. Bencana ini terjadi Jumat (28/11) sekitar pukul 16.48 WIB. Tiba-tiba cuaca mendung dan angin berembus sangat kencang. Tak lama atap rumah beterbangan sehingga menimbulkan kepanikan warga. Kabupaten Gresik juga mengalami hal serupa. Puting beliung melanda Dusun Gridi, Desa Pacoh, Kecamatan Balong Panggang, Sabtu (29/11).
Sebanyak 18 rumah rusak dengan intensitas sedang dan sebagian kerusakan terjadi pada atapyang menggunakan genting. Saat kejadian, aliran listrik juga terputus karena ada tiang roboh. Pada waktu bersamaan dengan Gresik, Kabupaten Bojonegoro pun mengalami puting beliung. Tiga desa di tiga kecamatan merasakan angin kencang yang merobohkan pepohonan di jalan desa.
Desa Semambung, Kecamatan Kanor merupakan terdampak puting beliung terparah. Dua rumah rusak berat dan 10 lainnya rusak sedang akibat angin kencang tersebut. Dua desa lainnya, Desa Cengkungkung, Kecamatan Gayam dan Desa Manukan, Kecamatan Malo, juga merasakan tiupan angin kencang. Pepohonan di sepanjang jalan di dua desa itu tumbang dan menutup jalan.
BPBD bersama TRC Kabupaten Bojonegoro telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait guna melakukan pembenahan di seluruh wilayah terdampak. BMKG Jatim sendiri memperkirakan curah hujan di wilayah Jatim, termasuk Bojonegoro dan sekitarnya, cukup tinggi awal Desember ini. Pemerintah Kabupaten pun mengimbau warga yang bermukim di dekat bantaran Sungai Bengawan Solo waspada banjir.
Menurut Bupati Bojonegoro Suyoto, banjir di wilayah Bojonegoro diprediksikan akan datang lebih awal jika dibandingkan dengan 2013. Tahun lalu banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo dan anak sungainya terjadi akhir Desember. Dia mengaku telah memerintahkan BPBD Bojonegoro melakukan pemetaan daerah yang selama ini langganan banjir.
“Kesiapan personel, evakuasi korban bencana, hingga titik-titik pengungsian juga sudah disiapkan. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu terjadi banjir sudah bisa tertangani,” ujarnya. Kecamatan yang menjadi langganan banjir luapan Sungai Bengawan Solo, yakni Padangan, Malo, Kalitidu, Gayam, Trucuk, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor, Sumberejo, dan Baureno. Daerah ini berada di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo mulai di daerah barat hingga timur Bojonegoro.
Sementara kecamatan yang menjadi langganan banjir bandang, yakni Sukosewu, Dander, Temayang, Sekar, dan Gondang.
Yuswantoro/ Muhammad roqib/ M ridwan
Menurut Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Malang, Jawa Timur (Jatim) Rachmatullah Adji, kondisi ini merupakan dampak masa peralihan dari kemarau ke musim penghujan.
“Kondisi ini dipicu adanya pembentukan awan konfektif, salah satunya awan cumulonimbus (CB). Biasanya juga disertai dengan petir,” ujar Rachmatullah. Faktanya begitu, Jatim memang dalam kondisi rawan bencana. Puting beliung misalnya, menerjang wilayah Jatim sejak Jumat (28/11) hingga Minggu (30/11). Setidaknya ada tiga kabupaten yang terdampak puting beliung, yakni Tuban, Gresik, dan Bojonegoro.
Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, puluhan rumah warga rusak. Angin tersebut merusak bagian atap rumah dan teras. Seperti dilansir laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat adanya peningkatan kejadian puting beliung pada akhir November lalu. Ini karena adanya pergeseran musim kemarau ke musim penghujan.
Pusdalops BPBD Jatim mencatat, lima rumah rusak berat dan dua lainnya rusak sedang di Kabupaten Tuban. Bencana ini terjadi Jumat (28/11) sekitar pukul 16.48 WIB. Tiba-tiba cuaca mendung dan angin berembus sangat kencang. Tak lama atap rumah beterbangan sehingga menimbulkan kepanikan warga. Kabupaten Gresik juga mengalami hal serupa. Puting beliung melanda Dusun Gridi, Desa Pacoh, Kecamatan Balong Panggang, Sabtu (29/11).
Sebanyak 18 rumah rusak dengan intensitas sedang dan sebagian kerusakan terjadi pada atapyang menggunakan genting. Saat kejadian, aliran listrik juga terputus karena ada tiang roboh. Pada waktu bersamaan dengan Gresik, Kabupaten Bojonegoro pun mengalami puting beliung. Tiga desa di tiga kecamatan merasakan angin kencang yang merobohkan pepohonan di jalan desa.
Desa Semambung, Kecamatan Kanor merupakan terdampak puting beliung terparah. Dua rumah rusak berat dan 10 lainnya rusak sedang akibat angin kencang tersebut. Dua desa lainnya, Desa Cengkungkung, Kecamatan Gayam dan Desa Manukan, Kecamatan Malo, juga merasakan tiupan angin kencang. Pepohonan di sepanjang jalan di dua desa itu tumbang dan menutup jalan.
BPBD bersama TRC Kabupaten Bojonegoro telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait guna melakukan pembenahan di seluruh wilayah terdampak. BMKG Jatim sendiri memperkirakan curah hujan di wilayah Jatim, termasuk Bojonegoro dan sekitarnya, cukup tinggi awal Desember ini. Pemerintah Kabupaten pun mengimbau warga yang bermukim di dekat bantaran Sungai Bengawan Solo waspada banjir.
Menurut Bupati Bojonegoro Suyoto, banjir di wilayah Bojonegoro diprediksikan akan datang lebih awal jika dibandingkan dengan 2013. Tahun lalu banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo dan anak sungainya terjadi akhir Desember. Dia mengaku telah memerintahkan BPBD Bojonegoro melakukan pemetaan daerah yang selama ini langganan banjir.
“Kesiapan personel, evakuasi korban bencana, hingga titik-titik pengungsian juga sudah disiapkan. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu terjadi banjir sudah bisa tertangani,” ujarnya. Kecamatan yang menjadi langganan banjir luapan Sungai Bengawan Solo, yakni Padangan, Malo, Kalitidu, Gayam, Trucuk, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor, Sumberejo, dan Baureno. Daerah ini berada di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo mulai di daerah barat hingga timur Bojonegoro.
Sementara kecamatan yang menjadi langganan banjir bandang, yakni Sukosewu, Dander, Temayang, Sekar, dan Gondang.
Yuswantoro/ Muhammad roqib/ M ridwan
(ars)