Sondre Lerche Manjakan Penggemar Jazz
A
A
A
DEPOK - Penyanyi Sondre Lerche tampil energik di The 37th Jazz Goes To Campus (JGTC) yang digelar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Depok, Jawa Barat, tadi malam.
Ribuan penggemar jazztadi malam benar-benar dimanjakan penampilan penyanyi asal Norwegia ini. Dengan lagu-lagu andalannya, musisi ini benar-benar tampil memukau. Misalnya, saat dia melantunkan lagu berjudul To Way Monologue, Bad law, dan Knocked off My Feet. Dengan aksi panggung yang cukup atraktif, Sondre Lerche juga komunikatif dengan para penonton.
Ajang ini tak hanya menghadirkan Sondre Lerche. Banyak bintang musik jazz tampil dalam ajang rutin yang digelar bagi para pencinta musik jazz ini. Sebanyak 18 ribu penonton memadati acara yang dipenuhi dengan bintang musik jazz. Tak kalah menarik juga penampilanRAN, TheGroove, Teza Sumendra, Adhitia Sofyan, Ray Harris and The Fusion Experience, hingga Benny Mustafa. Para musisi jazz itu menghibur penggemar di empat panggung berbeda yang disediakan. RAN, salah satu artis pendukung, mengaku senang bisa ikut manggung di JGTC.
Sebagai pengalaman pertama mereka manggung di JGTC, RAN yang beranggotakan Rayi, Asta, dan Nino mengaku sangat bersemangat. “Semangat kami bisa dirasakan saat kami manggung tadi. Selama ini kami hanya sebagai penonton. Tapi sekarang kami benar-benar ikut manggung,” kata Nino.
Dengan harga tiket Rp68.000 untuk kelas biasa dan Rp200.000 untuk VIP, penonton dimanjakan untuk menikmati musik jazz dengan cara masing-masing. Acara semakin meriah dengan hadirnya para musisi jazz kenamaan seperti Benny Likumahua, Candra Darusman, Rien Jamain, Mates, Iwang Gumiwang dan Edi Syakroni yang melakukan jamming membawakan lagu di era tahun 1980 dan 1990-an.
“Mereka nge-jam bareng membawakan lagu di era 1980- 1990-an. Mereka membawakan love song. Jadi kita akan sangat terhibur dan ini dipersembahkan bagi para pencinta musik jazz,” kata Program Director The 37th JGTCArinda Purwandari. JGTC ini menjadi ajang pengenalan musik jazz kepada anak muda. Sebab dulu musik jazz hanya dinikmati kalangan terbatas dan dengan cara terbatas.
Dengan adanya JGTC, musik jazz bisa dinikmati berbagai kalangan, terutama anak muda, dengan harga terjangkau. Selama 37 tahun perjalanan JGTC, acara ini sudah 22 kali digelar di FEUI. “Sudah 22 tahun lalu digelar di FEUI dan tiap tahun makin banyak musisi yang berpartisipasi. Panggungnya pun bertambah, tahun ini ada empat panggung dan penonton selalu penuh,” tuturnya.
Untuk itu, kata dia, acara semacam ini harus tetap ada tiap tahun. Dengan begitu, edukasi musik jazz pada generasi muda lebih mudah dan lebih kena sasaran. Selain itu, JGTC selalu memberikan penghargaan kepada para musisi sesuai bidangnya. Penilaian pemenang berdasarkan ketentuan dewan juri sebanyak 50% dan panitia 50%.
“Melalui lima kategori itu sudah menjadi representasi dan dewan juri juga memiliki kemampuan tersendiri dalam menilai,” kata Arinda. Dewan juri yang menilai terdiri atas lima orang, yaitu Frans Hartono, David Tarigan, Agus Basuni, David Karto, dan Yance. Dalam penilaian itu, tim juri juga memberikan masukan kepada panitia agar penilaian dilakukan dengan baik dan benar.
“Dalam penilaian memang tidak mudah, selalu ada kontroversi. Bukan hal mudah untuk mencari yang terbaik sehingga kami berembuk,” kata David Tarigan.
R ratna purnama
Ribuan penggemar jazztadi malam benar-benar dimanjakan penampilan penyanyi asal Norwegia ini. Dengan lagu-lagu andalannya, musisi ini benar-benar tampil memukau. Misalnya, saat dia melantunkan lagu berjudul To Way Monologue, Bad law, dan Knocked off My Feet. Dengan aksi panggung yang cukup atraktif, Sondre Lerche juga komunikatif dengan para penonton.
Ajang ini tak hanya menghadirkan Sondre Lerche. Banyak bintang musik jazz tampil dalam ajang rutin yang digelar bagi para pencinta musik jazz ini. Sebanyak 18 ribu penonton memadati acara yang dipenuhi dengan bintang musik jazz. Tak kalah menarik juga penampilanRAN, TheGroove, Teza Sumendra, Adhitia Sofyan, Ray Harris and The Fusion Experience, hingga Benny Mustafa. Para musisi jazz itu menghibur penggemar di empat panggung berbeda yang disediakan. RAN, salah satu artis pendukung, mengaku senang bisa ikut manggung di JGTC.
Sebagai pengalaman pertama mereka manggung di JGTC, RAN yang beranggotakan Rayi, Asta, dan Nino mengaku sangat bersemangat. “Semangat kami bisa dirasakan saat kami manggung tadi. Selama ini kami hanya sebagai penonton. Tapi sekarang kami benar-benar ikut manggung,” kata Nino.
Dengan harga tiket Rp68.000 untuk kelas biasa dan Rp200.000 untuk VIP, penonton dimanjakan untuk menikmati musik jazz dengan cara masing-masing. Acara semakin meriah dengan hadirnya para musisi jazz kenamaan seperti Benny Likumahua, Candra Darusman, Rien Jamain, Mates, Iwang Gumiwang dan Edi Syakroni yang melakukan jamming membawakan lagu di era tahun 1980 dan 1990-an.
“Mereka nge-jam bareng membawakan lagu di era 1980- 1990-an. Mereka membawakan love song. Jadi kita akan sangat terhibur dan ini dipersembahkan bagi para pencinta musik jazz,” kata Program Director The 37th JGTCArinda Purwandari. JGTC ini menjadi ajang pengenalan musik jazz kepada anak muda. Sebab dulu musik jazz hanya dinikmati kalangan terbatas dan dengan cara terbatas.
Dengan adanya JGTC, musik jazz bisa dinikmati berbagai kalangan, terutama anak muda, dengan harga terjangkau. Selama 37 tahun perjalanan JGTC, acara ini sudah 22 kali digelar di FEUI. “Sudah 22 tahun lalu digelar di FEUI dan tiap tahun makin banyak musisi yang berpartisipasi. Panggungnya pun bertambah, tahun ini ada empat panggung dan penonton selalu penuh,” tuturnya.
Untuk itu, kata dia, acara semacam ini harus tetap ada tiap tahun. Dengan begitu, edukasi musik jazz pada generasi muda lebih mudah dan lebih kena sasaran. Selain itu, JGTC selalu memberikan penghargaan kepada para musisi sesuai bidangnya. Penilaian pemenang berdasarkan ketentuan dewan juri sebanyak 50% dan panitia 50%.
“Melalui lima kategori itu sudah menjadi representasi dan dewan juri juga memiliki kemampuan tersendiri dalam menilai,” kata Arinda. Dewan juri yang menilai terdiri atas lima orang, yaitu Frans Hartono, David Tarigan, Agus Basuni, David Karto, dan Yance. Dalam penilaian itu, tim juri juga memberikan masukan kepada panitia agar penilaian dilakukan dengan baik dan benar.
“Dalam penilaian memang tidak mudah, selalu ada kontroversi. Bukan hal mudah untuk mencari yang terbaik sehingga kami berembuk,” kata David Tarigan.
R ratna purnama
(ars)